Malam sudah sangat larut, hampir dini hari, namun
Aisyah belum juga tidur. Ia masih sibuk belajar menghafal materi kuliah minggu
lalu. Padahal, teman-teman sekamarnya yang lain sudah tidur sejak pukul 10
tadi. Ai beralasan, “Besok, ada kuis.” Ia tak mau mendapat nilai jelek, karena
itu ia belajar sangat keras. Maklumlah, IPB terkenal dengan susah mendapat
nilai bagus. Nilai C saja mereka sudah sujud syukur, apalagi dapat nilai B atau
A?
Tiba-tiba, ia merasakan hawa dingin merambat memcemari
udara dengan suhu dingin yang menusuk tulang, Telinga Ai menangkap suara deru
angin berhembus, berputar-putar di kamar layaknya badai, menggerak-gerakkan
tirai kamarnya. Ai mengerjabkan bulu matanya yang lentik. Ia baru sadar, jika
sejak tadi ia belum menutup jendela kamarnya. Pantas saja udara terasa sangat
dingin sejak tadi.
Ia meletakkan diktatnya di atas meja. Ia mengulet-uletkan
tubuhnya sejenak, untuk melenturkan otot-otot tubuhnya yang kaku karena sejak
tadi duduk dengan posisi yang sama dalam waktu relative panjang, barulah ia berdiri
meraih gerendel jendela kamarnya. Ia menarik gerendel itu hingga jendela kamar
Ai tertutup sempurna dan angin malam tak lagi leleuasa bergerak menembus
kamarnya.
“Hoahmmm…nyammm nyammm..” Akhirnya rasa kantuk itu
datang juga. Segelas White Coffee luak yang tadi diminumnya sebelum belajar,
tak lagi dapat menghalangi dorongan tidur. Ai pun menyerah. Ia mematikan lampu belajarnya
dan bersiap-siap untuk tidur.
Ia sengaja tidak mematikan lampu kamar karena Dewi,
salah satu teman sekamarnya yang tidur di ranjang di atas ranjang Ai (ranjang
tiap kamar di Asrama Putri IPB semuanya bertingkat 2. Jadi satu kamar bisa
dihuni empat orang) takut gelap. Jadi, kamarnya dibiarkan menyala. Toh,
teman-teman sekamarnya yang lain juga tidak keberatan dengan lampu yang tetap
menyala.
Ai baru saja membaringkan tubuhnya di atas ranjangnya,
ketika ia mendengar suara ketukan pintu di kamarnya. Tok..tok…tok… Ai menarik
selimutnya sebatas sampai pundak. Dengan malas dan tentu saja hati yang luar
biasa dongkol (Ai ngedumel dalam hati), ia berkata, “Siapa?”
“Orang sebelah. Bolehkah aku masuk sebentar?” jawab
tamu tak diundang itu.
“Tidak bisakah besok saja? Ini sudah sangat larut dan
aku sangat ngantuk.” Tolak Ai secara halus.
“Ini penting,” jawabnya terdengar sangat mendesak.
Ai mengerang panjang. Ia menendang selimutnya hingga
jatuh dari atas ranjangnya. Ia tidak sampai hati menolak permintaan Sita, teman
sebelah kamarnya yang sudah demikian baik padanya selama ini. Jika bukan karena
dia, Ai mungkin tak bisa kuliah di IPB. Maklumlah, Ai kan bukan termasuk murid
yang luar biasa cerdas. Otaknya tergolong pas-pasan. Masuk IPB murni factor keberuntungan.
Untung teman-temannya yang lebih pintar tidak mengambil undangan PMDK di IPB.
Setelah melewati serangkaian nasib buruk dari kepala
yang membentur tiang tempat tidur, tubuh menubruk meja belajar Dewi yang
kebetulan dekat pintu, Ai akhirnya berhasil membuka pintu kamarnya. Dengan mata
yang masih sayu, karena factor kantuk, ia melihat tamu tak diundang tengah malam
ini.
“HAI….!” Sapanya memamerkan gigi-gigi putihnya yang
tampak runcing.
Wajah Ai memucat begitu ia tahu siapa tamu tak diundang
itu.. Bulu-bulu halus di sekujur tubuhnya berdiri semua. Matanya
terbelalak lebar. Dia benar-benar orang sebelah. Tapi, bukan teman sebelah
kamar, melainkan orang…orang… “GYAAAA…!” jeritnya malam itu sebelum kegelapan
menariknya ke dalam ketidak sadaran.
Ai tak tahu apa teriakannya itu akan membangunkan
teman-teman sekamarnya atau bahkan teman-teman seasramanya. Ia tak perduli. Ia terlalu
ngeri untuk peduli pada mereka.
Bagaimana ia tidak takut? Orang sebelah itu benar-benar
orang sebelah dalam arti denotatif. Tubuhnya benar-benar hanya sebelah saja. Ia
hanya punya satu tangan; satu kaki; dada, kepala, punggung, pinggul, leher yang
dibelah jadi dua. Organ-organ dalamnya tampak menonjol dari balik irisan
tubuhnya. Darahnya basah, menetes dari balik kulit yang menggelenyar, memar,
seperti habis dilindas kendaraan bermotor. Dan, yang mengerikan ia menyeringai
pada Ai dengan mata menonjol seperti mau keluar dari cangkangnya. Hiyyy… seram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar