Kiba anak bungsu dari
Tsume Inuzuka. Secara kasat mata, penampilan Kiba bisa dikatakan liar,
sebagaimana anggota klan Inuzuka lainnya. Rambut coklat gelapnya berdiri
jingkrak awut-awutan, meski sudah disisir berkali-kali. Gigi
taringnya... Ups, maaf. Berhubung baru berumur satu tahun, Kiba belum
memiliki gigi taring. Tapi, diperkirakan gigi taringnya kelak akan
tampak lebih panjang dan lebih tajam seperti gigi serigala, daripada
gigi manusia biasa. Tanda berbentuk taring warna merah di kedua pipinya
menegaskan keliarannya.
Meski bertampang liar,
diantara Shikamaru dan Choji, Kiba itu balita paling normal. Maksudnya
kelakuannya. Ia tidak memiliki hobi atau kebiasaan aneh seperti dua
orang itu. Tingkahnya terbilang wajar seperti balita-balita normal
lainnya.
Memang, Kiba juga
termasuk balita doyan tidur. Di sembarang tempat pula. Khususnya setelah
kelelahan bermain. Namun, tidak sesering Shikamaru. Dia mah rajanya
tidur. Minimal, Kiba punya jadwal tidur sendiri, sekitar tiga kali dalam
sehari, yakni tidur pagi, siang dan malam. Beda dengan Shikamaru yang
bisa tidur seharian penuh.
Untuk urusan perut,
nafsu makan Kiba tergolong besar. Itu sebabnya tubuhnya lumayan gempal,
meski masih di bawah Choji. Bedanya, Kiba memiliki prinsip soal apa yang
akan ia santap. Kiba hanya makan makanan yang layak dimakan manusia.
Dengan kata lain, Kiba tidak akan makan kaki kursi, kaki meja, pintu,
apalagi popok seperti Choji. Itu mustahil terjadi.
Dibandingkan dengan Ino
juga, Kiba masih lebih baik. Memang, ia masih suka nangis saat minta
sesuatu pada orang dewasa di sekitarnya atau sedang ketakutan. Dan, Kiba
paling rewel saat sedang sakit. Namun, Kiba tidak secengeng Ino si
balita super berisik yang kalau udah nangis susah didiemin. Kalau Kiba,
paling-paling sejam, abis itu bakal berhenti nangis sendiri.
Sungguh, Kiba bayi
ternormal se-Konoha minimal diantara anak-anak pemimpin klan. Dia bisa
jadi panutan terbaik Naruto setelah si raja tidur aka Shikamaru dan si
pemakan segala aka Choji. Kiba bisa menuntun Naruto jadi balita normal,
baik, pintar, dan gemar menabung. Calon kakak angkat idamanlah.
Yang unik dari keluarga
Kiba itu, justru ibunya. Sebagai wanita, tingkat kefeminimannya
sangatlah rendah. Gayanya laki banget. Saat ia memakai baju jounin,
sulit dibedakan apa ia laki-laki atau perempuan. Sifatnya jauh dari kata
lembut dan ia sangatlah galak. Saking galaknya, ayahnya Kiba sampai
kabur dari rumah. Takut pada istrinya.
Meski demikian, bukan
berarti Tsume Inuzuka tidak memiliki sisi-sisi keibuan. Ia juga punya
hati, punya perasaan. Hatinya bisa bergetar, merasakan iba pada
penderitaan orang lain. Ia juga turut merasakan empati dan simpati atas
duka orang lain. Dibalik penampilan liarnya, wataknya yang keras dan
galak, ada kehangatan dalam dirinya.
Namun, bukan itu yang
mendorong Tsume Inuzuka mengajukan hak asuh Naruto. Motif ibunya Kiba
terbilang nyeleneh sendiri, lain dari yang lain. Motifnya bukan lantaran
kekerabatan, solidaritas antar sahabat, ataupun nilai-nilai
kemanusiaan, melainkan karena ia ingin memberi Kiba seorang adik. Yup
adik. Menurutnya, Kiba itu anak yang rewel dan manja karena ia merasa
anak paling bontot. Itu tidak baik mengingat Kiba adalah calon pemimpin
klan Inuzuka. Tsume berharap Kiba belajar lebih dewasa, lebih
bertanggung jawab setelah punya adik.
Aneh kan? Memang iya.
Masak balita umur setahun sudah dituntut dewasa? Tidak nangis saat
jatuh. Tidak nangis saat permintaannya tidak dituruti. Bisa makan
sendiri. Bisa mandi sendiri. Pake baju sendiri. Nyuci baju sendiri.
Kenapa nggak sekalian nyuruh nyari uang sendiri? Situ waras?
Abaikan motif aneh Tsume
Inuzuka, seabsurd apapun, ia tetap layak mendapat standing applous. Dia
memiliki itikad baik untuk mengasuh Naruto di tengah masyarakat yang
membencinya. Padahal, ia tidak memiliki hubungan darah atau
persahabatan dengan keluarga Naruto. Ia bahkan tak tahu asal muasal
keluarganya. Ia hanya tahu, Naruto adalah wadah Kyuubi. Bahkan ada yang
memandangnya jelmaan Kyuubi itu sendiri. Meski demikian, Tsume tidak
membenci Naruto dan menerimanya apa adanya.
Anggota klan Inuzuka pun
cukup menerima kehadiran Naruto. Memang tidak semuanya karena
bagaimanapun diantara anggota klan Inuzuka ada yang jadi korban
keganasan Kyuubi. Orang terkasih mereka mati gara-gara Kyuubi menyerang
desa. Ada yang jadi yatim piatu. Ada yang jadi janda. Ada yang jadi
duda. Ada yang kehilangan kekasih, tunangan, dan anak. Mereka sangat
kehilangan. Itu sebabnya, sesuatu yang wajar jika mereka membenci
Kyuubi.
Namun, anggota klan
Inuzuka cukup cerdas untuk membedakan mana yang Kyuubi dan mana yang
hanya wadah. Dengan kata lain, mereka tidak akan melampiaskan kebencian
membabi buta mereka pada seorang bayi. Meski, tentu saja mereka tak bisa
menerima Naruto sepenuhnya di dekat mereka. Setidaknya, mereka tidak
memberi Naruto tatapan penuh kebencian apalagi menghardik. Mereka cukup
menolerir kehadiran Naruto.
Rumah Kiba cukup jauh
jaraknya dengan rumah Shikamaru. Ibunya pun tidak begitu dekat dengan
keluarga Nara, karena nyaris tidak pernah mendapat misi yang sama. Itu
memperkecil kemungkinan Si bayi jutek aka Shikamaru tiba-tiba nongol di
depan rumah Kiba.
Sebetulnya,penduduk Konoha tak keberatan jika keluarga Shikamaru bertamu. Hanya saja, setelah insiden horor di rumah Choji, masyarakat agak jeri dengan Shikamaru. Takut balita mereka ketularan aneh seperti yang menimpa pada anak keluarga kepala klan Akamichi. Ingat! Ketidak warasan juga bisa menular. Karena itu, waspadalah selalu.
Sebetulnya,penduduk Konoha tak keberatan jika keluarga Shikamaru bertamu. Hanya saja, setelah insiden horor di rumah Choji, masyarakat agak jeri dengan Shikamaru. Takut balita mereka ketularan aneh seperti yang menimpa pada anak keluarga kepala klan Akamichi. Ingat! Ketidak warasan juga bisa menular. Karena itu, waspadalah selalu.
Mengingat banyaknya poin
plus keluarga ini, setelah mengalami pengalaman yang aneh-aneh dengan
keluarga asuh sebelumnya, wajar jika para tetua minus Hokage ketiga
menaruh harapan besar pada keluarga ini. Pakai banget. Khususnya Danzo.
Soalnya jika keluarga ini pun gagal, otomatis mereka mau tak mau harus
mempertimbangkan permintaan keluarga Kagami.
Kenapa? Karena sebenci-bencinya mereka pada klan Uchiha, mereka akui keluarga Kagami jauh lebih waras dari keluarga Shikaku-Chouza. Dan dimulailah kehidupan Naruto di keluarga Tsume Inuzuka.
Kenapa? Karena sebenci-bencinya mereka pada klan Uchiha, mereka akui keluarga Kagami jauh lebih waras dari keluarga Shikaku-Chouza. Dan dimulailah kehidupan Naruto di keluarga Tsume Inuzuka.
Tsume tersenyum lebar
saat Ibunya Choji memberikan Naruto dalam gendongannya, merasakan beban
yang familiar belakangan ini di pundaknya. Kehangatan tubuh si bayi
langsung menyeruak, menembus kain tebal gendongannya dan mengenai
kulitnya. Tsume mengendus bau wangi bedak si bayi. Ah, bukan hanya
bedak, ia juga mencium aroma jeruk segar samar-samar. 'Mungkin itu ciri
khasnya Naruto,' pikir Tsume seraya membetulkan gendongannya agar Naruto
merasa nyaman.
"Gyaa..akh..mmm.."
celoteh Naruto sambil bertepuk tangan senang. Wanita yang sedang
menggendongnya memang masih asing di matanya, tapi Naruto mencium bau
menyenangkan dari wanita itu. Pelukan wanita itu hangat seperti pelukan
ibunya Si kakak pemalas dan ibunya si kakak tukang makan. Naruto suka.
Karena itu, ia tak keberatan saat pipi gembilnya dicolek-colek wanita
asing bertampang sangar itu.
"Ukh Naru-chan." Gumam
Tsume gemas dan lalu memberi Naruto ciuman di pipi bertubi-tubi membuat
si balita menggeliat tidak nyaman. "Kamu manis sekali," pujinya. Matanya
berbinar-binar, menatap ibunya Choji. "Boleh ku bawa pulang sekarang?"
Tanyanya penuh harap.
"I-iya," jawab ibunya
Choji gugup. Sebetulnya, ia tak rela melepas Naruto. Ia ingin Naruto
tinggal bersamanya, tumbuh, dan berkembang di rumahnya hingga ia dewasa.
Tapi, ia bisa apa? Ia tak berdaya melawan perintah tetua. 'Oh, inikah
yang dirasakan Yoshino saat memberikan Naruto padaku?' Batinnya sedih.
Rasanya sakit. Sangat sakit, seperti tergores sembilu lalu ditaburi
garam. Perih dan pedih.
"Kau bisa membawa
Naru-chan. Sekarang, ia anak asuhmu," kata ibunya Choji dengan suara
bergetar menahan sesak di dada. Ia mengusap pipi Naruto penuh sayang,
meresapi kehalusan tekstur kulitnya dan menyimpannya dalam memorinya. Ia
menundukkan kepalanya dan mencium pipi,kening, puncak kepala.hidungnya
yang mancung mengendus-endus, menghirup baunya Naruto yang khas dengan
rakus.
"Naru-chan paling suka
tidur ditemani boneka katak dan Dinonya. Jangan lupa mencuci bonekanya
karena Naruto suka menggigitinya. Saat menyusui, Naru-chan senang paha
bagian atasnya ditepuk-tepuk." kata Ibunya Choji memberi nasehat.
"Sebenarnya ada banyak hal yang ingin ku sampaikan, tapi ku rasa itu
cukup mewakilinya. Cepatlah berangkat! Hari sudah mulai petang. Tak baik
bawa bayi keluar malam-malam,"
Tsume melempar senyum,
sebelum berpamitan. "Aku pergi dulu dan terima kasih untuk infonya,"
ujarnya sambil memberi hormat. Ia mengangkat sebelah tangan Naruto ke
atas, melambai. "Jaa," pamitnya yang dibalas Ibunya Choji dengan
senyuman terpaksa.
Dalam perjalanan ke
rumah, Tsume tak henti-hentinya bersenandung, sambil sesekali mengajak
Naruto bicara. Ia menunjuk satu per satu benda di dekatnya dan memberi
tahukan nama-namanya pada Naruto. "Itu langit."
Bocah cerdas itu langsung merekamnya dalam otaknya. "Aii.." celoteh Naruto berusaha meniru sebaik mungkin.
"Hi hi hi.., Naru-chan pintar." Puji Tsume. Ia kini menunjuk. "Yang itu pohon,"
"Oonngg.." gumam Naruto tidak begitu jelas. Ia kesulitan menyebut huruf n.
"Wah, pintar. Naruto betul lagi. Hi hi hi... Itu baru anaknya Kaa san." Puji Tsume.
"Gyaa...kaa..." jawab Naruto sambil tepuk tangan.
Tsume mencubit pipi
Naruto gemas dan menciuminya bertubi-tubi. Sepanjang jalan, ia berusaha
mengajak bicara Naruto dan mengajarinya banyak hal. Ia dengan telaten
mendengarkan cerita Naruto. Bagi orang lain, mungkin itu hanya celotehan
tidak penting. Tapi untuk seorang master ninken sepertinya, itu
bukanlah masalah. Ia bisa memahami cerita Naruto dibalik celotehan tidak
jelasnya.
Naruto cerita jika ia
menyayangi Tsume. Bahwa, Tsume memiliki hati yang hangat sehangat ibunya
Kakak pemakan segala aka Choji, dibalik watak galaknya. Tsume
tersenyum. Hatinya tersentuh oleh pujian tulus Naruto. Ia pun mengecup
puncak kepala Naruto dan menggesekkan pipinya pada rambut durian Naruto,
sebagai ucapan terima kasih.
Tak terasa, mereka sudah
berada di depan rumah Kiba. Kiba yang sedang digendong Hana, kakak
pertamanya di teras rumah langsung melambaikan tangannya pada ibunya. Ia
melonjak-lonjak tak sabar untuk minta gendong ibunya. "Nah, ini rumah
Naru-chan sekarang. Kita akan tinggal bersama," kata Tsune lembut. "Yang
ini nee-chanmu. Namanya Hana. Panggil dia Nee san. Kalau yang ini
anikimu. Namanya Kiba. Panggil dia nii san."
"Hai, Naru-chan! Selamat datang," kata Hana menyambut sambil menggerakkan tangan Kiba agar bersalaman dengan Naruto.
"Aii.." balas Naruto
masih sambil tertawa. Lalu, Naruto menengok wanita yang memintanya
dipanggil Kaa-san. Ia memasukkan keempat jarinya ke mulut. "Uuu.."
"Oh, kau lapar ya? Ayo
masuk. Ini saatnya kau minum susu lalu bobok ganteng." Kata Tsume
membawa Naruto ke dalam rumah. Usai menyusu, Naruto pun tidur.
Setelahnya Tsume mengurus Kiba, dari menyuapinya hingga memberinya susu.
Tepat jam 9 malam, Tsume bersiap-siap menyusul Kiba dan Naruto untuk
tidur.
Hana belum tidur karena
masih belajar medic-nin untuk meningkatkan skillnya. Ia tahu ia tidak
mungkin jadi pemimpin klan karena kurangnya bakat memimpin, tetapi ia
tak patah harapan. Sebagai gantinya, ia bertekat menjadi seorang
kunoichi yang membanggakan. Ia belajar hingga larut.
"Hoahmm..." Hana menutup
mulutnya. Matanya memerah karena kantuk. Ia sudah akan mematikan lampu
belajarnya dan pergi tidur ketika telinganya menangkap suara dengkingan
dari arah kamar ibunya. "Kuro. Kenapa dengan dia? Apa ada penyusup?"
Pikirnya. Hana segera mengerahkan kemampuannya dalam membaui cakra asing
mencurigakan dengan parameter sekitar rumah dan lalu diperluas ke
seluruh kompleks, namun tidak menemukan apapun.
"Lebih baik aku
memeriksa seluruh rumah terlebih dahulu." Gumamnya untuk meyakinkan
diri. Siapa tahu si penyusup memiliki kemampuan dalam menipiskan cakra
sehingga Hana tak berhasil membauinya. Karena tak biasanya Kuro
mendengking tengah malam seperti ini.
Hana beranjak dari
kamarnya dan meraih senjatanya, bersiap-siap. Dengan mengendap-endap dan
hati-hati, ia memeriksa seluruh rumah. Terakhir kamar ibunya. Ia
melihat ibunya tengah mencengkram Kuro yang melihat dengan tatapan
sangar pada Naruto. Kuro menggeram dengan suara rendah mengancam. Air
liurnya menetes diantara gigi-giginya yang tajam. "Ibu, ada apa? Kenapa
dengan Kuro?"
Tsume menjawab tanpa menoleh. "Aku tak tahu. Coba kau periksa dia!"
"Hai'k!" Hana pun memeriksa Kuromaru dengan bantuan ibunya. Ia lalu menggeleng. "Tidak ada yang aneh,"
"Aneh." Komentar ibunya.
Kuro tidak pernah menggeram di depan warga Konoha. Terlebih pada
seorang bayi. Apa sebetulnya yang membuat Kuro marah? 'Jangan-jangan
karena Kyuubi,' duga Tsume. "Besok bawa dia ke rumah sakit. Suruh mereka
untuk memeriksa lebih teliti. Aku khawatir,"
"Baik, ibu. Tapi, bagaimana untuk malam ini?"
"Kita tak bisa
membiusnya. Terlalu berresiko. Lebih baik bawa dia untuk menginap di
tempat lain malam ini. Aku takut ia akan menyerang Naru-chan lagi,"
Hana tak bisa membantah.
Ia membawa Kuromaru meninggalkan rumah menuju ruang pertemuan klan
Inuzuka. Untuk malam ini, biarlah mereka menginap di luar. Keesokan
harinya, Hana membawa Kuro ke rumah sakit, tapi para dokter mengatakan
Kuro baik-baik saja. Tidak ada yang mencurigakan, membuat dahi Hana
mengerut dalam. 'Aneh,' batinnya.
Dengan setengah
linglung, Hana membawa Kuro kembali. Ia tiba di rumah saat dua adik
balitanya tengah main di teras. Kiba yang melihat kedatangan Kuro
langsung merangkak menghampirinya. Ia berpegangan pada bulu Kuro yang
panjang. Kakinya berjinjit ingin menaiki punggung Kuro. Kuro merebahkan
tubuhnya di lantai teras dan membiarkan Kiba menaikinya.
Naruto melihat semuanya.
Mata bulatnya tampak berbinar, menemukan sesuatu yang menarik. Ia
menggerakkan tangan dan kakinya. Dengan memanfaatkan perutnya, Naruto
menghampiri Kuro dan Kiba. Hana berusaha mencegah, tapi bayi gembul itu
dengan lincah berhasil lolos dari Hana. Ia ingin naik juga tapi
berhubung ia masih kecil. Pendek pula. Ia pun gagal menyusul sang kakak.
Kuro mendengus. Dengan
angkuh, ia melengos membuat mata biru bundar itu berkaca-kaca. Bibir
mungilnya bergetar, tapi tidak menangis. Naruto sudah diberi tahu kaa
san barunya jika anjing tidak akan luruh hanya karena tangisan. Naruto
harus memenangkan hatinya, menunjukkan jika ia layak menunggangi
punggung si anjing.
Naruto berusaha duduk di
samping Kuro. Tubuhnya oleng kanan kiri, namun tidak sampai jatuh
karena ekor Kuro menahan tubuh Naruto agar seimbang dan tidak jatuh.
"Gaaa jyaa dada... aaa.... kaaa... aiii.." Naruto berceloteh dan
bertepuk tangan, menganggap dirinya tengah menyanyi untuk Kuro, membuat
air liurnya menetes membasahi bajunya.
Awalnya,Kuro tak perduli
karena balita pirang itu tidak memiliki bau anjing seperti majikannya.
Namun, melihat kegigihannya berjuang membuat Kuro iba. Ia merundukkan
tubuhnya serendah mungkin hingga menyentuh lantai. Akhirnya, Naruto
berhasil menaiki tubuh Kuro. Kiba menjaga Naruto agar adiknya nyaman di
atas punggung Kuro.
Hana yang melihat
tingkah lucu mereka tersenyum kecil. 'Mungkin yang semalam karena Kuro
belum kenal Naru-chan. Buktinya mereka akrab sekarang,' batin Hana.
Namun, hal yang sama
terulang lagi. Bahkan lebih parah. Bukan Kuro saja yang bertingkah aneh.
Tapi, semua anjing ninja milik Klan Inuzuka. Mereka menyalak galak
mengelilingi rumah Kiba sekeluarga. Jika saja majikan mereka tidak
mengekang anjingnya masing-masing, para anjing itu pasti sudah menyerbu
rumah ketua klan mereka dan itu akan jadi ironi yang memiriskan hati.
"Ketua? Apa yang
sebenarnya sedang terjadi? Kenapa para anjing bertingkah aneh?" Tanya
salah satu anggota klan berambut cepak bertubuh paling tambun.
"Apa karena Kyuubi? Apa
itu yang membuat mereka gelisah," Tebak teman di sebelahnya yang sedang
mengendalikan satu-satunya anjing dengan bulu berwarna abu-abu bernama
Gero.
"Tidak." Tsume menggeleng. "Aku juga tidak tahu, tapi aku yakin ini tidak ada hubungannya dengan Kyuubi,"
"Kenapa....?"
"Karena aku belum pernah
mendengar satu cerita pun, dimana anjing ninja terpengaruh cakra Kyuubi
saat berdekatan dengan seorang jinchuuriki. Ini kali pertama." Potong
Tsume. Ia mengerutkan dahinya, berfikir. "Lagipula, ini hanya terjadi
saat tengah malam hingga mendekati waktu Fajar. Sebelumnya tidak terjadi
apa-apa," tambahnya.
"Mungkin, ada baiknya
kita minta bantuan Hyuga untuk memeriksa wadah Kyuubi itu, untuk
memastikan jika segelnya aman," usul anggota lainnya.
"Akan lebih baik lagi
jika itu dilakukan para Uchiha. Sharingan melihat lebih baik. Lagipula,
itu tugas mereka sebagai polisi desa bukan?" Usul Hana.
Tsume berfikir. "Kau
benar. Uchiha jauh lebih mengenal Kyuubi. Jadi, mereka pasti
mengetahuinya lebih baik. Tapi sebelumnya, kita harus melaporkannya pada
para tetua. " Putusnya. Ia menghela nafas berat. Ada ketidak relaan
terpancar daru iris coklat gelapnya. "Aku akan menyerahkan hak asuh
Naruto pada yang lain." Ujarnya terdengar kecewa. "Itu lebih baik untuk
Naruto."
SKIP TIME
Naruto ditempatkan di
sebuah ruangan khusus yang sudah diberi segel, sehingga apapun yang
terjadi tidak akan bocor keluar. Saat ini, ia tengah tidur lelap setelah
disusui ibu asuhnya. Ia tidur sambil memeluk boneka Dinonya di satu
tangan, sedangkan tangannya yang lain mengenyot jempolnya. Sesekali,
Naruto bergumam lirih. Dadanya naik turun.
Jauh di depan Naruto,
tampak trio InoShikaChou berdiri dengan tegang. Wajah ketiganya muram,
tak tega dengan nasib Naru bayi yang diperlakukan seperti ini,
seolah-olah ia adalah penjahat. Shikaku dan Chouza merenung, berfikir
apa yang salah? Selama tinggal bersama mereka, tidak ada yang aneh pada
Naruto. Tapi, mereka juga sadar jika kemampuan sensor mereka masih di
bawah klan Inuzuka. Karena itu, mereka tak menyadarinya.
Di sudut yang lain,
Tsume tak kalah tegangnya dengan Shikaku dan Chouza. Ia berdiri dengan
resah. Sesekali, ia mencuri pandang pada Hiashi pemimpin klan Hyuga dan
Fugaku pemimpin klan Uchiha. Raut keduanya tak terbaca. Namun dibalik
sikap tenangnya, Tsume yakin, mereka juga cemas. Keduanya hanya lebih
pinter menyembunyikan keresahan mereka.
Jauh di luar ruangan
para tetua memantau semuanya melalui kamera pengawas. Sarutobi menghisap
cerutunya untuk menenangkan diri. Danzo secara rutin mengetuk-ketukkan
tongkatnya ke lantai. Koharu terus-menerus mengerling pada kamera
pengawas sambil meminum teh hijaunya. Hanya Homura yang tetap terlihat
tenang sejak awal.
Jam berdentang, tepat
pukul 00.00 malam. Semua kepala menoleh, menatap Naruto yang tetap
terlelap, tak terganggu dengan keributan kecil di kamar tempatnya tidur.
Kuro di sisi Tsume menegakkan kepalanya. Hiashi dan Fugaku mengaktifkan
doujutsu andalan klan masing-masing. "Byakugan!" Kata Hiashi disusul
Fugaku, "Sharingan," Mata keduanya berubah dari sebelumnya, pertanda
jika doujutsu mereka sudah aktif dan berfungsi.
Hiashi melihat sistem
cakra Naruto, pada tiap titik cakra lalu pindah ke pusat cakra. Tak ada
yang aneh. Cakra Kyuubi tersegel dengan baik di pusat cakra Naruto dan
terbungkus dengan rapat oleh cakra Naruto yang harus Hiashi akui
memiliki kapasitas cadangan yang sangat besar. Tak ada sedikit pun cakra
Kyuubi yang merembes keluar. Hiashi melirik Fugaku yang wajah tampak...
apa ya? Ah, iya. Tampak unik. Fugaku terlihat bingung dan juga
terkejut. Mungkin Fugaku menemukan sesuatu.
Telinga Kuro tegak dan lalu ia menyalak, "Guk..guk..guk.." Ia menggeram rendah. Dengan agresif, ia melepaskan diri dari cengkraman majikannya. "Guk...guk..guk..." Kuro masih saja menyalak. Namun, tingkat agresifannya sudah berkurang. Setidaknya, ia tidak menyerang. Ia hanya berputar-putar. Ekornya mengibas ke kanan dan ke kiri. "Guk...guk..guk..." Terus seperti itu.
Semua orang terheran-heran. "Tsume! Apa yang terjadi pada anjingmu?" Tanya Inoichi bingung. Ia telah mengerahkan segenap kemampuan sensornya, namun ia tidak menemukan apapun.
"Artinya, apapun yang membuat Kuro gelisah tadi, kini bukan lagi sebuah ancaman," Tsume bertanya balik. "Kau menemukan sesuatu?"
Inoichi menggeleng. "Tidak. Hyuga-san sendiri bagaimana?"
Hiashi juga menggeleng.
"Aku juga tidak. Semua tampak sama. Segel Naruto tetap bagus dan
berfungsi dengan baik. Cakranya yang hangat dan positif dengan efektif
menetralkan cakra negatif Kyuubi. Lalu, membungkusnya hingga kecil
kemungkinan merembes keluar. Apalagi, mengacau seperti yang terjadi pada
jinchuuriki lainnya." Ia menoleh pada Fugaku. "Bagaimana denganmu
Uchiha-san?" Tanyanya sopan.
"Sama sepertimu, tapi
aku juga melihat sebuah cakra asing diantara cakra Naruto. Aku tak tahu
itu apa, tapi ku rasa cakra itulah yang mempengaruhi Kuro dan
lain-lain."
"Ku rasa juga begitu. Aku juga samar-samar mencium baunya. Bau itu hanya tercium saat tengah malam." Tambah Tsume.
"Sekarang kita tahu
bukan Kyuubi yang mempengaruhi Kuro dkk, tapi sesuatu yang lain dalam
diri Naruto." Simpul Hokage ketiga. Rupanya para tetua sudah bergabung
dengan tim penyidik begitu Kuro menyalak.
"Dan sesuatu itu kini dianggap bukanlah ancaman untuk Kuro. Pertanyaannya apa?" Koharu menambahkan.
Danzo menyipit. Ia
memperhatikan bentuk segel di perut Naruto setelah mengangkat piamanya
ke atas. Jari keriputnya menelusuri tiap huruf dan garis yang dibuat
mendiang Yondaime. Lalu, mengangguk. "Aku mengerti kenapa Yondaime ingin
menitipkan Naruto pada Kagami," ujarnya.
"Kenapa?" Tanya Koharu.
"Karena ia
menyembunyikan sesuatu, mungkin sebuah pesan, di balik segel Naruto.
Sesuatu yang hanya bisa dibaca oleh Mangekyou- nya Kagami atau Obito,
keponakannya. Sayang, ia tak tahu jika Kagami sudah tewas dalam serangan
Kyuubi ke Konoha. Obito sendiri masih koma. Jadi, kita tidak tahu isi
pesannya,"
Semua orang mengangguk
setuju. Opini Danzo ada benarnya. Untuk mengetahuinya mau tidak mau
mereka harus menunggu hingga Obito tersadar dari komanya.
"Sekarang bagaimana? Naruto dengan siapa?" Tanya Hiashi.
"Pertanyaan konyol.
Tentu saja dengan keluarga Kagami. Sesuai urutan. Sampai ditentukan
siapa yang menang," Jawaban datang dari Fugaku.
Para tetua saling lirik.
Hokage ketiga manggut-manggut. Danzo menengadah, tampak berpikir.
Koharu dan Homura saling bergumam lirih. Akhirnya Koharu setuju ia yang
bicara. "Kau benar Uchiha. Tsume tidak bisa mengasuh Naruto. Tidak jika
Kuro menganggap Naruto sebuah ancaman. Mulai besok, Naruto bisa tinggal
di kediaman Kagami Uchiha."
Fugaku diam-diam
tersenyum. Ada kepuasan tersendiri. Apapun yang direncanakan Minato, itu
tidaklah buruk. Ia bisa melihat matahari mulai menyinari klan Uchiha.
Setelah ini, ia yakin mereka tidak akan mengucilkan Uchiha. Mau tak mau
mereka harus menyertakannya. Fugaku hanya berharap, seiring waktu
prasangka mereka pada klannya juga hilang.
SKIP TIME
"Inuzuka memang hebat. Ia bisa mengendus keberadaan kita," kata sebuah bayangan. Dari suaranya, diketahui jika ia laki-laki.
"Itu resiko." Timpal temannya yang perempuan, yang baru saja menyusulnya keluar dari tubuh Naruto.
"Besok Naru-chan akan tinggal bersama Uchiha. Sebaiknya kita tak usah muncul lagi,"
"Kau benar."
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar