Jumat, 19 April 2019

NARU BABY : NARUTO DAN KELUARGA INUZUKA

Kiba anak bungsu dari Tsume Inuzuka. Secara kasat mata, penampilan Kiba bisa dikatakan liar, sebagaimana anggota klan Inuzuka lainnya. Rambut coklat gelapnya berdiri jingkrak awut-awutan, meski sudah disisir berkali-kali. Gigi taringnya... Ups, maaf. Berhubung baru berumur satu tahun, Kiba belum memiliki gigi taring. Tapi, diperkirakan gigi taringnya kelak akan tampak lebih panjang dan lebih tajam seperti gigi serigala, daripada gigi manusia biasa. Tanda berbentuk taring warna merah di kedua pipinya menegaskan keliarannya.
Meski bertampang liar, diantara Shikamaru dan Choji, Kiba itu balita paling normal. Maksudnya kelakuannya. Ia tidak memiliki hobi atau kebiasaan aneh seperti dua orang itu. Tingkahnya terbilang wajar seperti balita-balita normal lainnya.
Memang, Kiba juga termasuk balita doyan tidur. Di sembarang tempat pula. Khususnya setelah kelelahan bermain. Namun, tidak sesering Shikamaru. Dia mah rajanya tidur. Minimal, Kiba punya jadwal tidur sendiri, sekitar tiga kali dalam sehari, yakni tidur pagi, siang dan malam. Beda dengan Shikamaru yang bisa tidur seharian penuh.
Untuk urusan perut, nafsu makan Kiba tergolong besar. Itu sebabnya tubuhnya lumayan gempal, meski masih di bawah Choji. Bedanya, Kiba memiliki prinsip soal apa yang akan ia santap. Kiba hanya makan makanan yang layak dimakan manusia. Dengan kata lain, Kiba tidak akan makan kaki kursi, kaki meja, pintu, apalagi popok seperti Choji. Itu mustahil terjadi.
Dibandingkan dengan Ino juga, Kiba masih lebih baik. Memang, ia masih suka nangis saat minta sesuatu pada orang dewasa di sekitarnya atau sedang ketakutan. Dan, Kiba paling rewel saat sedang sakit. Namun, Kiba tidak secengeng Ino si balita super berisik yang kalau udah nangis susah didiemin. Kalau Kiba, paling-paling sejam, abis itu bakal berhenti nangis sendiri.
Sungguh, Kiba bayi ternormal se-Konoha minimal diantara anak-anak pemimpin klan. Dia bisa jadi panutan terbaik Naruto setelah si raja tidur aka Shikamaru dan si pemakan segala aka Choji. Kiba bisa menuntun Naruto jadi balita normal, baik, pintar, dan gemar menabung. Calon kakak angkat idamanlah.
Yang unik dari keluarga Kiba itu, justru ibunya. Sebagai wanita, tingkat kefeminimannya sangatlah rendah. Gayanya laki banget. Saat ia memakai baju jounin, sulit dibedakan apa ia laki-laki atau perempuan. Sifatnya jauh dari kata lembut dan ia sangatlah galak. Saking galaknya, ayahnya Kiba sampai kabur dari rumah. Takut pada istrinya.
Meski demikian, bukan berarti Tsume Inuzuka tidak memiliki sisi-sisi keibuan. Ia juga punya hati, punya perasaan. Hatinya bisa bergetar, merasakan iba pada penderitaan orang lain. Ia juga turut merasakan empati dan simpati atas duka orang lain. Dibalik penampilan liarnya, wataknya yang keras dan galak, ada kehangatan dalam dirinya.
Namun, bukan itu yang mendorong Tsume Inuzuka mengajukan hak asuh Naruto. Motif ibunya Kiba terbilang nyeleneh sendiri, lain dari yang lain. Motifnya bukan lantaran kekerabatan, solidaritas antar sahabat, ataupun nilai-nilai kemanusiaan, melainkan karena ia ingin memberi Kiba seorang adik. Yup adik. Menurutnya, Kiba itu anak yang rewel dan manja karena ia merasa anak paling bontot. Itu tidak baik mengingat Kiba adalah calon pemimpin klan Inuzuka. Tsume berharap Kiba belajar lebih dewasa, lebih bertanggung jawab setelah punya adik.
Aneh kan? Memang iya. Masak balita umur setahun sudah dituntut dewasa? Tidak nangis saat jatuh. Tidak nangis saat permintaannya tidak dituruti. Bisa makan sendiri. Bisa mandi sendiri. Pake baju sendiri. Nyuci baju sendiri. Kenapa nggak sekalian nyuruh nyari uang sendiri? Situ waras?
Abaikan motif aneh Tsume Inuzuka, seabsurd apapun, ia tetap layak mendapat standing applous. Dia memiliki itikad baik untuk mengasuh Naruto di tengah masyarakat yang membencinya. Padahal, ia tidak memiliki hubungan darah atau persahabatan  dengan keluarga Naruto. Ia bahkan tak tahu asal muasal keluarganya. Ia hanya tahu, Naruto adalah wadah Kyuubi. Bahkan ada yang memandangnya jelmaan Kyuubi itu sendiri. Meski demikian, Tsume tidak membenci Naruto dan menerimanya apa adanya.
Anggota klan Inuzuka pun cukup menerima kehadiran Naruto. Memang tidak semuanya karena bagaimanapun diantara anggota klan Inuzuka ada yang jadi korban keganasan Kyuubi. Orang terkasih mereka mati gara-gara Kyuubi menyerang desa. Ada yang jadi yatim piatu. Ada yang jadi janda. Ada yang jadi duda. Ada yang kehilangan kekasih, tunangan, dan anak. Mereka sangat kehilangan. Itu sebabnya, sesuatu yang wajar jika mereka membenci Kyuubi.
Namun, anggota klan Inuzuka cukup cerdas untuk membedakan mana yang Kyuubi dan mana yang hanya wadah. Dengan kata lain, mereka tidak akan melampiaskan kebencian membabi buta mereka pada seorang bayi. Meski, tentu saja mereka tak bisa menerima Naruto sepenuhnya di dekat mereka. Setidaknya, mereka tidak memberi Naruto tatapan penuh kebencian apalagi menghardik. Mereka cukup menolerir kehadiran Naruto.
Rumah Kiba cukup jauh jaraknya dengan rumah Shikamaru. Ibunya pun tidak begitu dekat dengan keluarga Nara, karena nyaris tidak pernah mendapat misi yang sama. Itu memperkecil kemungkinan Si bayi jutek aka Shikamaru tiba-tiba nongol di depan rumah Kiba.

Sebetulnya,penduduk Konoha tak keberatan jika keluarga Shikamaru bertamu. Hanya saja, setelah insiden horor di rumah Choji, masyarakat agak jeri dengan Shikamaru. Takut balita mereka ketularan aneh seperti yang menimpa pada anak keluarga kepala klan Akamichi. Ingat! Ketidak warasan juga bisa menular. Karena itu, waspadalah selalu.
Mengingat banyaknya poin plus keluarga ini, setelah mengalami pengalaman yang aneh-aneh dengan keluarga asuh sebelumnya, wajar jika para tetua minus Hokage ketiga menaruh harapan besar pada keluarga ini. Pakai banget. Khususnya Danzo. Soalnya jika keluarga ini pun gagal, otomatis mereka mau tak mau harus mempertimbangkan permintaan keluarga Kagami.

Kenapa? Karena sebenci-bencinya mereka pada klan Uchiha, mereka akui keluarga Kagami jauh lebih waras dari keluarga Shikaku-Chouza. Dan dimulailah kehidupan Naruto di keluarga Tsume Inuzuka.
Tsume tersenyum lebar saat Ibunya Choji memberikan Naruto dalam gendongannya, merasakan beban yang familiar belakangan ini di pundaknya. Kehangatan tubuh si bayi langsung menyeruak, menembus kain tebal gendongannya dan mengenai kulitnya. Tsume mengendus bau wangi bedak si bayi. Ah, bukan hanya bedak, ia juga mencium aroma jeruk segar samar-samar. 'Mungkin itu ciri khasnya Naruto,' pikir Tsume seraya membetulkan gendongannya agar Naruto merasa nyaman.
"Gyaa..akh..mmm.." celoteh Naruto sambil bertepuk tangan senang. Wanita yang sedang menggendongnya memang masih asing di matanya, tapi Naruto mencium bau menyenangkan dari wanita itu. Pelukan wanita itu hangat seperti pelukan ibunya Si kakak pemalas dan ibunya si kakak tukang makan. Naruto suka. Karena itu, ia tak keberatan saat pipi gembilnya dicolek-colek wanita asing bertampang sangar itu.
"Ukh Naru-chan." Gumam Tsume gemas dan lalu memberi Naruto ciuman di pipi bertubi-tubi membuat si balita menggeliat tidak nyaman. "Kamu manis sekali," pujinya. Matanya berbinar-binar, menatap ibunya Choji. "Boleh ku bawa pulang sekarang?" Tanyanya penuh harap.
"I-iya," jawab ibunya Choji gugup. Sebetulnya, ia tak rela melepas Naruto. Ia ingin Naruto tinggal bersamanya, tumbuh, dan berkembang di rumahnya hingga ia dewasa. Tapi, ia bisa apa? Ia tak berdaya melawan perintah tetua. 'Oh, inikah yang dirasakan Yoshino saat memberikan Naruto padaku?' Batinnya sedih. Rasanya sakit. Sangat sakit, seperti tergores sembilu lalu ditaburi garam. Perih dan pedih.
"Kau bisa membawa Naru-chan. Sekarang, ia anak asuhmu," kata ibunya Choji dengan suara bergetar menahan sesak di dada. Ia mengusap pipi Naruto penuh sayang, meresapi kehalusan tekstur kulitnya dan menyimpannya dalam memorinya. Ia menundukkan kepalanya dan mencium pipi,kening, puncak kepala.hidungnya yang mancung mengendus-endus, menghirup baunya Naruto yang khas dengan rakus.
"Naru-chan paling suka tidur ditemani boneka katak dan Dinonya. Jangan lupa mencuci bonekanya karena Naruto suka menggigitinya. Saat menyusui, Naru-chan senang paha bagian atasnya ditepuk-tepuk." kata Ibunya Choji memberi nasehat. "Sebenarnya ada banyak hal yang ingin ku sampaikan, tapi ku rasa itu cukup mewakilinya. Cepatlah berangkat! Hari sudah mulai petang. Tak baik bawa bayi keluar malam-malam,"
Tsume melempar senyum, sebelum berpamitan. "Aku pergi dulu dan terima kasih untuk infonya," ujarnya sambil memberi hormat. Ia mengangkat sebelah tangan Naruto ke atas, melambai. "Jaa," pamitnya yang dibalas Ibunya Choji dengan senyuman terpaksa.
Dalam perjalanan ke rumah, Tsume tak henti-hentinya bersenandung, sambil sesekali mengajak Naruto bicara. Ia menunjuk satu per satu benda di dekatnya dan memberi tahukan nama-namanya pada Naruto. "Itu langit."
Bocah cerdas itu langsung merekamnya dalam otaknya. "Aii.." celoteh Naruto berusaha meniru sebaik mungkin.
"Hi hi hi.., Naru-chan pintar." Puji Tsume. Ia kini menunjuk. "Yang itu pohon,"
"Oonngg.." gumam Naruto tidak begitu jelas. Ia kesulitan menyebut huruf n.
"Wah, pintar. Naruto betul lagi. Hi hi hi... Itu baru anaknya Kaa san." Puji Tsume.
"Gyaa...kaa..." jawab Naruto sambil tepuk tangan.
Tsume mencubit pipi Naruto gemas dan menciuminya bertubi-tubi. Sepanjang jalan, ia berusaha mengajak bicara Naruto dan mengajarinya banyak hal. Ia dengan telaten mendengarkan cerita Naruto. Bagi orang lain, mungkin itu hanya celotehan tidak penting. Tapi untuk seorang master ninken sepertinya, itu bukanlah masalah. Ia bisa memahami cerita Naruto dibalik celotehan tidak jelasnya.
Naruto cerita jika ia menyayangi Tsume. Bahwa, Tsume memiliki hati yang hangat sehangat ibunya Kakak pemakan segala aka Choji, dibalik watak galaknya. Tsume tersenyum. Hatinya tersentuh oleh pujian tulus Naruto. Ia pun mengecup puncak kepala Naruto dan menggesekkan pipinya pada rambut durian Naruto, sebagai ucapan terima kasih.
Tak terasa, mereka sudah berada di depan rumah Kiba. Kiba yang sedang digendong Hana, kakak pertamanya di teras rumah langsung melambaikan tangannya pada ibunya. Ia melonjak-lonjak tak sabar untuk minta gendong ibunya. "Nah, ini rumah Naru-chan sekarang. Kita akan tinggal bersama," kata Tsune lembut. "Yang ini nee-chanmu. Namanya Hana. Panggil dia Nee san. Kalau yang ini anikimu. Namanya Kiba. Panggil dia nii san."
"Hai, Naru-chan! Selamat datang," kata Hana menyambut sambil menggerakkan tangan Kiba agar bersalaman dengan Naruto.
"Aii.." balas Naruto masih sambil tertawa. Lalu, Naruto menengok wanita yang memintanya dipanggil Kaa-san. Ia memasukkan keempat jarinya ke mulut. "Uuu.."
"Oh, kau lapar ya? Ayo masuk. Ini saatnya kau minum susu lalu bobok ganteng." Kata Tsume membawa Naruto ke dalam rumah. Usai menyusu, Naruto pun tidur. Setelahnya Tsume mengurus Kiba, dari menyuapinya hingga memberinya susu. Tepat jam 9 malam, Tsume bersiap-siap menyusul Kiba dan Naruto untuk tidur.
Hana belum tidur karena masih belajar medic-nin untuk meningkatkan skillnya. Ia tahu ia tidak mungkin jadi pemimpin klan karena kurangnya bakat memimpin, tetapi ia tak patah harapan. Sebagai gantinya, ia bertekat menjadi seorang kunoichi yang membanggakan. Ia belajar hingga larut.
"Hoahmm..." Hana menutup mulutnya. Matanya memerah karena kantuk. Ia sudah akan mematikan lampu belajarnya dan pergi tidur ketika telinganya menangkap suara dengkingan dari arah kamar ibunya. "Kuro. Kenapa dengan dia? Apa ada penyusup?" Pikirnya. Hana segera mengerahkan kemampuannya dalam membaui cakra asing mencurigakan dengan parameter sekitar rumah dan lalu diperluas ke seluruh kompleks, namun tidak menemukan apapun.
"Lebih baik aku memeriksa seluruh rumah terlebih dahulu." Gumamnya untuk meyakinkan diri. Siapa tahu si penyusup memiliki kemampuan dalam menipiskan cakra sehingga Hana tak berhasil membauinya. Karena tak biasanya Kuro mendengking tengah malam seperti ini.
Hana beranjak dari kamarnya dan meraih senjatanya, bersiap-siap. Dengan mengendap-endap dan hati-hati, ia memeriksa seluruh rumah. Terakhir kamar ibunya. Ia melihat ibunya tengah mencengkram Kuro yang melihat dengan tatapan sangar pada Naruto. Kuro menggeram dengan suara rendah mengancam. Air liurnya menetes diantara gigi-giginya yang tajam. "Ibu, ada apa? Kenapa dengan Kuro?"
Tsume menjawab tanpa menoleh. "Aku tak tahu. Coba kau periksa dia!"
"Hai'k!" Hana pun memeriksa Kuromaru dengan bantuan ibunya. Ia lalu menggeleng. "Tidak ada yang aneh,"
"Aneh." Komentar ibunya. Kuro tidak pernah menggeram di depan warga Konoha. Terlebih pada seorang bayi. Apa sebetulnya yang membuat Kuro marah? 'Jangan-jangan karena Kyuubi,' duga Tsume. "Besok bawa dia ke rumah sakit. Suruh mereka untuk memeriksa lebih teliti. Aku khawatir,"
"Baik, ibu. Tapi, bagaimana untuk malam ini?"
"Kita tak bisa membiusnya. Terlalu berresiko. Lebih baik bawa dia untuk menginap di tempat lain malam ini. Aku takut ia akan menyerang Naru-chan lagi,"
Hana tak bisa membantah. Ia membawa Kuromaru meninggalkan rumah menuju ruang pertemuan klan Inuzuka. Untuk malam ini, biarlah mereka menginap di luar. Keesokan harinya, Hana membawa Kuro ke rumah sakit, tapi para dokter mengatakan Kuro baik-baik saja. Tidak ada yang mencurigakan, membuat dahi Hana mengerut dalam. 'Aneh,' batinnya.
Dengan setengah linglung, Hana membawa Kuro kembali. Ia tiba di rumah saat dua adik balitanya tengah main di teras. Kiba yang melihat kedatangan Kuro langsung merangkak menghampirinya. Ia berpegangan pada bulu Kuro yang panjang. Kakinya berjinjit ingin menaiki punggung Kuro. Kuro merebahkan tubuhnya di lantai teras dan membiarkan Kiba menaikinya.
Naruto melihat semuanya. Mata bulatnya tampak berbinar, menemukan sesuatu yang menarik. Ia menggerakkan tangan dan kakinya. Dengan memanfaatkan perutnya, Naruto menghampiri Kuro dan Kiba. Hana berusaha mencegah, tapi bayi gembul itu dengan lincah berhasil lolos dari Hana. Ia ingin naik juga tapi berhubung ia masih kecil. Pendek pula. Ia pun gagal menyusul sang kakak.
Kuro mendengus. Dengan angkuh, ia melengos membuat mata biru bundar itu berkaca-kaca. Bibir mungilnya bergetar, tapi tidak menangis. Naruto sudah diberi tahu kaa san barunya jika anjing tidak akan luruh hanya karena tangisan. Naruto harus memenangkan hatinya, menunjukkan jika ia layak menunggangi punggung si anjing.
Naruto berusaha duduk di samping Kuro. Tubuhnya oleng kanan kiri, namun tidak sampai jatuh karena ekor Kuro menahan tubuh Naruto agar seimbang dan tidak jatuh. "Gaaa jyaa dada... aaa.... kaaa... aiii.." Naruto berceloteh dan bertepuk tangan, menganggap dirinya tengah menyanyi untuk Kuro, membuat air liurnya menetes membasahi bajunya.


Awalnya,Kuro tak perduli karena balita pirang itu tidak memiliki bau anjing seperti majikannya

Awalnya,Kuro tak perduli karena balita pirang itu tidak memiliki bau anjing seperti majikannya. Namun, melihat kegigihannya berjuang membuat Kuro iba. Ia merundukkan tubuhnya serendah mungkin hingga menyentuh lantai. Akhirnya, Naruto berhasil menaiki tubuh Kuro. Kiba menjaga Naruto agar adiknya nyaman di atas punggung Kuro.
Hana yang melihat tingkah lucu  mereka tersenyum kecil. 'Mungkin yang semalam karena Kuro belum kenal Naru-chan. Buktinya mereka akrab sekarang,' batin Hana.
Namun, hal yang sama terulang lagi. Bahkan lebih parah. Bukan Kuro saja yang bertingkah aneh. Tapi, semua anjing ninja milik Klan Inuzuka. Mereka menyalak galak mengelilingi rumah Kiba sekeluarga. Jika saja majikan mereka tidak mengekang anjingnya masing-masing, para anjing itu pasti sudah menyerbu rumah ketua klan mereka dan itu akan jadi ironi yang memiriskan hati.
"Ketua? Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Kenapa para anjing bertingkah aneh?" Tanya salah satu anggota klan berambut cepak bertubuh paling tambun.
"Apa karena Kyuubi? Apa itu yang membuat mereka gelisah," Tebak teman di sebelahnya yang sedang mengendalikan satu-satunya anjing dengan bulu berwarna abu-abu bernama Gero.
"Tidak." Tsume menggeleng. "Aku juga tidak tahu, tapi aku yakin ini tidak ada hubungannya dengan Kyuubi,"
"Kenapa....?"
"Karena aku belum pernah mendengar satu cerita pun, dimana anjing ninja terpengaruh cakra Kyuubi saat berdekatan dengan seorang jinchuuriki. Ini kali pertama." Potong Tsume. Ia mengerutkan dahinya, berfikir. "Lagipula, ini hanya terjadi saat tengah malam hingga mendekati waktu Fajar. Sebelumnya tidak terjadi apa-apa," tambahnya.
"Mungkin, ada baiknya kita minta bantuan Hyuga untuk memeriksa wadah Kyuubi itu, untuk memastikan jika segelnya aman," usul anggota lainnya.
"Akan lebih baik lagi jika itu dilakukan para Uchiha. Sharingan melihat lebih baik. Lagipula, itu tugas mereka sebagai polisi desa bukan?" Usul Hana.
Tsume berfikir. "Kau benar. Uchiha jauh lebih mengenal Kyuubi. Jadi, mereka pasti mengetahuinya lebih baik. Tapi sebelumnya, kita harus melaporkannya pada para tetua. " Putusnya. Ia menghela nafas berat. Ada ketidak relaan terpancar daru iris coklat gelapnya. "Aku akan menyerahkan hak asuh Naruto pada yang lain." Ujarnya terdengar kecewa. "Itu lebih baik untuk Naruto."
SKIP TIME
Naruto ditempatkan di sebuah ruangan khusus yang sudah diberi segel, sehingga apapun yang terjadi tidak akan bocor keluar. Saat ini, ia tengah tidur lelap setelah disusui ibu asuhnya. Ia tidur sambil memeluk boneka Dinonya di satu tangan, sedangkan tangannya yang lain mengenyot jempolnya. Sesekali, Naruto bergumam lirih. Dadanya naik turun.
Jauh di depan Naruto, tampak trio InoShikaChou berdiri dengan tegang. Wajah ketiganya muram, tak tega dengan nasib Naru bayi yang diperlakukan seperti ini, seolah-olah ia adalah penjahat. Shikaku dan Chouza merenung, berfikir apa yang salah? Selama tinggal bersama mereka, tidak ada yang aneh pada Naruto. Tapi, mereka juga sadar jika kemampuan sensor mereka masih di bawah klan Inuzuka. Karena itu, mereka tak menyadarinya.
Di sudut yang lain, Tsume tak kalah tegangnya dengan Shikaku dan Chouza. Ia berdiri dengan resah. Sesekali, ia mencuri pandang pada Hiashi pemimpin klan Hyuga dan Fugaku pemimpin klan Uchiha. Raut keduanya tak terbaca. Namun dibalik sikap tenangnya, Tsume yakin, mereka juga cemas. Keduanya hanya lebih pinter menyembunyikan keresahan mereka.
Jauh di luar ruangan para tetua memantau semuanya melalui kamera pengawas. Sarutobi menghisap cerutunya untuk menenangkan diri. Danzo secara rutin mengetuk-ketukkan tongkatnya ke lantai. Koharu terus-menerus mengerling pada kamera pengawas sambil meminum teh hijaunya. Hanya Homura yang tetap terlihat tenang sejak awal.
Jam berdentang, tepat pukul 00.00 malam. Semua kepala menoleh, menatap Naruto yang tetap terlelap, tak terganggu dengan keributan kecil di kamar tempatnya tidur. Kuro di sisi Tsume menegakkan kepalanya. Hiashi dan Fugaku mengaktifkan doujutsu andalan klan masing-masing. "Byakugan!" Kata Hiashi disusul Fugaku, "Sharingan," Mata keduanya berubah dari sebelumnya, pertanda jika doujutsu mereka sudah aktif dan berfungsi.
Hiashi melihat sistem cakra Naruto, pada tiap titik cakra lalu pindah ke pusat cakra. Tak ada yang aneh. Cakra Kyuubi tersegel dengan baik di pusat cakra Naruto dan terbungkus dengan rapat oleh cakra Naruto yang harus Hiashi akui memiliki kapasitas cadangan yang sangat besar. Tak ada sedikit pun cakra Kyuubi yang merembes keluar. Hiashi melirik Fugaku yang wajah tampak... apa ya? Ah, iya. Tampak unik. Fugaku terlihat bingung dan juga terkejut. Mungkin Fugaku menemukan sesuatu.

Telinga Kuro tegak dan lalu ia menyalak, "Guk..guk..guk.." Ia menggeram rendah. Dengan agresif, ia melepaskan diri dari cengkraman majikannya. "Guk...guk..guk..." Kuro masih saja menyalak. Namun, tingkat agresifannya sudah berkurang. Setidaknya, ia tidak menyerang. Ia hanya berputar-putar. Ekornya mengibas ke kanan dan ke kiri. "Guk...guk..guk..."  Terus seperti itu.

Semua orang terheran-heran. "Tsume! Apa yang terjadi pada anjingmu?" Tanya Inoichi bingung. Ia telah mengerahkan segenap kemampuan sensornya, namun ia tidak menemukan apapun.

"Artinya, apapun yang membuat Kuro gelisah tadi, kini bukan lagi sebuah ancaman," Tsume bertanya balik. "Kau menemukan sesuatu?"
Inoichi menggeleng. "Tidak. Hyuga-san sendiri bagaimana?"
Hiashi juga menggeleng. "Aku juga tidak. Semua tampak sama. Segel Naruto tetap bagus dan berfungsi dengan baik. Cakranya yang hangat dan positif dengan efektif menetralkan cakra negatif Kyuubi. Lalu, membungkusnya hingga kecil kemungkinan merembes keluar. Apalagi, mengacau seperti yang terjadi pada jinchuuriki lainnya." Ia menoleh pada Fugaku. "Bagaimana denganmu Uchiha-san?" Tanyanya sopan.
"Sama sepertimu, tapi aku juga melihat sebuah cakra asing diantara cakra Naruto. Aku tak tahu itu apa, tapi ku rasa cakra itulah yang mempengaruhi Kuro dan lain-lain."
"Ku rasa juga begitu. Aku juga samar-samar mencium baunya. Bau itu hanya tercium saat tengah malam." Tambah Tsume.
"Sekarang kita tahu bukan Kyuubi yang mempengaruhi Kuro dkk, tapi sesuatu yang lain dalam diri Naruto." Simpul Hokage ketiga. Rupanya para tetua sudah bergabung dengan tim penyidik begitu Kuro menyalak.
"Dan sesuatu itu kini dianggap bukanlah ancaman untuk Kuro. Pertanyaannya apa?" Koharu menambahkan.
Danzo menyipit. Ia memperhatikan bentuk segel di perut Naruto setelah mengangkat piamanya ke atas. Jari keriputnya menelusuri tiap huruf dan garis yang dibuat mendiang Yondaime. Lalu, mengangguk. "Aku mengerti kenapa Yondaime ingin menitipkan Naruto pada Kagami," ujarnya.
 
"Kenapa?" Tanya Koharu.
"Karena ia menyembunyikan sesuatu, mungkin sebuah pesan, di balik segel Naruto. Sesuatu yang hanya bisa dibaca oleh Mangekyou- nya Kagami atau Obito, keponakannya. Sayang, ia tak tahu jika Kagami sudah tewas dalam serangan Kyuubi ke Konoha. Obito sendiri masih koma. Jadi, kita tidak tahu isi pesannya,"
Semua orang mengangguk setuju. Opini Danzo ada benarnya. Untuk mengetahuinya mau tidak mau mereka harus menunggu hingga Obito tersadar dari komanya.
"Sekarang bagaimana? Naruto dengan siapa?" Tanya Hiashi.
"Pertanyaan konyol. Tentu saja dengan keluarga Kagami. Sesuai urutan. Sampai ditentukan siapa yang menang," Jawaban datang dari Fugaku.
Para tetua saling lirik. Hokage ketiga manggut-manggut. Danzo menengadah, tampak berpikir. Koharu dan Homura saling bergumam lirih. Akhirnya Koharu setuju ia yang bicara. "Kau benar Uchiha. Tsume tidak bisa mengasuh Naruto. Tidak jika Kuro menganggap Naruto sebuah ancaman. Mulai besok, Naruto bisa tinggal di kediaman Kagami Uchiha."
Fugaku diam-diam tersenyum. Ada kepuasan tersendiri. Apapun yang direncanakan Minato, itu tidaklah buruk. Ia bisa melihat matahari mulai menyinari klan Uchiha. Setelah ini, ia yakin mereka tidak akan mengucilkan Uchiha. Mau tak mau mereka harus menyertakannya. Fugaku hanya berharap, seiring waktu prasangka mereka pada klannya juga hilang.
SKIP TIME
"Inuzuka memang hebat. Ia bisa mengendus keberadaan kita," kata sebuah bayangan. Dari suaranya, diketahui jika ia laki-laki.
"Itu resiko." Timpal temannya yang perempuan, yang baru saja menyusulnya keluar dari tubuh Naruto.
"Besok Naru-chan akan tinggal bersama Uchiha. Sebaiknya kita tak usah muncul lagi,"
"Kau benar."
TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar