Choji anak dari pemimpin
klan Akamichi yakni Chouza. Wajahnya sangat mirip dengan ayahnya. Tidak
terlalu tampan, tapi tampangnya cukup enak dilihat. Setidaknya, lebih
manis dari Shikamaru yang jutek abis. Itu kata ayahnya.
Selain tampang, ia juga
mewarisi perawakan tubuh ayahnya yang tambun. Dari lahir, tubuhnya sudah
berukuran besar. Ditambah dengan pertumbuhan tubuhnya yang sangat
pesat, melebihi pertumbuhan bayi-bayi lainnya yang seumuran dengannya,
menjadikannya bayi tergendut se Konoha.
Berbeda dengan Shikamaru
yang anteng dan hobi tidur, Choji ini tidak mau diam. Ia terus
bergerak-gerak menjelajahi ruangan dan merusak barang-barang dan
perabotan rumah, membuat rumah berantakan seperti habis dilanda gempa.
Eits tapi, ia menjelajahi ruangan bukan untuk belajar mengeksplor
sekitarnya, melainkan untuk mencari makanan. Choji baru mau bergerak
dari tempatnya jika biskuit bayi di tangannya habis. Selama biskuitnya
ada, Choji tidak akan bergerak seinchi pun. Ia akan duduk dengan anteng
sampai makanannya habis atau ibunya yang memindahkannya.
Sesuai tradisi klan,
Choji sudah diperkenalkan dengan calon anggota tim geninnya kelak, yakni
Ino putri dari Inoichi Yamanaka dan Shikamaru anaknya Shikaku Nara,
sedini mungkin. Harapannya mereka bisa cepat akrab dan menjadi kawan
baik. Ini penting untuk menunjang kelangsungan teknik formasi khusus
tiga klan yang sudah bersahabat baik jauh sebelum Konoha berdiri.
Formasi ini dinamakan formasi Ino-Shika-Cho. Formasi diawali dengan serangan langsung dari klan Akamichi yang lalu diikat dengan bayangan oleh klan Nara dan diakhiri dengan teknik alih tubuh oleh klan Yamanaka. Teknik jutsu yang digunakan formasi ini bisa berbeda-beda, tergantung kemampuan tiap-tiap anggota untuk mengembangkan teknik jutsu klannya masing-masing. Sayangnya harapan mereka pupus di tengah jalan.
Formasi ini dinamakan formasi Ino-Shika-Cho. Formasi diawali dengan serangan langsung dari klan Akamichi yang lalu diikat dengan bayangan oleh klan Nara dan diakhiri dengan teknik alih tubuh oleh klan Yamanaka. Teknik jutsu yang digunakan formasi ini bisa berbeda-beda, tergantung kemampuan tiap-tiap anggota untuk mengembangkan teknik jutsu klannya masing-masing. Sayangnya harapan mereka pupus di tengah jalan.
Ketiga anak dari
pemimpin klan Yamanaka, Nara, dan Akamichi ini sulit akrab. Shikamaru
cenderung menarik diri dari pergaulan dan sangat jutek. Ia paling benci
dengan orang yang berisik. Sedangkan Ino sebaliknya, manja dan cengeng.
Apa-apa minta dituruti. Jika tidak dituruti, ia pasti nangis
menjerit-jerit. Tentu saja Shika tidak suka pada Ino. Bisa dibilang
Shika ini antipati dengan Ino. Ia tidak segan-segan menjahati Ino saat
Ino mulai berisik, dari menyepak kakinya, mendeathglearnya, hingga yang
paling kejam menyumpal mulut Ino dengan kakinya. Hubungan Shika-Choji
tidak begitu buruk. Maklum, Choji kan lumayan anteng. Tapi, saat Choji
mulai berisik mempermasalahkan makanannya yang abis, barulah Shika
bertindak. Shika menjejali apapun yang ada di dekatnya ke mulut Choji
agar balita gemuk itu diam.
Kata apapun ini
benar-benar apapun. Ketemu mainan ya dijejalkannyalah mainan itu. Kaos
kaki pun oke. Plastik bungkus makanan juga tak masalah. Serpihan kayu
yang Shika tarik secara asal pun kadang-kadang ia pakai. Namun yang
paling menjijikkan ya itu popok Shika yang penuh ompol. Njijiki bin
gilani. Sumpah. Itu menjadikan Choji tumbuh sebagai balita pemakan
segala.
"ASTAGA CHOJI!" Pekik
ibunya Choji terkejut saat melihat anaknya mulai menggigiti kursi kayu
hingga permukaan kayunya bolong-bolong.
"Nyaamm...nyammm..nyaakkk.." gumam Choji yang tidak menyadari ketakutan di wajah ibunya.
"Sayang..," gumam ibunya Choji sedih sambil menarik serpihan kayu yang dikunyah anaknya dengan bahagianya.
"Ndaaak... ndaakk.." racau Choji tak terima. Ia meronta menjauhkan diri dari ibunya agar makanannya tidak direbut ibunya.
"Sayang! Ini bukan
makanan. Jangan dimakan! Nanti perutmu sakit," katanya lembut. Ia dengan
telaten membersihkan mulut Choji dari sisa-sisa remahan kayu yang
dimakannya dan lalu menggantinya dengan biskuit bayi.
'Choji. Kenapa kamu jadi
begini?' Batinnya resah. Ia baru tahu kebiasaan buruk anaknya sekarang.
'Pantas saja perabotan rumah jadi bolong-bolong. Dimakan Choji sih,'
tambahnya dalam hati menyayangkan.
Di lain waktu, ibunya
Choji melihat anaknya menarik popoknya yang tadi baru saja dilepas
karena Choji pup. Awalnya ia bingung. 'Choji mau apa?' Batinnya. Betapa
terkejutnya ia saat tahu Choji memakan popoknya berikut pupnya.
Huekkk... sangat menjijikkan. Ibunya menjerit histeris dengan cara yang
belum pernah dilakukannya selama ini. Bahkan, saat Kyuubi mengamuk di
tengah-tengah desa pun ia tidak sehisteris ini.
Malamnya, ibunya Choji
ngadu pada suaminya. Dengan lembut, ia berkata "Anata.. sebelumnya aku
minta maaf, jika kata-kataku ini tidak berkenan di hatimu."
"Ada apa ibunya Choji? Kenapa kata-katamu aneh sekali?" Tanya Chouza heran.
"Ini tentang Choji,"
"Choji? Memangnya ia kenapa? Ku lihat ia baik-baik saja. Sehat. Lincah. Dan, nafsu makannya tetap bagus seperti biasanya,"
Bibirnya ibunya Choji
bergetar sesaat. Dengan lirih, ia menceritakan keanehan Choji yang makan
sembarangan. "Itu yang ku cemaskan. Sebelumnya, ia tidak begini." Diam
sejenak, terlihat agak ragu, namun akhirnya ia mengutarakan
kegundahannya. "Setelah bergaul dengan putranya Shikaku-kun, Choji
berubah."
Chouza tersentak menatap
istrinya tak percaya. "Astaga! Kau mencurigai Shikamaru? Balita itu?
Apa kau masih waras ibunya Choji?" Suara Chouza tidak lebih tinggi dari
sebelumnya, namun geraman rendah yang dikeluarkannya adalah bukti jika
ia marah pada istrinya.
"Dengarkan aku dulu.
Please!" Pinta ibunya Choji. "Aku tahu ini tak masuk akal, tapi inilah
faktanya. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri Shikamaru-chan
memasukkan popoknya ke mulut Choji. Yoshino juga lihat. Kau bisa
bertanya padanya," imbuhnya berusaha meyakinkan suaminya.
Chouza diam. Ia
merenung, memikirkan memori ketika Yoshino minta maaf padanya atas
kelakuan nakal anaknya beberapa waktu yang lalu. Amarahnya pun mereda.
"Mulai besok, sebaiknya Choji tak usah bertemu dengan Shikamaru dulu,"
katanya membuahkan senyuman di bibir istrinya.
Untunglah, sebelum
bertambah parah, Chouza berpikir cerdas untuk menjauhkan Choji dari
Shikamaru sementara waktu, sehingga Choji tidak semakin tersesat dengan
kegemaran abnormalnya. Choji pun selamat dan kembali jadi bayi yang
normal yang hanya makan makanan yang wajar dikonsumsi manusia. Itu
membuat kedua orang tuanya lega.
Lalu, bencana datang
melanda. Kyuubi mengamuk di tengah-tengah desa dan merusak semua yang
ada. Korban jiwa berjatuhan satu per satu. Jeritan dan isak tangis
memenuhi seluruh Konoha. Keadaan benar-benar kacau. Para penduduk
berlarian untuk mencari tempat yang aman. Termasuk keluarga Chouza yang
rumahnya luluh lantak akibat bijuudama Kyuubi. Syukurlah, Chouza
berhasil mengungsikan istri dan anaknya tercinta sebelum bergabung
dengan pasukan reguler.
Chouza berusaha menepis
segala kekhawatirannya, menekan ketakutannya, dan fokus pada misinya. Ia
dan pasukan Konoha berusaha menahan Kyuubi agar tidak merengsek masuk
ke dalam. Tanpa ia sadari, Kyuubi mengibaskan salah satu ekornya tepat
mengenai dada Chouza. Tubuh Chouza terpelanting ke belakang menabrak
bangunan kayu yang sudah mau ambruk. Untung tak bisa diraih, malang tak
bisa ditolak, tangannya tertusuk serpihan kayu tembus hingga ke
belakang. Darah mengucur deras, membuat Chouza pingsan seketika.
Saat bangun, ia sudah
dikelilingi mayat beberapa shinobi Konoha. Chouza bangun tertatih-tatih.
Saat itulah, ia melihat Shikaku rekannya. Bersama Shikaku dan Inoichi,
ia mencari keberadaan Yondaime-sama dan istrinya. Inoichi berkat
kemampuan sensornya berhasil menemukannya lebih dulu. Yondaime-sama dan
istrinya berada di sebuah gubuk kosong jauh di luar desa.
Mereka pun ke sana.
Betapa terkejutnya mereka, saat mereka melihat deretan lilin menyala
berjajar mengelilingi seorang bayi yang tengah menangis menjerit-jerit.
Berkat cahaya lilin, mereka melihat jejak tulisan fuin terukir di atas
lantai yang berdebu. Firasat buruk mencengkram benaknya. Jangan-jangan
Yondaime- sama... 'Tidak aku tidak boleh berpikiran buruk,' pikirnya
menepis firasatnya.
Namun, ternyata
dugaannya tepat. Jadi kenyataan pahit. Yondaime- sama dan istrinya sudah
tewas karena melakukan ritual kinjutsu terlarang yakni hakke fuin no
jutsu untuk menyegel Kyuubi ke dalam tubuh seorang bayi, yang mirisnya
anak Yondaime sendiri yang baru lahir.
'Oh ya Tuhan,' pikirnya
terpukul. Ia telah kehilangan pemimpinnya, panutannya yang sangat ia
hormati. Chouza terduduk lemas di lantai sebelum ditarik Shikaku ke
rumah sakit.
Saat pemakaman, Chouza
menangis. Perduli setan dengan idiom bahwa laki-laki pantang menangis.
Ia tengah berduka, merasa sangat kehilangan. Wajar bukan jika ia
menangis? Laki-laki juga manusia, punya rasa punya hati.
"Anata, bagaimana kalau
kita merawat Naru-chan? Kasihan dia. Masih bayi, tapi sudah hidup
sebatang kara." Kata Ibunya Choji mengungkapkan unek-uneknya saat mereka
mau tidur bersama. Ia merasa iba pada nasib bayi pirang yang tengah
dirawat di rumah sakit Konoha. Ia mengalami perlakuan buruk dari para
suster yang enggan merawatnya dan kadang mengasarinya dengan alasan tak
tahan akan kerewelan si bayi yang selalu menangis dan memuntahkan susu
formulanya. Alasan murahan. Padahal, aslinya itu karena mereka membenci
si bayi yang baru ia ketahui bernama Naruto hanya karena si bayi adalah
wadah Kyuubi. Sangat memuakan dan kekanak-kanakan.
"Aku tak masalah selama
kau tak keberatan. Ingat! Merawat satu bayi saja sudah repot, apalagi
dua. Aku tak mau kau berlaku kasar pada Naruto hanya karena ia bukan
anakmu. Kau harus menyayangi Naruto dan bersikap adil padanya. Jika kau
tak sanggup, lebih baik mundur saja," nasehat Chouza bijak.
Ibunya Choji menyanggupi
syarat suaminya. Ia memang wanita berhati mulia. Hari itu juga Chouza
membuat surat permohonan untuk mengadopsi Naruto, namun ia tidak
sendiri. Ia harus bersaing dengan Shikaku Nara, Tsume Inuzuka, dan
keluarga Kagami Uchiha. Hokage memutuskan untuk memberi masa percobaan
sebelum diputuskan siapa yang berhak menerima hak asuh Naruto. Chouza
mendapat giliran kedua.
Chouza mendesah lega
dalam hati. Bukannya ia keberatan merawat Naruto, melainkan karena ia
belum memiliki tempat tinggal yang layak untuk ditinggali. Rumahnya kan
hancur. Untuk sementara waktu ia sekeluarga tinggal di rumah induk klan
Akamichi bersama anggota klan lainnya.
"Anata, kenapa kau tak berusaha lebih keras agar hak asuh Naruto jatuh ke tangan kita?" protes istrinya.
"Itu sudah keputusan
para tetua. Aku tak bisa menolaknya. Lagipula ada baiknya Naruto tinggal
bersama Shikaku. Mereka punya rumah sendiri. Sedangkan kita? Kita tak
punya. Aku tak tega melihat Naruto berdesak-desakkan dengan yang lain.
Itu tak baik khususnya untuk perkembangan mental Naru-chan."
"Bukannya itu lebih baik untuk Naru-chan? Ia bisa belajar bersosialisasi."
"Kau lupa? Naruto bukan
anak biasa. Ia wadah Kyuubi." Chouza menghela nafas panjang. "Banyak
yang jadi korban keganasan Kyuubi. Diantara korban itu pasti ada yang
membenci Naruto karena memandang Naruto adalah Kyuubi sang monster
perusak desa. Anggota klan kita tak luput darinya."
"Kau mencurigai anggota klanmu melakukan perbuatan tidak terhormat -menyiksa seorang bayi- karena kebencian membabi buta?"
"Aku yakin tak ada yang berani melakukan kekerasan fisik pada Naruto karena perintah Hokage- sama mutlak."
"Lalu, apa yang kau takutkan?"
"Kekerasan tidak melulu
soal fisik, tapi juga mencakup kekerasan non verbal. Dan, jenis
kekerasan non verbal inilah yang ku takutkan akan menghancurkan mental
Naru-chan." Jelas Chouza.
"Aku tahu, tapi...."
ibunya Choji membuang nafas. "Aku tetap cemas. Bagaimana nasib Naruto di
tangan Yoshino? Putra tunggal mereka itu sangat jutek dan nakal kelewat
batas. Bagaimana kalau Naruto dijahati anak nakal itu?" Imbuhnya.
"Bersabarlah sampai kita bisa membangun rumah kita sendiri. Saat itu tiba, aku janji akan memboyong Naruto." Janji Chouza.
Meski sudah diberi
pengertian suaminya, ibunya Choji tetap saja cemas. Ia berkali-kali
berkunjung ke kediaman keluarga Nara untuk memastikan kondisi Naruto
baik-baik saja. Sejauh ini sih Naruto cukup baik. Shikamaru tidak
memberikan tanda-tanda akan menjahati Naruto. Shikamaru justru terlihat
menyayangi Naruto dan cenderung posesif.
Itulah kehebatan Naruto.
Dengan wajahnya yang manis, matanya yang bulat, dan tatapan polosnya,
Naruto berhasil membuat seluruh anggota klan Nara jatuh cinta. Tapi,
memang Shikamarulah capaian terbaik Naruto mengingat betapa jutek dan
acuhnya balita itu. Ibunya Choji hanya berharap anggota klannya pun
demikian.
Ibunya Choji lega. Ia
sekarang percaya jika Naruto akan baik-baik saja di tangan keluarga
Nara. Makanya itu, ia tak keberatan saat keluarga Nara meminta
perpanjangan waktu. Ia malah lega karena rumahnya belum jadi.
Ini bukan berarti Chouza
berhenti berjuang untuk mendapatkan hak asuh Naruto. Ia sudah terlanjur
menyayangi Si Pirang mungil itu dan berharap kelak Naruto akan jadi
bagian keluarganya. Karena itulah, Chouza menolak perpanjangan waktu
Yoshino. Ia segera membawa Naruto yang tubuhnya makin montok
menggemaskan ke rumahnya begitu gilirannya tiba.
Kehadiran Naruto
disambut gembira oleh keluarga Choji. Choji juga terlihat tak keberatan
berbagi dengan Naruto. Terkadang Choji bahkan memberikan biskuitnya pads
Naruto yang tentu saja dilarang ibunya karena belum waktunya Naruto
diberi makan. Asupan gizi Naruto hanya bergantung pada ASI. Ia juga
dengar Shikamaru sering mencuri-curi kesempatan untuk menyuapi Naruto
dengan buburnya yang untungnya tidak berhasil, sehingga pencernaan
Naruto tidak terganggu. Ingat bayi kurang dari 6 bulan cukup diberi ASI.
Tidak boleh ada tambahan lain. Just ASI.
Anggota klan Akamichi di
luar dugaan tidak menolak kehadiran Naruto. Mereka menerima Naruto
dengan tangan terbuka. Mereka tidak berpikiran picik, jatuh ke dalam
kebencian membabi buta hanya karena kehilangan orang terkasih mereka,
akibat Kyuubi yang ada di tubuh Naruto. Mereka cukup menyayangi Naruto
dan memperbolehkan Naruto bergaul dengan anak mereka. Itu membuat Chouza
dan istrinya bangga akan kebesaran hati para anggota klannya.
"Ney, ini mungkin hanya
perasaaku saja. Tapi, kalau dilihat-lihat, Naruto ini mirip Yondaime ya?
Rambut pirangnya dan iris safirnya itu lho.., mirip banget." Komentar
salah satu istri Klan Akamichi.
Ibunya Choji mengerutkan dahinya, berfikir. Di Konoha, tidak banyak orang yang berambut pirang. Umumnya penduduk Konoha berambut hitam, coklat, dan coklat gelap. Ada juga sih yang berambut merah, abu-abu agak kebiruan, atau bahkan albino alias putih. Dan, yang paling unik pink. Tapi, jumlahnya relatif kecil. Jadi bisa diabaikan.
Kembali pada si Pirang. Penduduk Konoha yang berambut pirang itu setahunya sebagian besar dari klan Yamanaka, tapi pirangnya mereka kalau tidak pirang kusam mendekati coklat ya pirang pucat mendekati putih. Sangat berbeda dengan rambut Naruto yang pirang ngejreng seperti matahari yang bersinar cerah tepat di atas kepala kita. Jadi, klan ini bisa kita coret. Selain dari klan Yamanaka, Yondaime dan Tsunade-hime juga pirang. Abaikan Tsunade karena ia sudah bersumpah tak mau menikah. Dan jangan tanya soal anak haram jika kau masih ingin melihat matahari terbit esok hari. Tinggal satu kandidat yang tersisa sekarang.
'Mungkinkah Naru-chan
ini anaknya mendiang Yondaime?' Pikir ibunya Choji. Matanya tak lepas
dari Naruto yang tengah duduk diantara bantal-bantal sambil memainkan
boneka Dinosaurus berwarna hijau, pemberian Shikaku. Matanya menatap
menyelidik. Wajahnya sepertinya familiar, ya?
'Hm... setelah dilihat-lihat, wajah Naru-chan sangat mirip dengan Kushina, ya?' Ibunya Choji tak mengenal dekat Kushina, tapi ia pernah melihatnya. Ia tak akan pernah lupa betapa cantiknya dia dengan rambut merahnya. Dan, kini ia melihat lagi keelokan wajahnya pada Naruto. Jadi fix, Naruto anak pasangan Yondaime-Kushina.
'Hm... setelah dilihat-lihat, wajah Naru-chan sangat mirip dengan Kushina, ya?' Ibunya Choji tak mengenal dekat Kushina, tapi ia pernah melihatnya. Ia tak akan pernah lupa betapa cantiknya dia dengan rambut merahnya. Dan, kini ia melihat lagi keelokan wajahnya pada Naruto. Jadi fix, Naruto anak pasangan Yondaime-Kushina.
"Naruto..." ibunya Choji
menciumi puncak kepala Naruto penuh sayang. "Cepatlah besar. Tumbuhlah
jadi shinobi yang hebat seperti kedua orang tuamu," katanya memberi
petuah.
Hari-hari Naruto di
rumah Choji dilewati dengan penuh tawa dan canda. Ia hidup bahagia
dengan keluarga yang amat menyayanginya dan hangat seperti keluarga
Nara. Bencana itu justru datang dari Shikamaru si bayi jutek yang hari
ini datang berkunjung.
Awalnya mereka bertiga
bermain bersama. Choji ngemil. Naruto menggigiti kaki boneka Dinonya.
Sedangkan, Shika duduk anteng di depan Naruto. Lalu, tiba-tiba Naruto
membuang boneka Dinonya dan meraih boneka katak pemberian Chouza,
menciuminya baca mengileri, lalu mengigigitnya kuat-kuat. Shika tidak
terima Naruto bermain dengan boneka katak. Ia katakanlah cemburu. Ia
menggeram rendah terdengar mengancam. Shika merangkak mendekati Choji
dengan wajah jahat. Ia menarik kaos kaki baunya dan membenamkannya ke
mulut Choji. Dasar Choji geblek. Bukannya ditarik, ia malah asyik
mengunyah kaos kaki bau Shika. Shika menatap puas.
Naruto menirunya. Ia
menggelosorkan tubuhnya layaknya ular melata, mendekati kedua kakaknya
dan lalu menggigit popoknya Choji. Shika menjerit, berusaha
menyelamatkan Naruto, membuat si pirang meraung-raung dan lalu
mengunyah-ngunyah yang ada di dekatnya, pertama tangannya sendiri, lalu
tangan Shika, boneka, hingga kaki meja.
"Jaa..naann!" Pekik
Shikamaru histeris berusaha menarik benda apapun yang tengah dikunyah
Naruto dan menjauhkannya. "Ndaak aaa...hwee..." jerit Naruto tak senang
berusaha mengambil kembali barang kesukaannya yang diambil Shika. Choji
di lain pihak sudah terbebas dari kaos kaki Shika dan kini beralih pada
bokong ah tepatnya popok Shika. Ia tanpa ragu menggigit Shika sekuat
tenaga.
"Graauukk!"
"Gyaaa...! Huwee...!" Shika pun menjerit kesakitan membuat heboh semuanya.
Para orang tua melotot
melihat pemandangan horor di depannya. Naruto merayap seperti ulat bulu
lalu sibuk menggigiti daun pintu. Choji tak mau melepaskan popok
Shikamaru membuat bayi jutek itu nangis menjerit-jerit. Mereka diam
terpaku karena syok. Berdiri dengan mulut menganga lebar seperti idiot.
Untunglah para orang tua
segera tersadar. Mereka berusaha mengatasi kekacauan ini, tapi para
tetua datang tak diundang pergi tak diantar. Sialnya, mereka melihat
semuanya. Wajah ibunya Choji memucat. Meski demikian, ia tetap berusaha
tersenyum. Sayangnya nggak ngefek. Para tetua menatap sinis padanya
dengan bibir kaku.
Ibunya Choji hanya
mengerang dalam hati, menyesal kenapa tadi ia memberi ijin si iblis
kecil aka Shikamaru bermain dengan anaknya dan calon anaknya. Sial.
Double sial.
Hari itu juga, Naruto
keluar dari kediaman keluarga Choji. Choji melepas kepergian Naruto
dengan tangisan. Ia meraung-raung tak terima, berusaha menahan Naruto,
tapi apa daya. Tangan tak sampai. Naruto pun pergi.
"Jangan nangis sayang. Kita akan berjuang agar kau terpilih jadi kakaknya. Kita berjuang bersama," pungkasnya.
Selepas kepergian Naruto
yang mendadak, Choji agak berubah. Nafsu makannya masih tinggi, tapi
kali ini ia bisa menahan diri, tak lagi jadi pemakan segala.
SKIP TIME
"Aku tidak akan pernah
memberikan Naruto pada keluarga mengerikan itu." Kata Koharu gusar. Ia
membubuhkan angka 2 pada kolom nilai.
"Tidak ada komentar,"
ujar Danzo. Ia pun ill feel dan juga sedikit geram. Astaga makan popok.
Huek itu menjijikan. Dia mungkin kejam pada musuh Konoha, tapi ia sangat
menyayangi penduduk Konoha dengan caranya sendiri. Dan, itu termasuk
Naruto. Danzo memberi nilai 2.
"Aku tetap percaya pada keluarga Chouza. Ku pikir Choji masih kecil. Ia masih bisa berubah." Kata Hiruzen. Ia memberi nilai 5.
Homura
di luar dugaan memberi nilai 0. Jadi total yang diperoleh keluarga
Chouza 9 dari 40. Lebih jelek dari yang diperoleh Shikamaru. Peluang
Chouza sangatlah kecil. Meski demikian, Chouza tidak berhenti berharap.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar