Sabtu, 22 Oktober 2016

PELET CINTA PART FOUR



Pelet Cinta
Summary : Naruto naksir duda? Eoh, usap peluh dingin di kening. Yang benar saja? Mana ia lebih tua dari bokapnya pula. OMG, Demi apa? Terus kenapa Sasuke yang blingsatan? Katanya Naruto just friend. Kok mukanya acem tiap liat Naruto tebar pesona pada duren (Duda keren) itu? Fem_Naru.
DISCLAIMER : Naruto Belongs to Masashi Kishimoto
Genre : Friendship
Rating : T
WARNING : Fem_Naru, sedikit bashing beberapa chara, OOC, AU, dan gaje.
Pair : SasufemNaru just friend
Author Note :
Ai milih tokoh Orochimaru karena menurutku ia yang paling pas untuk peran ini. Orochimaru memiliki tatapan mata yang misterius dan senyum penuh makna. Maaf bagi yang merasa Sasuke agak OOC. Terima kasih banyak bagi yang sudah mereview, memfollow, dan memfav. 
Oke lanjut saja ke cerita. Semoga berkenan di hati para reader. Chekidot.


Don't Like Don't Read

Ono duda manggon ngarep omahku
Yen ruh aku, dhewekke ngguya ngguyu
Yen dek’e ngerti, aku namatke
Mlakune mundhak soyo digawe-gawe

Kira-kira umure seket pitu
Wis meh podho karo yuswane pak ku
Aku ra ngerti opo karepe
Saben dina aku diwenehi roti.

Soyo suwe atiku soyo mundhak bingung
Kudu-kudu kepingin ning omahe

Sasuke melihat Minato dengan santai dan acuh tak acuh, meski oniksnya tampak lebih tajam dan menyelidik dari hari-hari biasanya. Sasuke mencoba membaca isi pikiran ayahnya Naruto. Ia berharap menemukan sedikit saja tanda di wajah Minato yang masih tampan di usianya yang sudah menginjak akhir 40-an, tapi sulit. 

Minato tampak tenang. Namun, Sasuke tahu itu hanyalah ketenangan yang menipu layaknya ketenangan permukaan air laut yang bisa kapan saja bergejolak menenggelamkan apapun yang ada di atas permukaaannya. 

“Om..!” sapa Sasuke tenang, tak sesuai dengan isi hatinya yang bergejolak.

Minato menghembuskan nafas panjang. “Aku akan memeriksa kamar Naruto,” katanya. Ia beranjak dari kursinya dan meletakkan handycamp Sasuke di atas meja setelah menekan tombol off.

“Aku ikut,” kata Sasuke mengekor di belakang Minato. Ia tak menunggu persetujuan dari Minato karena ia tahu, Minato pasti mengijinkannya. Sasuke sudah sering masuk ke kamar Naruto. Ia bahkan sudah hafal di luar kepala detail-detail kamar Naruto.

Minato sampai di kamar Naruto. Matanya melotot horror. Wajahnya memucat. Tadinya, ia kurang begitu mempercayai isi video yang diperlihatkan Sasuke, tapi kini ia percaya 100%, ah bukan 1000%. Putri bungsunya memang sedang dalam bahaya. Ia tengah dalam pengaruh pellet dari duda beranak dua yang sialnya tinggal di depan rumahnya.

Dengan gusar, ia meraih paksa deretan foto si Orochimaru yang menutupi seluruh dinding kamar Naruto. Irisnya menyorot marah pada foto Orochimaru yang tengah memamerkan senyum penuh maknanya padanya seolah sedang mengejek ketidak becusannya sebagai seorang ayah. Foto-foto ini adalah bukti lain niat jahat Orochimaru pada putrinya dan sekaligus kegilaan putrinya. 

Minato pernah muda dan ia sudah pasti pernah jatuh cinta, tapi ia tahu batas antara orang normal yang sedang jatuh cinta dengan ketidak warasan. Dan, ini jelas sebuah ketidak warasan. Hanya stalker gila yang berniat memfoto seorang duda dengan berbagai angel, pose, suasana, tempat, dan baju yang berbeda. Naruto bahkan memiliki foto Orochimaru tengah tidur di kamarnya dalam balutan piama. Dan, itu membuat Minato ngeri coret sangat ngeri.

Ia tak berani membayangkan bagaimana caranya putrinya bisa mendapatkan foto itu. Minato mencabuti foto-foto itu tanpa melirik sedikitpun pada foto yang dicabutnya. Ia takut menemukan foto yang lebih mengerikan dari foto Orochimaru sedang tidur. Hatinya tidak siap menerima fakta ketidak warasan sang putri.

Sasuke tidak tinggal diam. Ia turut membantu. Ia menggeledah kamar Naruto, mengobrak-abrik seisi kamar dari lemari, laci, tas, sampai kardus-kardus. Ia menemukan lembaran foto yang lebih banyak lagi dari yang ditempel Naruto di dinding kamarnya dengan pose yang mungkin bisa membuat paman Minato masuk rumah sakit karena serangan jantung. Ngerinya lagi, Sasuke juga menemukan ada ratusan CD, DVD, MP3, sampai flashdisk yang semuanya berisi foto dan video seorang Orochimaru.

Sasuke kini beralih pada kolong tempat tidur. Sasuke terkesiap, nyaris menjerit. Ia komat-kamit dalam hati, memohon pertolongan dari Tuhan. Di kolong tempat tidur, ia menemukan lebih banyak lagi benda-benda absurd yang ia ketahui pasti milik si duren depan rumah. 

Sasuke mengangkat toples bening berisi benda-benda menjijikkan di tangannya. Dahinya mengerut tidak suka membaca tulisan tangan yang tertera pada label toples. “Kuku-kuku dan helaian rambut Orochi-chan?” Sasuke menahan diri untuk tidak muntah membaca panggilan manis Naruto untuk si duren. Terlalu bagus untuk om-om bangkotan penggila daun muda.
Otak Sasuke berfikir. Untuk apa Naruto mengumpulkan benda-benda ini? Kalau botol sabun cair, sampo, parfum, obat cukur, handbody lotion, dan bahkan ehem bekas sikat gigi si Orochimaru, Sasuke masih bisa menolerirnya, tapi ‘Ini?’ sulit ia terima. Ini bukan benda-benda yang pantas untuk dikoleksi. 

‘Jangan-jangan Naruto berniat memelet si duren itu?’ batinnya. Wajah Sasuke pucat. Perutnya bergolak tidak nyaman. Binatang dalam dirinya mengaum marah. Ia merasakan amarah yang aneh, yang tak pernah ia rasakan selama ini. Ini berhasil menohok inti jiwa Sasuke dan menarik sisi binatangnya ke permukaan. Amarah Sasuke menggelegak. Ia terdorong untuk mengulurkan cakarnya dan mencabik-cabik tubuh Orochimaru menjadi beberapa bagian. Ini aneh, sangat aneh mengingat ia belum pernah memiliki dorongan brutal dan haus darah macam itu. Ini kali pertama.

Sasuke mengumpulkan benda-benda laknat yang ada di kamar Naruto dan menumpuknya dalam kardus. Jumlahnya amat banyak, menyerupai kumpulan barang keluarga yang tengah pindah rumah. Sasuke meletakkan diary Naruto yang tidak sudi ia baca karena ngeri pada kardus terakhir dan melakbannya. Minato dibantu Kushina memindahkan kardus-kardus itu ke bawah untuk dibuang langsung ke tempat pembuangan sampah. 

Sasuke tengah mencabut foto Orochimaru yang masih tersisa satu di dinding, ketika Naruto datang. Naruto menjerit. Sasuke ikut menjerit. Wajah Sasuke pucat pasi melihat Naruto, sahabatnya berubah menjadi sosok mengerikan yang belum pernah dilihatnya. Lalu, dimulailah aksi penganiayaan Sasuke. Selanjutnya yang terdengar dari ruangan ini hanyalan rintihan, jeritan pilu, dan permohonan. Suara-suara itu berhamburan di udara sekitar sejam lamanya.



Sasuke berada di pojokan kamar Naruto dengan tubuh yang hampir sudah tidak berbentuk. Pukulan Naruto yang memang seorang karateka ban hitam terasa seperti serudukan banteng. Tubuhnya ngilu sesudahnya. Ia hanya berharap, tidak ada tulangnya yang patah kali ini.

“Naruto, ada apa ini?” tanya Minato penuh wibawa. Matanya menyorot iba pada nasib Sasuke.
“Sasuke, tuh, Pa. Ia mengacak-acak kamar Naru,” adu Naruto dengan nada manja.

“Memangnya, apa yang diambil Sasuke? Kenapa kau harus semarah itu?” tanya Minato berusaha terdengar tenang, meski hatinya ketar-ketir. Dalam hati, ia menyiapkan batinnya untuk menerima jawaban mengerikan yang meluncur dari bibir Naruto.

“Ia mencabuti foto…” Naruto menelengkan kepalanya bingung. Tadi, saat masuk ke dalam kamarnya, ia sangat marah pada Sasuke, tapi sekarang ia bingung apa alasannya. Entah mengapa, ia merasa akhir-akhir ini, ingatannya terasa blur dan lompat-lompat. Ada banyak hal yang tidak diingatnya. Ia ingat ia tergila-gila pada seseorang hingga ia rela jadi stalkernya yang fanatic, namun ia tak ingat siapa. Jangankan identitasnya, wajahnya pun ia lupa. Aneh, kan? “…foto atlet sepak bola pujaanku.” Lanjutnya menyelesaikan ucapannya, mengabaikan kekacauan ingatannya.

“Ya, maaf.” Kata Sasuke meminta maaf. “Aku kan tak tahu kalau kau masih ngefans sama dia. Kemarin kan kau bilang kau tak suka dengan Cristiano Ronaldo dan berniat mengganti posternya dengan poster Bambang Pamungkas,” jawab Sasuke asal. “Karena itu, aku datang hari ini untuk membantumu mendekor ulang kamarmu,” dalihnya.
Naruto mengerucutkan bibirnya jengkel. “Harusnya kau nanya dulu. Jangan langsung main cabut saja!” kata Naruto yang bisa diartikan permintaan maaf secara tersirat.
“Hn,”
Naruto ke bawah untuk mengambilkan es untuk mengompres lebam di wajah Sasuke sekaligus peralatan kotak P3K. Sasuke meringis merasakan nyari di sekujur tubuhnya. Minato membantunya duduk di atas ranjang Naruto.
“Paman jangan mengungkit-ungkit masalah ini pada Naruto. Aku tak ingin ia cemas ataupun malu. Ini bukan salah Naruto. Ini di luar kehendaknya. Ia melakukannya tanpa sadar,” Kata Sasuke memberi peringatan pada Minato.
“Tapi…”
“Jika paman ingin menolong Naruto, bersikaplah seperti tidak terjadi apa-apa. Dan, paman harus memastikan apapun pemberian Orochimaru-san tidak sampai pada tangan Naruto. Itu satu-satunya cara untuk mematahkan peletnya.”
“Aku mengerti,” kata Minato lirih karena Naruto sudah kembali ke kamar.
Minato meninggalkan Naruto dan Sasuke di kamar dengan pintu yang terbuka lebar. Ada hal penting yang harus dibereskannya dengan segera. Ia harus membawa benda-benda mengerikan di kamar Naruto untuk dimusnahkan hari ini juga.

Kok ndilalah, bapak pirso kabehe
Saben teko, rotine dibalekke
Pikirku tentrem koyo adate,
Yen tak pikir aku kudu ngguyu dewe.

Di luar dugaan, Minato tidak melakukan konfrontasi dengan Orochimaru. Ia masih menerima Orochimaru dengan ramah dan menerima pemberiannya dengan senyum di bibirnya. Saat Sasuke bertanya, Minato menjawab, “Demi kebaikan Naruto. Aku tak ingin nama baik Naruto tercemar dengan kabar ini. Aku ingin Naruto tumbuh seperti gadis normal lainnya, tanpa harus dibayangi gosip ini. Itu pasti melukainya,” Minato lebih bijak dari yang disangka Sasuke. 

Meski bersikap biasa saja, bukan berarti Minato tak melakukan apapun. Diam-diam, Minato memberikan mantra penawar pellet Orochimaru. Ia juga selalu memastikan semua roti pemberian Orochimaru atau apapun pemberiannya tidak pernah sampai ke tangan Naruto untuk memastikan pengaruh pellet tidak menguasai Naruto. Dari hari ke hari, terapi yang diberikan Minato mulai membuahkan hasil.

Naruto tidak lagi memiliki dorongan gila untuk menstalker Orochimaru. Ia tidak lagi memiliki hasrat buta untuk terus berkunjung ke rumah Orochimaru dengan alasan yang dibuat-buat. Namun, kebiasaannya menunggu Orochimaru saat pagi hari masih dipertahankan Naruto. Mungkin karena itu, Orochimaru tidak curiga dan tidak melakukan tindakan yang lebih berbahaya lagi pada Naruto.

Langkah selanjutnya, Minato dengan sengaja memberikan roti pemberian Orochimaru pada janda menyebalkan yang hobi menggodanya yang tinggal di sebelah rumahnya. Janda itu tampaknya mulai memperhatikan Orochimaru. Ia berkali-kali dengan sengaja menggoda Orochimaru. Ia bahkan —konon katanya— mendatangi seorang dukun sakti untuk memelet pujaan hatinya. Mata dibalas dengan mata, pellet dibalas dengan pellet. Biar tahu rasa Orochimaru nanti.

Dan, benar saja. Beberapa hari kemudian, Minato mendengar selentingan kabar jika Orochimaru mulai terpikat pada janda gatel itu. Mereka bahkan tanpa malu memamerkan kemesraan mereka di depan publik, membuat mereka jadi bahan perbincangan dan gunjingan di tengah-tengah masyarakat. Banyak yang setuju dengan hubungan keduanya. Janda ketemu duda, bukankah itu ide bagus? 

Orochimaru yang gerah, tidak tahan dengan gunjingan para tetangga akhirnya memutuskan menikahi si janda. Minato dengar, katanya setelah menikah mereka  pindah ke kompleks yang jauh dari kompleks rumahnya Minato, yang mana sangat disyukuri Minato dan Sasuke. Naruto mereka kini benar-benar selamat dari jerat si pria tua itu.

Di lain pihak, Naruto sudah pulih seperti sedia kala. Ia bahkan tak memperlihatkan tanda-tanda pernah tergila-gila pada Orochimaru, seolah-olah itu tak lebih dari mimpi belaka. Ia bahkan tak merasa kehilangan sedikitpun mendengar Orochimaru menikah dengan orang lain. Naruto kembali seperti saat Orochimaru belum hadir dalam hidup mereka.

………………….*****…………………

Naruto tengah memanggang kue nastarnya, ketika Sasuke menghampirinya. “Jadi?” tanyanya sambil duduk di sebelah Naruto.

“Iya, dong. Aku gitu loch,” kata Naruto dengan hidung kembang kempis jumawa.

“Sombong, loe. Paling juga yang ngerjain Hinata-chan, dan kau cuman menunggu kuenya matang,” ejek Sasuke.

PLAKK! Naruto menggeplak kepala Sasuke yang membuahkan pekikan ringan. Sasuke mengelus kepalanya yang memar. “Enak aja. Ini murni aku yang bikin. Hinata hanya memastikan aku tidak membuat kesalahan. Iya kan, Hina-chan?” tanyanya sambil meminta dukungan.



Hinata mengangguk dengan pipi merona di sela-sela kegiatannya mengaduk adonan kuenya. Sudah jadi rahasia umum, jika ia juga naksir Sasuke, meski Sasuke tak pernah menaruh minat padanya dan malah pacaran dengan Sakura yang masih sahabat karibnya.

Sasuke mendengus tak percaya. Naruto melotot galak yang dibalas Sasuke dengan memutar bola matanya bosan. “Awas kau!” gerutunya kesal. Sasuke terkekeh geli, memperlihatkan gigi gerahamnya. Naruto yang kesal memukul-mukul bahu dan punggung Sasuke dengan serbetnya. Sasuke semakin terkekeh kegelian, membuat wajahnya yang sangat tampan tampak lebih manusiawi. 

Para cewek yang ada di ruangan lab masak itu jadi blushing, tidak tahan dengan pesona Sasuke, termasuk Sakura pacarnya. Ini lah saat-saat yang disukai mereka, melihat Sasuke tertawa lepas. Hanya Naruto yang bisa melakukannya. Karena itulah, mereka senang berada di dekat Naruto.

Sasuke melihat toples bening yang sudah diberi pita biru, tapi belum diberi label. “Ini untuk siapa?” tanya Sasuke tertarik. ‘Pasti untukku,’ batinnya GR.

“Oh, itu untuk Neji,”

Dahi Sasuke mengerut. “Neji? Ketua kelas kita?”

“Siapa lagi? Beberapa hari ini, ia sering memberiku roti, karena itu aku mau memberi.. Waa…! Sasuke! Apa yang kau lakukan?” jerit Naruto histeris berusaha menyelamatkan toplesnya, namun sayangnya ia terlambat. Sasuke dengan brutal sudah membuka toplesnya dan mengosongkan isinya. Kue-kue itu kini berpindah ke dalam perutnya semuanya. Selanjutnya, yang terjadi adalah penganiayaan brutal. Naruto memake over Sasuke hingga wajah gantengnya Sasuke babak belur.

Neji yang melihat itu dari kejauhan hanya bisa geleng-geleng kepala, tak berniat membantu. Katakanlah, ia jeri dengan Naruto yang sudah dalam kondisi kalap. Sasuke memang aneh. Demi kue ia sampai seperti itu. Ia bahkan tak perduli dengan Sakura pacarnya yang memasang wajah kecewa dan cemburu berat. Ia jadi bingung sendiri. Sebenarnya pacarnya Sasuke itu siapa sih? Sakura apa Naruto?

THE END




   

2 komentar: