Tumbal Nyi Roro
Kidul
Summary : Mata Naruto terbelalak lebar. Ia tak
mengerti. Seingatnya tadi. ia hanya memejamkan matanya sejenak. Kenapa begitu
ia membuka mata, ia malah berada di tengah lautan? Tubuhnya dipermainkan oleh
ombak ganas di lautan lepas seorang diri. ‘Apa yang sebenarnya sedang terjadi?’
pikirnya kalut.
DISCLAIMER : Naruto Belongs to Masashi Kishimoto
Genre : Supernatural dan Horor
WARNING :Banyak OC dan bertebaran typo di sana-sini, OOC,
banyak bahasa jawa, kata-kata tak baku, FEM NARU
Pair : No Pair
Author Note : Ini kisah kepercayaan orang Jawa
tentang penguasa laut Selatan. Konon di lautan nan ganas itu ada kerajaan
lelembut yang dipimpin oleh seorang ratu nan cantik yakni Kanjeng Ratu Laut
Kidul. Ia memiliki patih yang bernama Nyi Roro Kidul. Ia selain berprofesi
sebagai patih juga nyambi nerima pesugihan dari para fansnya. Mereka diberi
kekayaan, pangkat, kesaktian dengan imbalan nyawa sebagai tumbal. Para tumbal
ini konon akan dijadikan prajurit tambahan kerajaan lelembut. Itu saja
penjelasannya.
Cerita ini Ai adaptasi dari penulis bernama
Ngadimin di Fanpage Kumpulan cerita misteri menakutkan dan seram.
OK chekidot.
Cast Charakter
Uzumaki
Naruto
Orochimaru
Jiraya
Karin
Kabuto
Banyak OC
Don't Like
Don't Read
Chapter 1
Naruto berjalan lunglai ke rumah mungil peninggalan
mendiang orang tuanya yang telah lama tiada. Baju seragam sekolahnya terlihat
lusuh. Ia melempar tasnya serampangan di meja tua sebelah balenya, satu-satunya
perabotan di rumahnya yang masih lumayan bagus. Ia lalu membaringkan tubuhnya
yang sudah kelelahan di atas balenya yang reot. Ranjangnya berderit ketika
gadis itu bergerak resah di atas bale. Ia pandangi kertas pengumuman kelulusan
SMP yang tadi siang diberikan oleh sekolah dengan raut sedih.
Ia sedih bukan karena nilainya jelek, apalagi tak
lulus. Sebaliknya, ia justru mendapat nilai terbaik di sekolahnya. Tapi,
nyatanya ia tidak bahagia. Ia bahkan tak bisa tersenyum sedikit pun untuk merayakan
kelulusannya seperti teman-teman sekolahnya yang lain. Tidak, ia tak mampu.
Hatinya justru menjerit menangis, menahan sedih yang menyesakkan dada. Kenapa?
Karena tidak seperti teman-temannya yang lain, ia tak bisa melanjutkan
sekolahnya setelah ini. Pendidikannya terhenti hanya sampai SMP.
Naruto sedih karenanya. Ia sangat ingin sekolah hingga
ke jenjang perguruan tinggi. Namun, apa daya tangan tak sampai. Ia sadar, ia
hanyalah seorang gadis miskin yang hidup sebatang kara di dunia ini. Untuk
biaya hidup sehari-hari saja ia sering kekurangan, apalagi sekolah. Ia bisa
menyelesaikan SMP-nya juga karena program wajar 9 tahun dari pemerintah. Tapi
SMU nanti, program sekolah gratis sudah selesai alias bayar sendiri SPPnya.
Lalu, darimana ia dapat uang untuk melanjutkan sekolah?
Derai air mata mengalis deras, menetes membasahi
pipi mulusnya. 'Ya Allah. Hamba ingin sekolah seperti teman-teman hamba yang
lain. Tolong bantulah hamba ya Allah. Hamba percaya Engkau mampu membuat yang
tak mungkin menjadi mungkin.' Doanya dalam hati penuh harap. Setelah itu, ia
memejamkan matanya rapat-rapat, membiarkan mimpi menghapus duka laranya.
SKIP TIME
Naruto menggenggam erat kertas lusuh pemberian
salah seorang temannya. Katanya, penginapan ini menerima karyawan paruh waktu
dengan gaji yang jauh lebih besar dari daro gajinya membantu warung sate Pak
Diman selama ini. Ia antusias mendengarnya. Gaji 500 ribu sebulan sungguh
menggoda imannya. Jika ditambah dengan uang tabungannya selama ini, uang itu
cukup untuk membayar biaya awal masuk sekolah. Nanti kalau sudah masuk SMU, ia
akan mencari program beasiswa lagi. Naruto yakin bisa masuk SMU. Itu tekadnya.
Hidup boleh miskin, tapi sekolah harus tinggi.
Naruto melangkah perlahan, memasuki ruang
resepsionis. Seorang wanita ayu berambut merah berkacamata menyambutnya.
"Maaf, kata teman saya penginapan ini menerima pekerja paruh waktu. Apa
lowongan itu masih kosong?" tanya Naruto sopan.
Wanita muda itu tak langsung menjawab. Matanya
menatap Naruto intens, dari bawah ke atas. "Oh, masih ada. Kamu mau
melamar?” tanyanya ramah yang dibalas anggukan kepala oleh Naruto. “Apa tidak
salah, tuh? Penampilanmu tidak seperti seorang pencari kerja, tapi lebih mirip
turis bule," tambahnya terdengar heran.
Naruto tersenyum lalu menggelengkan kepalanya
perlahan. "Bukan, saya ini bukan bule. Saya ini penduduk local. Orang Jogja.
Saya mewarisi rambut pirang dan mata biru ini dari ayah saya yang masih
keturunan Inggris. Boleh saya menitip lamaran kerja?" Jawab Naruto.
"Oh, silahkan saja taruh di situ. Nanti akan saya
panggil untuk wawancara langsung." kata Mbak resepsionis yang bernama
Karin itu.
Naruto bernafas lega. Ia menaruh amplop coklat
besar berisi CV dan surat lamaran di meja resepsionis. Ia menunggu dengan sabar
bersama para pelamar yang lain, hingga namanya dipanggil. Ia menunggu hampir
selama 2 jam. "Naruto!" panggil Mbak Karin.
"Ya." Jawab Naruto lalu berdiri,
merapikan penampilannya sedikit sebelum memasuki ruang HRD.
Ia masuk ke dalam ruangan bercat coklat. Di sana
duduk sang Kepala HRD sambil membawa kertas putih. Mungkin isinya CV atau surat
lamaran. Sama seperti Karin, ia juga berkacamata. Meski umurnya masih sekitar
30an, tapi rambutnya sudah berwarna putih keabu-abuan. Entah itu penuaan dini
atau cat rambut, Naruto juga tak tahu. Ia duduk di depan kepala HRD bernama Kabuto,
setelah dipersilakan duduk. "Jadi kamu mau melamar jadi cleaning cervis di
sini? Kenapa?" katanya.
"Ya. Itu karena saya dengar Penginapan Manda
ini terkenal di kota ini. Banyak turis dari luar negeri yang menginap di sini.
Sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya jika saya bisa kerja di sini, meski
hanya sebagai cleaning cervis sementara." Jawab Naruto persis seperti yang
diajarkan temannya. 'Dan gajinya paling tinggi.' Tambahnya dalam hati.
"Hmm, bagus-bagus. Baiklah kamu saya terima.
Besok kamu sudah boleh kerja." Katanya mengangguk puas.
"Eh, saya diterima?" tanya Naruto tak
percaya. Semudah itukah? Dia pikir bakal lebih alot lagi wawancaranya. Kan tak
mudah nyari kerja di jaman sekarang.
Kabuto tersenyum tipis. "Kenapa tak percaya?
Dilihat dari CVmu, ku pikir kau ini seorang pekerja keras. Bekerja sepulang
sekolah sampai larut malam, tapi tetap jadi juara sekolah. Ku pikir itu sesuatu
yang luar biasa. Jadi kau mau kerja di sini?"
"Ya." Katanya mantap. Wajahnya
berseri-seri. Ia lalu berjabat tangan dengan Kabuto. Tak lupa mengucapkan
banyak-banyak terima kasih atas kesempatannya. Ia janji akan bekerja
sungguh-sungguh.
SKIP TIME
Sudah empat minggu ini Naruto bekerja di penginapan
Manda. Ia sudah mengenal seluk beluk penginapan bergaya Jepang ini. Penginapan
ini milik Orochimaru, keturunan Jepang yang memilih menetap di Indonesia.
Pemiliknya sedikit misterius. Rambutnya hitam panjang dengan raut wajah sulit
dibaca. Tatapan matanya tajam dan aneh seolah tahu apa yang kamu pikirkan.
Ditambah ia jarang tersenyum hingga membuat tiap orang tak nyaman di dekatnya.
Ia sering mendadak muncul di depan kita persis seperti hantu.
Tapi bukan itu yang membuat Naruto tak nyaman.
Pemiliknya jarang muncul di penginapan, jadi ia tak terlalu takut. Masalahnya pada
penginapan ini. Tak disangkanya penginapan ini sama seperti penginapan di
sekitar Parangtritis dan Parang Kusumo lainnya. Di tiap sudut ruangan tercium
aroma kembang setaman. Ini membuat ia bergidik khususnya saat ia bekerja di
malam hari. Bunga itu kan symbol errr sesajen. Siapa yang tak takut coba?
'Memangnya tempat ini ada penunggunya ya sampai butuh sesajen?' pikirnya tak
nyaman.
Rasa tak nyamannya semakin bertambah saat mendengar
desas-desus tak sedap diantara para karyawan. Katanya, di sini tiap tahunnya
ada saja karyawan yang meninggal. Dan, konon mereka meninggal secara tak wajar.
Banyak yang menduga jika karyawan yang mati itu adalah korban tumbal pesugihan.
Itu bukan sesuatu yang aneh di telinga penduduk Jogja sebetulnya, tapi tetap
saja membuat hati mereka kebat-kebit, takut jikalau mereka jadi korban
selanjutnya.
Dalam kepercayaan Jawa, Pantai Parangkusumo ini
terkenal sebagai gerbang kerajaan gaib, Segoro Kidul. Konon kerajaan ini
dipimpin oleh Kanjeng Ratu Kidul. Banyak orang yang berbondong-bondong
melakukan lelaku di sekitar pantai Parang Kusumo di hari tertentu seperti
Selasa Kliwon dan Jum'at kliwon. Mereka ingin kaya dengan cara bersekutu dengan
penguasa lelembut itu. Naruto khawatir, Orochimaru juga melakukan hal yang
sama. Ia takut jadi tumbal berikutnya. Ini membuat ia lebih khusyuk sholat dan
mendekatkan diri pada Allah selama bekerja di sini.
Ia berusaha bertahan selama sebulan ini, demi uang
500 ribu. Kemarin, ia sudah menerima gajinya. Sekitar dua hari lagi ia akan
mengajukan resign. Ia tak tahan kerja di tempat yang rumornya ada praktek
pesugihan. Iya kalo salah, kalo bener gimana? Runyam kan.
Naruto merapikan bajunya seblum pulang. Hari ini
pekerjaannya selesai lebih cepat. Ia merasa lelah jadi hari ini ingin segera
pulang. Baru juga beberapa langkah ia berjalan, ia merasa kepalanya sakit dan
berdentam-dentam bagai dipukul palu. Tak kuat berjalan, ia memutuskan istirahat
sejenak di sofa. Ia pejamkan matanya hingga tak sadar tertidur pulas.
SKIP TIME
Gelap…semuanya gelap. "Dimana ini?"
Naruto bertanya takut. Tak ada jawaban. Ia berusaha melihat sekeliling, namun
semua sia-sia. Semuanya gelap, tak terlihat apapun. "Ya Allah dimana
aku?" Tetap tak ada sahutan. Naruto semakin panik, takut. "Ya Allah
aku tak ingin berada disini!" kataku lirih.
Naruto merayap-rayap bagai cicak di dinding mencari
jalan keluar. Ia takut, amat sangat takut berada di ruangan gelap ini seorang
diri. Dulu, ia pernah terperangkap di lemari yang tertutup selama hampir 6 jam.
Sejak itu, ia trauma dengan dengan ruang gelap tertutup.
Naruto berjalan perlahan agar tak tersandung benda
apapun di depannya. Jantungnya berdentam keras, nafasnya terasa sesak seolah
tercekik. Menit-menit berlalu, ketakutannya semakin meningkat saat jalan keluar
yang dicarinya tak kunjung ketemu.
"Bagaimana aku bisa berada di sini?’ Pikirnya
bingung. Hal terakhir yang ia ingat sebelum pingsan, ia tengah rebahan di atas
sofa di ruang pantry. Lalu, kenapa setelah terbangun, ia justru berada di sini?
“Dimana aku? Ya Allah jika ini mimpi tolong bangunkan aku." Katanya dengan
suara serak. Naruto mulai menangis terisak-isak dalam kegelapan yang
menyelimutinya.
Tiba-tiba, muncullah secercah cahaya dari kejauhan.
Makin lama cahaya itu makin besar, namun belum cukup untuk menghilangkan
seluruh kegelapan yang mengepungnya ini. Cahaya itu terus mendekat, dan
akhirnya, ia bisa melihat ada dua orang dari kejauhan sedang berjalan ke
arahnya. Sayangnya, ia tak dapat melihat dengan jelas rupanya. Siapa mereka? Ia
ingin bertanya tapi bibirnya serasa terkunci rapat.
'Ya Allah apakah aku akan mati? Apakah itu malaikat
Izrail yang akan menjemputku?' Aku membatin. 'Tapi ku kira tidak mungkin, jelas
itu dua sosok, sedangkan malaikat Izrail hanya satu. Atau mungkin setiap
mencabut nyawa malaikat Izrail dibantu oleh malaikat lain?' bantahnya sendiri
dalam hati. Naruto semakin berpikir tak karuan. "Ya Allah aku tak ingin
mati, keluarkan aku dari sini, aku ingin pulang ke rumahku." Naruto
menangis semakin histeris, tapi tak ada suara yang keluar dari mulutnya.
Sosok itu semakin mendekat, dan sekarang bisa
dilihat jelas rupanya. Naruto yakin mereka bukan malaikat yang akan mencabut
nyawanya, karena tak mungkin berpakaian seperti itu. Lagipula bukankah malaikat
itu ghaib sedangkan mereka seperti manusia biasa berjenis kelamin laki-laki.
Tapi ia tidak terlalu yakin, bukankah malaikat bisa menyerupai makhluk lain
seperti manusia?
Kedua laki-laki itu berpakaian seperti pengawal di
kerajaan-kerajaan jaman dulu, pakaiannya serupa baik model atau warnanya, yaitu
berwarna hijau, kain jarik motif parang dan blangkon di kepala. Mereka
bertelanjang kaki. Sesaat ia melihatnya beberapa meter di depannya, eh sekarang
mereka sudah berada tepat di hadapannya. 'Bagaimana dia melakukanya?' pikirnya
bingung.
Wajah mereka berdua biasa-biasa saja, tak ada
ekspresi disana. "Ikutlah dengan kami!" salah seorang dari mereka
berkata. Suaranya tidak kasar atau lembut, tetapi datar. Tak ada perubahan
ekspresi pada wajah mereka.
Naruto menatap mereka takut. 'Ya Allah siapa
orang-orang ini? Aku tak ingin ikut dengan mereka. Aku sama sekali tak kenal
dengan mereka. Tapi aku juga tak ingin berada disini. Aku ingin berada di
rumahku kembali. Ya Allah keluarkan aku dari sini.' Batin Naruto kalut dan
gelisah.
"Ikut dengan kami!" yang lain berkata,
suaranya hampir mirip dengan yang pertama, ia hampir tak bisa membedakan suara
keduanya.
"Tidak, aku tidak mau." Katanya tegas,
dalam hati bersyukur bibirku tidak lagi terkunci.
"Lebih baik kau menurut. Kami tak ingin
memaksa." Kata orang yang pertama. Kali ini nadanya tegas penuh ancaman,
tak menerima penolakan Naruto
.
"Tidak, aku tidak mau. Aku mau pulang."
Tolak Naruto. Naruto semakin ketakutan. Walaupun wajah mereka seperti manusia
biasa tapi aura mereka sangat menakutkan. Bulu kuduknya merinding sejak tadi.
Ini hanya perasaannya atau apa. Ia merasakan hawa dingin dan angin berderu
kencang di sekitar tubuhnya sejak kedatangan dua orang itu.
Naruto melihat mereka saling mengangguk, dan
tiba-tiba mereka telah memegang tangannya di kedua sisinya. Ia meronta-ronta
"Lepaskan aku! Kalian mau bawa aku kemana?" teriaknya histeris.
Mereka tidak menyahut dan terus menariknya. Naruto
mencoba melepaskan diri tapi sia-sia. Pegangan mereka sangat kuat hingga ia
yakin besok kedua pergelangan tangannya pasti biru-biru. "Siapa kalian?
Tolong lepaskan aku!" Naruto memohon lemah, menangis terisak-isak. Rasa
takutnya semakin menggerogoti kesadarannya. 'Oh, ya Allah tolonglah hambamu
ini.' Doanya dalam hati sepenuh hati.
Naruto terus ditarik menembus kegelapan. Sesaat ia
tidak bisa melihat apa-apa. Ketakutan, Naruto menutup kedua bola matanya. Ia
tak ingin melihat apapun yang akan muncul di depannya nanti. Tapi tiba-tiba ia
merasakan angin berderu semakin kencang, mempermainkan rambut pirang panjangnya
dan rok selututnya. Perlahan-lahan ia buka matanya, melihat keadaan.
Alangkah terkejutnya dia. Matanya terbelalak lebar,
tak pecaya. Sekarang ia berada di pantai. Tapi, ia tidak mengenali pantai ini.
Pantainya sangatlah indah. Pasir putih yang menghampar sepanjang pantai terasa lembut, menggelitik telapak kakinya yang telanjang. Pantai ini juga sangatlah bersih. Tidak ada sampah sedikitpun seolah-olah pantai ini tak pernah dijamah oleh tangan manusia. Dua orang itu masih saja menarik-narik kedua tangannya.
Dan, ia akhirnya sadar. Mereka berdua ternyata berniat membawanya ke tengah laut. Ia semakin panik,
meronta-ronta minta dilepaskan. Naruto sangat ketakutan. 'Apakah aku akan
ditenggelamkan? Ya Allah tolong aku.' Batinnya.
Mereka terus menariknya menuju laut, tak perduli
ketakutan Naruto. Akhirnya Naruto merasakan air laut nan dingin menjilat
kakinya. Sekarang air telah sampai lututnya. 'Oh ya Tuhan. Mereka sudah gila.
Kenapa mereka membawaku masuk ke dalam laut? Aku kan tak bisa berenang.'
Pikirku semakin ketakutan.
Perjuangannya melepaskan diri semakin menjadi-jadi,
tapi sepertinya usahanya tidak berpengaruh pada mereka. Pegangan mereka sama
sekali tak goyah. Sepakan kakinya seperti kepakan sayap lalat bagi mereka
berdua. Apakah mereka sangat kuat? Air laut semakin dalam, sekarang telah
mencapai pinggangnya. 'Ya Allah tolong aku.' Doanya semakin khusyuk.
Naruto menangis sambil meronta-ronta tetap berusaha
melepaskan diri. Tiba-tiba ia mendengar lantunan ayat kursi di kepalanya. Aneh
tapi nyata, mulutnya bergerak sendiri, membaca ayat kursi. Seolah dia sudah
distel begitu. Meski demikian, ia membaca dengan tubuh gemetaran tak
terkendali. Well dari dulu ia memang takut dengan kubangan air. Jadi bukan
hanya dua orang yang memeganginya saja yang membuat Naruto takut, tapi juga
laut ini. Secara ia kan nggak bisa berenang. Kalo tenggelam bagaimana?
Mendengar lantunan ayat itu, mereka menggeram.
"Hentikan!" bentak orang pertama. Kali ini suaranya menggelegar,
seperti orang yang marah, tidak datar seperti tadi. Tapi Naruto tak
menggubrisnya dan terus membaca. Dan tiba-tiba mereka menghilang tanpa jejak,
meninggalkannya seorang diri dengan tubuh separo terendam air laut.
"Alhamdulillah" Naruto langsung berbalik
dan buru-buru keluar dari laut. Dengan susah payah dia berusaha menuju pantai.
Belum sampai kakinya menyentuh pantai, tiba-tiba telinganya mendengar suara
gemuruh besar yang sangat menyeramkan. 'Suara apa itu?' pikirnya. Terlambat.
Akhirnya Naruto menyadari suara itu dari belakangnya persis. Naruto berbalik dengan
gerakan patah-patah, dan hanya sepersekian detik melihat ombak yang sangat
besar sebelum ombak itu menggulungnya.
Naruto tenggelam, megap-megap berusaha mengapung
dan bernapas, tapi sia-sia. Ia coba membuka matanya tapi yang dia lihat di
sekelilingnya hanya air dan air luas. Ia menutup matanya kembali, karena takut.
'Ya Allah jika ini hanya mimpi. Tolong bangunkan aku segera.' Pikirnya. Ia
pasrah membiarkan dirinya diombang-ambing air laut. Tapi mulutnya senantiasa
terus berdoa memohon pertolongan Allah. Lalu tiba-tiba kegelapan menyelimutinya
dan ia tidak ingat apa-apa lagi.
SKIP TIME
Naruto membuka matanya, mengerjabkan bulu matanya yang
lentik. Begitu membuka mata, ia lihat langit yang gelap terhampar di atasnya.
Ia mencoba bangun, tapi tidak bisa. 'Dimana aku?' pikirnya bingung. Byurrrr…
Suara air berdebur menyadarkannya. Ia berhasil mengingat serentetan kejadian sebelum ia terseret oleh ombak yang menggulung-gulung tubuhnya tanpa ampun.
Naruto mengedarkan pandangannya, melihat sekelilingnya. Hanya ada air, air, dan langit yang terlihat ganjil. Saat itulah ia sadar ia masih berada di
tengah-tengah lautan. Lautnya masih sepi seperti sebelumnya. Tak ada awan yang
berarak. Tak ada burung camar terbang di langit nan biru. Dan tak ada kapal
yang lewat. Hanya angin nan dingin yang berhembus, membuat tubuh Naruto
bergemeletuk kedinginan.
'Ya Allah aku tak bisa berenang, aku takut
tenggelam.' Batinnya. Tapi tubuhnya serasa seringan kapas. Dan ia sadar
ternyata ia mengapung di lautan, bukannya tenggelam. Ia mengapung seperti
halnya mayat yang terapung, padahal ia sama sekali tak memakai pelampung. 'Ya
Allah apakah aku sudah mati?' pikirnya lagi, bingung dengan keadaannya.
Ingin sekali ia berenang menuju pantai, walau ia
tidak tahu ke arah mana pantai itu. Tapi jangankan berenang, kalo pun ia bisa
berenang, menggerakkan tubuhnya pun tak bisa. Tubuhnya terasa kaku bagai robot.
Ia hanya terapung-apung bersama gelombang air laut yang mempermainkannya'.
Ya Allah aku ingin keluar dari sini. Tolong aku Ya
Allah. Aku ingin pulang.' Katanya dalam hati. Mulutnya terus melantunkan doa
dengan bercucuran air mata. Entah berapa lama ia disini, hanya ditemani
gelombang air laut. Ia bahkan tak mengingat paus atau hiu nan ganas pada saat
seperti ini. Naruto hanya berpikir bagaimana caranya keluar dari sini?
Tiba-tiba terdengar suara menggelegar lagi. "Ya Allah apa itu? Apa akan
ada badai?" katanya lemah.
Di depan matanya, lautan bergolak hebat. Pusaran
air nan besar terbentuk membuat tubuh Naruto berguncang tak berdaya, berputar
mengikuti pusaran. "Aaaaaa…" eriaknya histeris. Ia takut tubuhnya
tersedot oleh pusaran air yang entah akan membawanya kemana. Mungkin tubuhnya
akan tenggelam ke dasar lautan sana. Pikiran buruk ini membuat Naruto dicekam
rasa takut yang amat sangat.
Ini bukan cara mati yang ia idam-idamkan selama
ini. Koreksi ia belum ingin mati. Ia masih ingin sekolah
SMU dan pake baju putih-putih abu-abu yang keren seperti mbak-mbak yang
dilihatnya seliweran depan SMPnya dulu. Tapi kalo apesnya ia harus mati
sekarang. Lautan bukanlah tempat favoritnya sebagai kuburan. Kalo mayatnya tak
ditemukan gimana? Teman-teman entar melayatnya bagaimana? Pertanyaan yang
sungguh tak penting di tengah suasana genting ini.
Pusaran air itu berubah. Air di depannya tiba-tiba
naik semakin tinggi, tapi tidak seperti ombak. Ia membentuk tombak air nan
besar ke atas. Lalu dari air tersebut terbelah dua dan muncullah seorang pria
luar biasa tampan memakai pakaian hampir sama seperti dua laki-laki yang tadi
membawanya, namun pakaiannya lebih mewah dan kepalanya memakai benda mirip
mahkota. Ia tersenyum lembut pada Naruto. Naruto tidak berani membalas
senyumnya, aura laki-laki itu agung dan menakutkan. "Ikutlah bersamaku," ajaknya masih
tersenyum. "Aku tidak akan menyakitimu." Lanjutnya.
Naruto hampir tergoda ikut bersamanya tapi dia
ingat laki-laki itu baru saja muncul dari laut. Catat dari dalam laut. Mana ada
orang biasa yang bisa tinggal di dalam laut kalo bukan. Hiiiii, tubuhnya
kembali merinding disko, menyadari sosok sebenarnya pria tampan di depannya
ini. Naruto tidak mau dibawanya ke dalam laut seperti dua orang tadi. Ia ingin
pulang dan meringkuk di balenya yang reot.
"Tidak, aku ingin pulang." Jawabnya
terbata-bata.
"Rumahmu sekarang bersamaku." Katanya
lagi.
"Tidak, aku ingin pulang ke rumahku" Kata
Naruto bersikeras, walaupun tidak mengerti apa maksud perkataan pria ini.
Dengan ketakutan Naruto pun membaca ayat kursi. Wajahnya memelintir hampir menyeramkan, sedetik
kemudian ia menghilang. Naruto mengucap syukur kepada Allah. 'Ya Allah
tolong aku, aku ingin pulang.' Hanya itu yang Naruto ucapkan berkali-kali dalam
hati sambil terus membaca ayat kursi dengan air mata yang terus bercucuran.
Naruto tak tahu sudah berapa lama ia menangis. Ia
mendongakkan kepalanya ke atas. Ia lihat langit masih gelap, tak ada
tanda-tanda matahari akan datang, bulan pun tidak nampak. Namun anehnya ia bisa
melihat sekelilingnya dengan sangat jelas. Dan yang lebih aneh lagi tak ada
ikan yang berenang disekelilingnya.
Tiba-tiba terdengar suara gemuruh air. Sontak
ketakutan pun kembali melanda dirinya. 'Ya Allah apa lagi ini?' pikirnya lelah
dengan semua kejadian ini. Naruto melihat ombak besar menghampirinya dan
menerjangnya tanpa ampun. Tapi anehnya, ombak ini tidak seperti ombak pertama
kali, ombak ini malah seperti menyeretnya dengan hati-hati. Ia benar-benar
tidak mengerti apa yang terjadi.
Entah berapa lama ia terseret ombak ini, hingga di
kejauhan dilihat pantai. Ombak ini seperti menyeretnya perlahan mendekati
pantai. "Alhamdulillah. Ya Allah aku selamat. Apakah ini bentuk
pertolonganMu? Aku tak peduli bagaimana nasibku nanti setelah berada di pantai.
Yang penting aku bisa keluar dari laut ini." Kata Naruto lirih. Ingin
sekali ia berenang agar bisa tiba lebih cepat, namun badannya masih kaku tak
bisa digerakkan.
Pantai sudah di depan mata. Naruto tersenyum
bahagia. Namun tiba-tiba terdengar suara menggelegar dan ia lagi-lagi lihat
ombak yang tak kalah besarnya kembali menghantam dan menyeretnya ke tengah
lautan. 'Ya Allah apa yang terjadi?' Naruto menangis tak berdaya, terus
terseret ombak besar sampai pantai tidak lagi terlihat matanya. "Padahal
sebentar lagi ia selamat. Tapi.. tapi kenapa begini lagi, Tuhan. Tolong aku. Ku
mohon. Aku janji akan pakai jilbab jika aku selamat." Kata Naruto meratap,
memohon pertolongan Tuhannya.
Bisakah Naruto selamat dan lepas dari laut yang
aneh itu? Siapa sosok laki-laki misterius itu sesungguhnya? Siapa yang akan
menolong Naruto? Benarkah Orochimaru melakukan ritual pesugihan agar kaya?
Ikuti kisahnya di chapter depan. Jangan sampai ketinggalan.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar