Sabtu, 08 Oktober 2016

nyi roro kidul



Tumbal Nyi Roro Kidul
Summary : Mata Naruto terbelalak lebar. Ia tak mengerti. Seingatnya tadi. ia hanya memejamkan matanya sejenak. Kenapa begitu ia membuka mata, ia malah berada di tengah lautan? Tubuhnya dipermainkan oleh ombak ganas di lautan lepas seorang diri. ‘Apa yang sebenarnya sedang terjadi?’ pikirnya kalut. 

DISCLAIMER : Naruto Belongs to Masashi Kishimoto

Genre : Supernatural dan Horor

WARNING :Banyak OC dan bertebaran typo di sana-sini, OOC, banyak bahasa jawa, kata-kata tak baku, FEM NARU 

Pair : No Pair

Author Note : Ini kisah kepercayaan orang Jawa tentang penguasa laut Selatan. Konon di lautan nan ganas itu ada kerajaan lelembut yang dipimpin oleh seorang ratu nan cantik yakni Kanjeng Ratu Laut Kidul. Ia memiliki patih yang bernama Nyi Roro Kidul. Ia selain berprofesi sebagai patih juga nyambi nerima pesugihan dari para fansnya. Mereka diberi kekayaan, pangkat, kesaktian dengan imbalan nyawa sebagai tumbal. Para tumbal ini konon akan dijadikan prajurit tambahan kerajaan lelembut. Itu saja penjelasannya.

Cerita ini Ai adaptasi dari penulis bernama Ngadimin di Fanpage Kumpulan cerita misteri menakutkan dan seram.
OK chekidot.

Cast Charakter

Uzumaki Naruto

Orochimaru

Jiraya

Karin

Kabuto

Banyak OC

Don't Like Don't Read

Chapter 1


Naruto berjalan lunglai ke rumah mungil peninggalan mendiang orang tuanya yang telah lama tiada. Baju seragam sekolahnya terlihat lusuh. Ia melempar tasnya serampangan di meja tua sebelah balenya, satu-satunya perabotan di rumahnya yang masih lumayan bagus. Ia lalu membaringkan tubuhnya yang sudah kelelahan di atas balenya yang reot. Ranjangnya berderit ketika gadis itu bergerak resah di atas bale. Ia pandangi kertas pengumuman kelulusan SMP yang tadi siang diberikan oleh sekolah dengan raut sedih.

Ia sedih bukan karena nilainya jelek, apalagi tak lulus. Sebaliknya, ia justru mendapat nilai terbaik di sekolahnya. Tapi, nyatanya ia tidak bahagia. Ia bahkan tak bisa tersenyum sedikit pun untuk merayakan kelulusannya seperti teman-teman sekolahnya yang lain. Tidak, ia tak mampu. Hatinya justru menjerit menangis, menahan sedih yang menyesakkan dada. Kenapa? Karena tidak seperti teman-temannya yang lain, ia tak bisa melanjutkan sekolahnya setelah ini. Pendidikannya terhenti hanya sampai SMP.

Naruto sedih karenanya. Ia sangat ingin sekolah hingga ke jenjang perguruan tinggi. Namun, apa daya tangan tak sampai. Ia sadar, ia hanyalah seorang gadis miskin yang hidup sebatang kara di dunia ini. Untuk biaya hidup sehari-hari saja ia sering kekurangan, apalagi sekolah. Ia bisa menyelesaikan SMP-nya juga karena program wajar 9 tahun dari pemerintah. Tapi SMU nanti, program sekolah gratis sudah selesai alias bayar sendiri SPPnya. Lalu, darimana ia dapat uang untuk melanjutkan sekolah?

Derai air mata mengalis deras, menetes membasahi pipi mulusnya. 'Ya Allah. Hamba ingin sekolah seperti teman-teman hamba yang lain. Tolong bantulah hamba ya Allah. Hamba percaya Engkau mampu membuat yang tak mungkin menjadi mungkin.' Doanya dalam hati penuh harap. Setelah itu, ia memejamkan matanya rapat-rapat, membiarkan mimpi menghapus duka laranya.



SKIP TIME



Naruto menggenggam erat kertas lusuh pemberian salah seorang temannya. Katanya, penginapan ini menerima karyawan paruh waktu dengan gaji yang jauh lebih besar dari daro gajinya membantu warung sate Pak Diman selama ini. Ia antusias mendengarnya. Gaji 500 ribu sebulan sungguh menggoda imannya. Jika ditambah dengan uang tabungannya selama ini, uang itu cukup untuk membayar biaya awal masuk sekolah. Nanti kalau sudah masuk SMU, ia akan mencari program beasiswa lagi. Naruto yakin bisa masuk SMU. Itu tekadnya. Hidup boleh miskin, tapi sekolah harus tinggi.

Naruto melangkah perlahan, memasuki ruang resepsionis. Seorang wanita ayu berambut merah berkacamata menyambutnya. "Maaf, kata teman saya penginapan ini menerima pekerja paruh waktu. Apa lowongan itu masih kosong?" tanya Naruto sopan.

Wanita muda itu tak langsung menjawab. Matanya menatap Naruto intens, dari bawah ke atas. "Oh, masih ada. Kamu mau melamar?” tanyanya ramah yang dibalas anggukan kepala oleh Naruto. “Apa tidak salah, tuh? Penampilanmu tidak seperti seorang pencari kerja, tapi lebih mirip turis bule," tambahnya terdengar heran.

Naruto tersenyum lalu menggelengkan kepalanya perlahan. "Bukan, saya ini bukan bule. Saya ini penduduk local. Orang Jogja. Saya mewarisi rambut pirang dan mata biru ini dari ayah saya yang masih keturunan Inggris. Boleh saya menitip lamaran kerja?" Jawab Naruto.

"Oh, silahkan saja taruh di situ. Nanti akan saya panggil untuk wawancara langsung." kata Mbak resepsionis yang bernama Karin itu.

Naruto bernafas lega. Ia menaruh amplop coklat besar berisi CV dan surat lamaran di meja resepsionis. Ia menunggu dengan sabar bersama para pelamar yang lain, hingga namanya dipanggil. Ia menunggu hampir selama 2 jam. "Naruto!" panggil Mbak Karin.

"Ya." Jawab Naruto lalu berdiri, merapikan penampilannya sedikit sebelum memasuki ruang HRD.

Ia masuk ke dalam ruangan bercat coklat. Di sana duduk sang Kepala HRD sambil membawa kertas putih. Mungkin isinya CV atau surat lamaran. Sama seperti Karin, ia juga berkacamata. Meski umurnya masih sekitar 30an, tapi rambutnya sudah berwarna putih keabu-abuan. Entah itu penuaan dini atau cat rambut, Naruto juga tak tahu. Ia duduk di depan kepala HRD bernama Kabuto, setelah dipersilakan duduk. "Jadi kamu mau melamar jadi cleaning cervis di sini? Kenapa?" katanya. 

"Ya. Itu karena saya dengar Penginapan Manda ini terkenal di kota ini. Banyak turis dari luar negeri yang menginap di sini. Sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya jika saya bisa kerja di sini, meski hanya sebagai cleaning cervis sementara." Jawab Naruto persis seperti yang diajarkan temannya. 'Dan gajinya paling tinggi.' Tambahnya dalam hati.

"Hmm, bagus-bagus. Baiklah kamu saya terima. Besok kamu sudah boleh kerja." Katanya mengangguk puas.

"Eh, saya diterima?" tanya Naruto tak percaya. Semudah itukah? Dia pikir bakal lebih alot lagi wawancaranya. Kan tak mudah nyari kerja di jaman sekarang.

Kabuto tersenyum tipis. "Kenapa tak percaya? Dilihat dari CVmu, ku pikir kau ini seorang pekerja keras. Bekerja sepulang sekolah sampai larut malam, tapi tetap jadi juara sekolah. Ku pikir itu sesuatu yang luar biasa. Jadi kau mau kerja di sini?"

"Ya." Katanya mantap. Wajahnya berseri-seri. Ia lalu berjabat tangan dengan Kabuto. Tak lupa mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas kesempatannya. Ia janji akan bekerja sungguh-sungguh.


SKIP TIME


Sudah empat minggu ini Naruto bekerja di penginapan Manda. Ia sudah mengenal seluk beluk penginapan bergaya Jepang ini. Penginapan ini milik Orochimaru, keturunan Jepang yang memilih menetap di Indonesia. Pemiliknya sedikit misterius. Rambutnya hitam panjang dengan raut wajah sulit dibaca. Tatapan matanya tajam dan aneh seolah tahu apa yang kamu pikirkan. Ditambah ia jarang tersenyum hingga membuat tiap orang tak nyaman di dekatnya. Ia sering mendadak muncul di depan kita persis seperti hantu.

Tapi bukan itu yang membuat Naruto tak nyaman. Pemiliknya jarang muncul di penginapan, jadi ia tak terlalu takut. Masalahnya pada penginapan ini. Tak disangkanya penginapan ini sama seperti penginapan di sekitar Parangtritis dan Parang Kusumo lainnya. Di tiap sudut ruangan tercium aroma kembang setaman. Ini membuat ia bergidik khususnya saat ia bekerja di malam hari. Bunga itu kan symbol errr sesajen. Siapa yang tak takut coba? 'Memangnya tempat ini ada penunggunya ya sampai butuh sesajen?' pikirnya tak nyaman.

Rasa tak nyamannya semakin bertambah saat mendengar desas-desus tak sedap diantara para karyawan. Katanya, di sini tiap tahunnya ada saja karyawan yang meninggal. Dan, konon mereka meninggal secara tak wajar. Banyak yang menduga jika karyawan yang mati itu adalah korban tumbal pesugihan. Itu bukan sesuatu yang aneh di telinga penduduk Jogja sebetulnya, tapi tetap saja membuat hati mereka kebat-kebit, takut jikalau mereka jadi korban selanjutnya.

Dalam kepercayaan Jawa, Pantai Parangkusumo ini terkenal sebagai gerbang kerajaan gaib, Segoro Kidul. Konon kerajaan ini dipimpin oleh Kanjeng Ratu Kidul. Banyak orang yang berbondong-bondong melakukan lelaku di sekitar pantai Parang Kusumo di hari tertentu seperti Selasa Kliwon dan Jum'at kliwon. Mereka ingin kaya dengan cara bersekutu dengan penguasa lelembut itu. Naruto khawatir, Orochimaru juga melakukan hal yang sama. Ia takut jadi tumbal berikutnya. Ini membuat ia lebih khusyuk sholat dan mendekatkan diri pada Allah selama bekerja di sini.

Ia berusaha bertahan selama sebulan ini, demi uang 500 ribu. Kemarin, ia sudah menerima gajinya. Sekitar dua hari lagi ia akan mengajukan resign. Ia tak tahan kerja di tempat yang rumornya ada praktek pesugihan. Iya kalo salah, kalo bener gimana? Runyam kan.

Naruto merapikan bajunya seblum pulang. Hari ini pekerjaannya selesai lebih cepat. Ia merasa lelah jadi hari ini ingin segera pulang. Baru juga beberapa langkah ia berjalan, ia merasa kepalanya sakit dan berdentam-dentam bagai dipukul palu. Tak kuat berjalan, ia memutuskan istirahat sejenak di sofa. Ia pejamkan matanya hingga tak sadar tertidur pulas.



SKIP TIME


Gelap…semuanya gelap. "Dimana ini?" Naruto bertanya takut. Tak ada jawaban. Ia berusaha melihat sekeliling, namun semua sia-sia. Semuanya gelap, tak terlihat apapun. "Ya Allah dimana aku?" Tetap tak ada sahutan. Naruto semakin panik, takut. "Ya Allah aku tak ingin berada disini!" kataku lirih. 

Naruto merayap-rayap bagai cicak di dinding mencari jalan keluar. Ia takut, amat sangat takut berada di ruangan gelap ini seorang diri. Dulu, ia pernah terperangkap di lemari yang tertutup selama hampir 6 jam. Sejak itu, ia trauma dengan dengan ruang gelap tertutup. 

Naruto berjalan perlahan agar tak tersandung benda apapun di depannya. Jantungnya berdentam keras, nafasnya terasa sesak seolah tercekik. Menit-menit berlalu, ketakutannya semakin meningkat saat jalan keluar yang dicarinya tak kunjung ketemu.

"Bagaimana aku bisa berada di sini?’ Pikirnya bingung. Hal terakhir yang ia ingat sebelum pingsan, ia tengah rebahan di atas sofa di ruang pantry. Lalu, kenapa setelah terbangun, ia justru berada di sini? “Dimana aku? Ya Allah jika ini mimpi tolong bangunkan aku." Katanya dengan suara serak. Naruto mulai menangis terisak-isak dalam kegelapan yang menyelimutinya.

Tiba-tiba, muncullah secercah cahaya dari kejauhan. Makin lama cahaya itu makin besar, namun belum cukup untuk menghilangkan seluruh kegelapan yang mengepungnya ini. Cahaya itu terus mendekat, dan akhirnya, ia bisa melihat ada dua orang dari kejauhan sedang berjalan ke arahnya. Sayangnya, ia tak dapat melihat dengan jelas rupanya. Siapa mereka? Ia ingin bertanya tapi bibirnya serasa terkunci rapat.

'Ya Allah apakah aku akan mati? Apakah itu malaikat Izrail yang akan menjemputku?' Aku membatin. 'Tapi ku kira tidak mungkin, jelas itu dua sosok, sedangkan malaikat Izrail hanya satu. Atau mungkin setiap mencabut nyawa malaikat Izrail dibantu oleh malaikat lain?' bantahnya sendiri dalam hati. Naruto semakin berpikir tak karuan. "Ya Allah aku tak ingin mati, keluarkan aku dari sini, aku ingin pulang ke rumahku." Naruto menangis semakin histeris, tapi tak ada suara yang keluar dari mulutnya.

Sosok itu semakin mendekat, dan sekarang bisa dilihat jelas rupanya. Naruto yakin mereka bukan malaikat yang akan mencabut nyawanya, karena tak mungkin berpakaian seperti itu. Lagipula bukankah malaikat itu ghaib sedangkan mereka seperti manusia biasa berjenis kelamin laki-laki. Tapi ia tidak terlalu yakin, bukankah malaikat bisa menyerupai makhluk lain seperti manusia?

Kedua laki-laki itu berpakaian seperti pengawal di kerajaan-kerajaan jaman dulu, pakaiannya serupa baik model atau warnanya, yaitu berwarna hijau, kain jarik motif parang dan blangkon di kepala. Mereka bertelanjang kaki. Sesaat ia melihatnya beberapa meter di depannya, eh sekarang mereka sudah berada tepat di hadapannya. 'Bagaimana dia melakukanya?' pikirnya bingung.

Wajah mereka berdua biasa-biasa saja, tak ada ekspresi disana. "Ikutlah dengan kami!" salah seorang dari mereka berkata. Suaranya tidak kasar atau lembut, tetapi datar. Tak ada perubahan ekspresi pada wajah mereka.


Naruto menatap mereka takut. 'Ya Allah siapa orang-orang ini? Aku tak ingin ikut dengan mereka. Aku sama sekali tak kenal dengan mereka. Tapi aku juga tak ingin berada disini. Aku ingin berada di rumahku kembali. Ya Allah keluarkan aku dari sini.' Batin Naruto kalut dan gelisah.

"Ikut dengan kami!" yang lain berkata, suaranya hampir mirip dengan yang pertama, ia hampir tak bisa membedakan suara keduanya.

"Tidak, aku tidak mau." Katanya tegas, dalam hati bersyukur bibirku tidak lagi terkunci.

"Lebih baik kau menurut. Kami tak ingin memaksa." Kata orang yang pertama. Kali ini nadanya tegas penuh ancaman, tak menerima penolakan Naruto
.
"Tidak, aku tidak mau. Aku mau pulang." Tolak Naruto. Naruto semakin ketakutan. Walaupun wajah mereka seperti manusia biasa tapi aura mereka sangat menakutkan. Bulu kuduknya merinding sejak tadi. Ini hanya perasaannya atau apa. Ia merasakan hawa dingin dan angin berderu kencang di sekitar tubuhnya sejak kedatangan dua orang itu.

Naruto melihat mereka saling mengangguk, dan tiba-tiba mereka telah memegang tangannya di kedua sisinya. Ia meronta-ronta "Lepaskan aku! Kalian mau bawa aku kemana?" teriaknya histeris.

Mereka tidak menyahut dan terus menariknya. Naruto mencoba melepaskan diri tapi sia-sia. Pegangan mereka sangat kuat hingga ia yakin besok kedua pergelangan tangannya pasti biru-biru. "Siapa kalian? Tolong lepaskan aku!" Naruto memohon lemah, menangis terisak-isak. Rasa takutnya semakin menggerogoti kesadarannya. 'Oh, ya Allah tolonglah hambamu ini.' Doanya dalam hati sepenuh hati.

Naruto terus ditarik menembus kegelapan. Sesaat ia tidak bisa melihat apa-apa. Ketakutan, Naruto menutup kedua bola matanya. Ia tak ingin melihat apapun yang akan muncul di depannya nanti. Tapi tiba-tiba ia merasakan angin berderu semakin kencang, mempermainkan rambut pirang panjangnya dan rok selututnya. Perlahan-lahan ia buka matanya, melihat keadaan.

Alangkah terkejutnya dia. Matanya terbelalak lebar, tak pecaya. Sekarang ia berada di pantai. Tapi, ia tidak mengenali pantai ini. Pantainya sangatlah indah. Pasir putih yang menghampar sepanjang pantai terasa lembut, menggelitik telapak kakinya yang telanjang. Pantai ini juga sangatlah bersih. Tidak ada sampah sedikitpun seolah-olah pantai ini tak pernah dijamah oleh tangan manusia. Dua orang itu masih saja menarik-narik kedua tangannya. Dan, ia akhirnya sadar. Mereka berdua  ternyata berniat membawanya ke tengah laut. Ia semakin panik, meronta-ronta minta dilepaskan. Naruto sangat ketakutan. 'Apakah aku akan ditenggelamkan? Ya Allah tolong aku.' Batinnya.

Mereka terus menariknya menuju laut, tak perduli ketakutan Naruto. Akhirnya Naruto merasakan air laut nan dingin menjilat kakinya. Sekarang air telah sampai lututnya. 'Oh ya Tuhan. Mereka sudah gila. Kenapa mereka membawaku masuk ke dalam laut? Aku kan tak bisa berenang.' Pikirku semakin ketakutan.

Perjuangannya melepaskan diri semakin menjadi-jadi, tapi sepertinya usahanya tidak berpengaruh pada mereka. Pegangan mereka sama sekali tak goyah. Sepakan kakinya seperti kepakan sayap lalat bagi mereka berdua. Apakah mereka sangat kuat? Air laut semakin dalam, sekarang telah mencapai pinggangnya. 'Ya Allah tolong aku.' Doanya semakin khusyuk.

Naruto menangis sambil meronta-ronta tetap berusaha melepaskan diri. Tiba-tiba ia mendengar lantunan ayat kursi di kepalanya. Aneh tapi nyata, mulutnya bergerak sendiri, membaca ayat kursi. Seolah dia sudah distel begitu. Meski demikian, ia membaca dengan tubuh gemetaran tak terkendali. Well dari dulu ia memang takut dengan kubangan air. Jadi bukan hanya dua orang yang memeganginya saja yang membuat Naruto takut, tapi juga laut ini. Secara ia kan nggak bisa berenang. Kalo tenggelam bagaimana?

Mendengar lantunan ayat itu, mereka menggeram. "Hentikan!" bentak orang pertama. Kali ini suaranya menggelegar, seperti orang yang marah, tidak datar seperti tadi. Tapi Naruto tak menggubrisnya dan terus membaca. Dan tiba-tiba mereka menghilang tanpa jejak, meninggalkannya seorang diri dengan tubuh separo terendam air laut.

"Alhamdulillah" Naruto langsung berbalik dan buru-buru keluar dari laut. Dengan susah payah dia berusaha menuju pantai. Belum sampai kakinya menyentuh pantai, tiba-tiba telinganya mendengar suara gemuruh besar yang sangat menyeramkan. 'Suara apa itu?' pikirnya. Terlambat. Akhirnya Naruto menyadari suara itu dari belakangnya persis. Naruto berbalik dengan gerakan patah-patah, dan hanya sepersekian detik melihat ombak yang sangat besar sebelum ombak itu menggulungnya.

Naruto tenggelam, megap-megap berusaha mengapung dan bernapas, tapi sia-sia. Ia coba membuka matanya tapi yang dia lihat di sekelilingnya hanya air dan air luas. Ia menutup matanya kembali, karena takut. 'Ya Allah jika ini hanya mimpi. Tolong bangunkan aku segera.' Pikirnya. Ia pasrah membiarkan dirinya diombang-ambing air laut. Tapi mulutnya senantiasa terus berdoa memohon pertolongan Allah. Lalu tiba-tiba kegelapan menyelimutinya dan ia tidak ingat apa-apa lagi.


SKIP TIME


Naruto membuka matanya, mengerjabkan bulu matanya yang lentik. Begitu membuka mata, ia lihat langit yang gelap terhampar di atasnya. Ia mencoba bangun, tapi tidak bisa. 'Dimana aku?' pikirnya bingung. Byurrrr… Suara air berdebur menyadarkannya.  Ia berhasil mengingat serentetan kejadian sebelum ia terseret oleh ombak yang menggulung-gulung tubuhnya tanpa ampun. 

Naruto mengedarkan pandangannya, melihat sekelilingnya. Hanya ada air, air, dan langit yang terlihat ganjil. Saat itulah ia sadar ia masih berada di tengah-tengah lautan. Lautnya masih sepi seperti sebelumnya. Tak ada awan yang berarak. Tak ada burung camar terbang di langit nan biru. Dan tak ada kapal yang lewat. Hanya angin nan dingin yang berhembus, membuat tubuh Naruto bergemeletuk kedinginan.

'Ya Allah aku tak bisa berenang, aku takut tenggelam.' Batinnya. Tapi tubuhnya serasa seringan kapas. Dan ia sadar ternyata ia mengapung di lautan, bukannya tenggelam. Ia mengapung seperti halnya mayat yang terapung, padahal ia sama sekali tak memakai pelampung. 'Ya Allah apakah aku sudah mati?' pikirnya lagi, bingung dengan keadaannya.

Ingin sekali ia berenang menuju pantai, walau ia tidak tahu ke arah mana pantai itu. Tapi jangankan berenang, kalo pun ia bisa berenang, menggerakkan tubuhnya pun tak bisa. Tubuhnya terasa kaku bagai robot. Ia hanya terapung-apung bersama gelombang air laut yang mempermainkannya'.

Ya Allah aku ingin keluar dari sini. Tolong aku Ya Allah. Aku ingin pulang.' Katanya dalam hati. Mulutnya terus melantunkan doa dengan bercucuran air mata. Entah berapa lama ia disini, hanya ditemani gelombang air laut. Ia bahkan tak mengingat paus atau hiu nan ganas pada saat seperti ini. Naruto hanya berpikir bagaimana caranya keluar dari sini? Tiba-tiba terdengar suara menggelegar lagi. "Ya Allah apa itu? Apa akan ada badai?" katanya lemah. 

Di depan matanya, lautan bergolak hebat. Pusaran air nan besar terbentuk membuat tubuh Naruto berguncang tak berdaya, berputar mengikuti pusaran. "Aaaaaa…" eriaknya histeris. Ia takut tubuhnya tersedot oleh pusaran air yang entah akan membawanya kemana. Mungkin tubuhnya akan tenggelam ke dasar lautan sana. Pikiran buruk ini membuat Naruto dicekam rasa takut yang amat sangat. 

Ini bukan cara mati yang ia idam-idamkan selama ini. Koreksi ia belum ingin mati. Ia masih ingin sekolah SMU dan pake baju putih-putih abu-abu yang keren seperti mbak-mbak yang dilihatnya seliweran depan SMPnya dulu. Tapi kalo apesnya ia harus mati sekarang. Lautan bukanlah tempat favoritnya sebagai kuburan. Kalo mayatnya tak ditemukan gimana? Teman-teman entar melayatnya bagaimana? Pertanyaan yang sungguh tak penting di tengah suasana genting ini. 

Pusaran air itu berubah. Air di depannya tiba-tiba naik semakin tinggi, tapi tidak seperti ombak. Ia membentuk tombak air nan besar ke atas. Lalu dari air tersebut terbelah dua dan muncullah seorang pria luar biasa tampan memakai pakaian hampir sama seperti dua laki-laki yang tadi membawanya, namun pakaiannya lebih mewah dan kepalanya memakai benda mirip mahkota. Ia tersenyum lembut pada Naruto. Naruto tidak berani membalas senyumnya, aura laki-laki itu agung dan menakutkan. "Ikutlah bersamaku," ajaknya masih tersenyum. "Aku tidak akan menyakitimu." Lanjutnya.


Naruto hampir tergoda ikut bersamanya tapi dia ingat laki-laki itu baru saja muncul dari laut. Catat dari dalam laut. Mana ada orang biasa yang bisa tinggal di dalam laut kalo bukan. Hiiiii, tubuhnya kembali merinding disko, menyadari sosok sebenarnya pria tampan di depannya ini. Naruto tidak mau dibawanya ke dalam laut seperti dua orang tadi. Ia ingin pulang dan meringkuk di balenya yang reot.

"Tidak, aku ingin pulang." Jawabnya terbata-bata.

"Rumahmu sekarang bersamaku." Katanya lagi.

"Tidak, aku ingin pulang ke rumahku" Kata Naruto bersikeras, walaupun tidak mengerti apa maksud perkataan pria ini. Dengan ketakutan Naruto pun membaca ayat kursi. Wajahnya memelintir hampir menyeramkan, sedetik kemudian ia menghilang. Naruto mengucap syukur kepada Allah. 'Ya Allah tolong aku, aku ingin pulang.' Hanya itu yang Naruto ucapkan berkali-kali dalam hati sambil terus membaca ayat kursi dengan air mata yang terus bercucuran.

Naruto tak tahu sudah berapa lama ia menangis. Ia mendongakkan kepalanya ke atas. Ia lihat langit masih gelap, tak ada tanda-tanda matahari akan datang, bulan pun tidak nampak. Namun anehnya ia bisa melihat sekelilingnya dengan sangat jelas. Dan yang lebih aneh lagi tak ada ikan yang berenang disekelilingnya.

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh air. Sontak ketakutan pun kembali melanda dirinya. 'Ya Allah apa lagi ini?' pikirnya lelah dengan semua kejadian ini. Naruto melihat ombak besar menghampirinya dan menerjangnya tanpa ampun. Tapi anehnya, ombak ini tidak seperti ombak pertama kali, ombak ini malah seperti menyeretnya dengan hati-hati. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi.

Entah berapa lama ia terseret ombak ini, hingga di kejauhan dilihat pantai. Ombak ini seperti menyeretnya perlahan mendekati pantai. "Alhamdulillah. Ya Allah aku selamat. Apakah ini bentuk pertolonganMu? Aku tak peduli bagaimana nasibku nanti setelah berada di pantai. Yang penting aku bisa keluar dari laut ini." Kata Naruto lirih. Ingin sekali ia berenang agar bisa tiba lebih cepat, namun badannya masih kaku tak bisa digerakkan.

Pantai sudah di depan mata. Naruto tersenyum bahagia. Namun tiba-tiba terdengar suara menggelegar dan ia lagi-lagi lihat ombak yang tak kalah besarnya kembali menghantam dan menyeretnya ke tengah lautan. 'Ya Allah apa yang terjadi?' Naruto menangis tak berdaya, terus terseret ombak besar sampai pantai tidak lagi terlihat matanya. "Padahal sebentar lagi ia selamat. Tapi.. tapi kenapa begini lagi, Tuhan. Tolong aku. Ku mohon. Aku janji akan pakai jilbab jika aku selamat." Kata Naruto meratap, memohon pertolongan Tuhannya.

Bisakah Naruto selamat dan lepas dari laut yang aneh itu? Siapa sosok laki-laki misterius itu sesungguhnya? Siapa yang akan menolong Naruto? Benarkah Orochimaru melakukan ritual pesugihan agar kaya? Ikuti kisahnya di chapter depan. Jangan sampai ketinggalan.

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar