Sabtu, 15 Oktober 2016

PELET CINTA PART ONE



Pelet Cinta

Summary : Naruto naksir duda? Eoh, usap peluh dingin di kening. Yang benar saja? Mana ia lebih tua dari bokapnya pula. OMG, Demi apa? Terus kenapa Sasuke yang blingsatan? Katanya Naruto just friend. Kok mukanya acem tiap liat Naruto tebar pesona pada duren (Duda keren) itu? Fem_Naru. 

DISCLAIMER : Naruto Belongs to Masashi Kishimoto 
Genre : Friendship
Rating : T 
WARNING : Fem_Naru, sedikit bashing beberapa chara, OOC, AU, dan gaje.
Pair : SasufemNaru just friend
Author Note :
Ai hadir lagi dengan oneshoot. Maafkan daku yang udah menelantari fic-fic Ai. Lagi macet idenya. Kepala mentok. Idenya sih udah di kepala, tapi pas mau ngetik eh malah ilang. Jadi ya, bikin yang baru sampai mood Ai balik lagi. Mungkin pengaruh mau datang bulan kali ya? Au ah gelap. Hadeuh malah curcol.
Oke lanjut saja ke cerita. Semoga berkenan di hati para reader. Chekidot.


Don't Like Don't Read

Ono duda manggon ngarep omahku
Yen ruh aku, dhewekke ngguya ngguyu
Yen dek’e ngerti, aku namatke
Mlakune soyo mundhak digawe-gawe

Kira-kira umur seket pitu
Wis meh podho karo yuswane bapak
Aku ra ngerti opo karepe
Saben dina aku diwenehi roti.
Soyo suwe atiku soyo mundhak bingung
Kudu-kudu kepingin ning omahe


Di balik bukunya, wajah Naruto tampak merona. Ia diam-diam melirik rumah bercat putih yang baru dihuni oleh seorang duda beranak satu. Ia pura-pura menutupi wajahnya dengan bukunya untuk menutupi kegiatan curi-curi pandangnya. Kan malu kalau ketahuan.

“Ehem...,” Suara seorang pria dewasa sekitar awal 50-an berdehem di sampingnya. “Belum berangkat, Dik?” tegurnya sopan.

Naruto salting hingga bukunya terjatuh ke lantai. Buru-buru ia mengambil bukunya itu. “Eh, iya. Belum Om. Lagi nunggu temen.”

Alisnya orang yang dipanggil Om itu terangkat satu. Ia sama sekali tak menyadari kalau aksi refleksnya itu membuat Naruto terpaku, terpesona, dan tersihir hingga lupa daratan. ‘Oh, Wow. Si Om keren bingit,’ batinnya nista. Si ABG bin alay ini begitu terpesonanya hingga melupakan rentang umur mereka yang terpaut jauh.

“Teman? Siapa?” tanya si Om membuat Naruto kembali mendarat ke bumi.

Naruto baru mau menjawab, tapi tak jadi. Karena, makhluk sialan yang terlanjur jadi alibinya buat nungguin si Om keluar dari rumahnya, malah udah nongol duluan. Kan ia jadi nggak punya alasan lagi, tuh. “Itu dia. Permisi, Om.” Pamitnya sedikit kurang ikhlas. Ia dengan ogah-ogahan menghampiri sang teman yang melihatnya dengan tatapan heran.

Naruto dengan cekatan menarik tangan temannya, masih dengan senyuman sopan tersungging di bibirnya. Sesekali, matanya melirik si Om yang masih melihat Naruto dengan senyum penuh arti. Senyum itu masih menghiasi wajah Naruto dan tangannya masih setia memeluk (baca menyeret) lengan temannya hingga ia sampai ujung lorong dan jauh dari pandangan Om yang jadi gebetannya.

“Kau itu apa-apaan sih?” bentak Sasuke-si-korban-tarik-paksa-Naruto. “Kau pikir aku barang? Seenaknya saja narik-narik aku. Kalau pacarku lihat, gimana?”

“Halah! Amal dikit napa, sich? Jangan pelit-pelit gitu lah jadi orang.” ujar Naruto ikut jengkel.

“Aku pelit?" Tanya Sasuke. Matanya mendelik galak sebelum membuka mulutnya. "Memang siapa yang setiap hari menghampiri kamu ke sekolah biar nggak telat? Siapa yang kau jadikan tukang ojek, kau ajak keliling kota untuk belanja? Siapa yang jadi guru privat kamu selama ini? Siapa? Aku, kan? Kayak gitu masih dibilang pelit.” Sembur Sasuke memboroskan beberapa kosa kata dalam satu tarikan nafas.

“He he he.. just kidding. Don’t angry, Oke?”

“Huh, kalau ada maunya saja, kamu baik-baikin aku.” Gerutu Sasuke jengkel. Sudah nasib punya teman sepermainan, tetangga, teman sekolah yang nyebelin kayak Naruto. Meski demikian, entah kenapa kok Sasuke masih betah aja jadi cs-nya Naruto. “Kau itu kenapa sih, tiap pagi nongkrong depan pintu? Jangan-jangan…” Sasuke menilai Naruto penuh arti. “..kau naksir penghuni baru depan rumahmu itu?”

“Eh, kelihatan jelas ya?” celetuk Naruto membuka aibnya sendiri.


“Ishss..,” gumam Sasuke. “Kau naksir anaknya yang ke berapa? Yang Kimimaro apa yang Juugo?” tanyanya usil.

“Bukan mereka. Aku naksir…” Naruto lihat ke kanan dan ke kiri, lihat-lihat keadaan. Setelah memastikan semuanya aman, ia berbisik di telinga Sasuke. “Jangan bilang siapa-siapa, ya!” Matanya mendelik memberi peringatan. Sasuke mengangguk, mengiyakan. “Aku naksir bokap mereka,” sambungnya masih berbisik.

“What????” teriak Sasuke tak percaya. Naruto mendelik sangar. Ia memberi isyarat agar Sasuke bicara dengan suara pelan. “Kau beneran naksir dia?” tanya Sasuke lirih tepat di telinga Naruto. Naruto mengangguk sebagai jawab. “Serius?” lagi, lagi Naruto mengangguk. Sasuke menempelkan tangannya ke dahi Naruto. “Kau masih waras, kan?”

Naruto menepisnya kasar. “Apaan sih? Emang kenapa kalau aku suka dia? Masalah buat loe?” ujar Naruto dengan bahasa campur aduknya.

“Kau gila,” kata Sasuke tak habis pikir. “Mikir dong, mikir-mikir. Dia itu seusia bokapmu, mungkin malah lebih. Dan, kau masih naksir dia?”

“Biarin. Cinta itu buta. Tidak mandang usia,”

“Tidak mandang usia, gundulmu itu,” tukas Sasuke. Naruto melotot galak. “Jangan-jangan kau kena pellet dia lagi. Tiap sore, kan kau diberi roti olehnya,” gerutu Sasuke.

Duakk! Duakk! Dengan brutal Naruto mencubit dan memukuli bahu Sasuke gemas. “Kau itu yang perlu diperiksa kewarasannya. Hari gini masih ngomongin pellet. Buset dah. Kau pikir ini jaman apa? Kolot banget, sih,” gerutunya sambil memukuli Sasuke tanpa ampun.

Naruto baru berhenti menyiksa Sasuke, setelah Sakura, pacarnya Sasuke terlihat dari ujung jalan. Dan, seperti biasanya. Naruto akan mengambil jarak dengan Sasuke untuk memberi kesempatan sahabatnya ini berduaan dengan Sakura. Kan, nggak enak ganggu orang yang lagi kasmaran.

Naruto menghembuskan nafas. Dulu, ia pernah suka sama Sasuke. Ia sering kali cemburu melihat kemesraan keduanya. Hatinya sering terbakar amarah jika melihat keduanya bersama. Ia jadi membenci Sakura, meski sebetulnya gadis itu sangat baik padanya. 

Akibat kebenciannya itu, ia pernah melakukan sesuatu yang bodoh yang membuat sahabatnya nyaris berpisah dengan kekasihnya. Gara-gara itu pula, Naruto sempat dijauhi Sasuke. Ia ngambek nggak mau ketemu Naruto lagi. Untung akhirnya Sasuke memaafkannya dan mereka kembali jadi sahabat. 

Sejak itu, Naruto jadi lebih hati-hati dalam bersikap. Ia tak mau deket-deket Sasuke apabila ada Sakura di dekat mereka. Meski hatinya sakit, ia rela Sasuke dengan Sakura. Toh, ia sudah punya gebetan baru, yakni ‘Duren’ yang tinggal di depan rumahnya. Ah, hanya membayangkannya saja, hati Naruto sudah melambung tinggi. Bahagianya
.
“Woy, ini masih pagi. Jangan kumat dulu gilanya!” celetuk Sasuke sambil melirik sahabat pirangnya yang senyum-senyum mencurigakan. Naruto tak menanggapi. Ia sibuk dengan dunia khayalannya. Sasuke geleng-geleng kepala. ‘Dasar sinting,’ batinnya. 

“Naruto kenapa?” tanya Sakura.

“Biasa, habis ketemu ama gebetannya.” Gerutu Sasuke dengan raut masam. “Dasar cewek,” keluhnya.

Dahi Sakura mengerut “Gebetan? Siapa?”

“Itu tuh duda anak satu yang baru saja pindah depan rumah Naruto,”

“Duda? Udah tua dong,”

“Bukan tua lagi, tapi kakek-kakek. Usianya udah kepala lima. Anaknya saja bahkan seusia dengan aniki,”

“APA?” teriak Sakura terkejut. Ia menghentikan langkahnya dan memandang Sasuke penuh selidik. “Serius?” Sasuke mengangguk. “Oh, GOD. This is crazy. Very crazy. Dia masih waras, kan?”

“I don’t know. Tapi, ku harap ia sadar. Masak pacaran sama kakek-kakek. Gilani,”

“Emang dia tampan banget ya?”

“Kalau tampan kayak Om Minato, bokapnya Naruto mah mending. Ini wajahnya kayak mayat hidup. Nih, lihat fotonya.”

Rahang bawah Sakura jatuh. Matanya melotot seolah mau keluar dari cangkangnya. Ia kehilangan kata-kata.


TBC
Mohon saran dan kritiknya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar