Jumat, 07 Oktober 2016

MISTERI LAGU KE LAYUNG-LAYUNG PART ONE



Lirik Lagu Kelayung-Layung
Ono tangis kelayung-layung
Tangise wong kang wedi mati
Gedhongono kuncenono
Yen wis mati mongso urungo

Ditumpakke kereto jowo
Rodane roda menuso
Ditutupi ambyang-ambyang
Disirami banyune kembang

Duh GUSTI ALLAH
Kulo nyuwun pangapuro
Ning sayange wis ora ono guno
Ditumpakke kereto jowo
Rodane roda menuso

Ditutupi ambyang-ambyang
Disirami banyune kembang

Duh GUSTI ALLAH
Kulo nyuwun pangapuro
Ning sayange wis ora ono guno
Ditumpakke kereto jowo

Ha a a a a a a ...

Ditutupi ambyang-ambyang
Disirami banyune kembang

Malam itu, aku lagi iseng nyanyi lagu ‘Layung-layung’. Tiba-tiba, Nafi’ salah satu muridku berteriak panik, ‘Mbak! Tolong jangan nyanyian lagu itu?” Matanya celangak-celinguk. Duduk dengan gelisah di kursinya. Ia bahkan bela-belain pindah tempat duduk, mencari tempat duduk yang berada di tengah-tengah.
Aku balik menatap heran padanya. “Lah, kenapa? Ini kan cuman lagu,”
“Jangan Mbak! Lagu itu seram,”
Alisku mencuat ke atas. “Seram gimana?” tanyaku. Perasaan syairnya bagus, berisi petuah-petuah, tapi kok ia bilang seram, ya?
“Itu kan lagu pengantar orang mati,” balasnya masih ketakutan.
“Lagu pengantar orang mati?” beoku, nggak ngerti.
Aku udah kenal lagu ini dari jaman 1990-an, semasa aku masih balita hingga beranjak dewasa. Lagu ini dulu sering dijadikan puji-pujian para Muadzin sehabis adzan, sambil nunggu iqomat. Aku lumayan suka lagunya yang berbentuk parikan (Pantun ala Jawa). Aku bahkan rela berhenti melakukan apapun, demi bisa mendengarkan lagu ini.  Makanya itu, aku lumayan hafal liriknya. 
Lagu ini sempat tenggelam, kalah pamor ama lagu-lagu yang lebih ngepop. Tapi era 2016 ini, para remaja di desaku jadi suka lagu ini lagi, meski nadanya dirombak, jadi agak seperti campur sari. Tidak lagi dengan langgam ala puji-pujian untuk pengantar sholat. Namun, isinya tetap sama. Lagu ini semakin ngetop seiring semakin seringnya masyarakat nanggap orkes tunggal.  Biasanya, para penyanyi orkes menyanyikan lagu ini, minimal satu kali.
Tapi,  baru kali ini aku dengar istilah lagu layung-layung sebagai lagu pengantar orang mati. ‘Mitos dari mana lagi ini?’ pikirku sambil geleng-geleng kepala.
“Mbak ingat Mbah Modin, kan?”
“Ya?”
“Mbah Modin meninggal persis setelah para pemain ketoprak di Dukuh Sendang Klampok menyanyikan lagu kelayung-layung Keroto Jowo.,” jawabnya sok misterius.
Karena iba, aku tak membahasnya lagi. Aku jadi penasaran dengan lagu ini. Emang lagu ini beneran mistis ya. Jangan-jangan cuman karena pengaruh tontonan kayak kasus lagu Lingsir Wengi yang disebut-sebut sebagai lagu pemanggil setan, terpangaruh oleh film Kuntilanak yang diperankan Julia Estelle. Lain waktu, aku berjanji dalam hati akan melakukan investigasi khusus tentang lagu ini.

1 komentar: