Alis oh Alis
Summary : Gara-gara alis, Naruto salah satu cowok yang
digandrungi cewek-cewek digampar Ino. Dua kali pula. Kira-kira kenapa ya? One shoot. No sekuel. No BL.
DISCLAIMER
: Naruto Belongs to Masashi Kishimoto
Genre : Friendship dan little
RomanceRating : T
WARNING : MaleNaru, One Shoot alias langsung TAMAT. Tidak
sesuai EYD, bertebaran typo di sana-sini.
Don't
Like Don't Read
Sebagai cewek
modis, mengikuti tren sangatlah penting. Mereka harus terus-menerus mengikuti
selera fashion yang sedang up to date, jika tidak ingin disebut cewek
ketinggalan jaman, yang ujung-ujungnya tidak punya teman. Terutama untuk urusan
make up.
Ino salah satu
cewek paling kece, seksi, dan sekaligus modis tengah berjalan bersama dua orang
sohibnya yang sama kecenya dengan dia yakni Sakura dan Hinata. Kakinya yang
jenjang dan ramping menyusuri koridor sekolah. Kepalanya mendongak angkuh,
percaya diri akan penampilannya hari ini. Sesekali, ia mengibaskan rambutnya
yang pirang, panjang, dan halus ke belakang, memamerkan alisnya yang cantik
seperti bulan sabit.
Di tengah jalan,
tiba-tiba saja ia bertemu dengan Ketua seksi disiplin kita aka Naruto yang
berjalan santai bersama dua orang sahabatnya yakni Sasuke dan Kiba. Meski bukan
seorang Ketua OSIS, Naruto tetaplah punya pesona yang tak kalah mentereng dari
Sasuke.
Mulutnya yang
pedas dan terkadang judes pada murid-murid pelanggar peraturan yang rata-rata
kaum hawa, justru membuatnya disukai banyak cewek. Apalagi, Naruto satu-satunya
cowok popular di KHS yang sampai detik ini belum punya gandengan. Jadi, klop
dech. Seperti gembok dengan kunci, Naruto pun jadi incaran banyak cewek di KHS.
Karena alasan itulah, mereka sengaja melanggar peraturan sekolah demi bisa
berdekatan dengan sang pujaan hati. Salah satunya Ino.
Ino berjalan
mendekati Naruto dengan penuh percaya diri. Ia yakin ia bisa mencuri perhatian
Naruto mengingat banyakk cowok KHS yang memujinya cantik dan memujanya hari
ini. Naruto sendiri sepertinya belum menyadari kehadirannya. Ia asyik
berbincang santai dengan Sasuke dan Kiba.
“Ehem,” dehem
Ino dibuat-buat berusaha mencari atensi tiga orang anggota OSIS itu.
Kiba yang
pertama menyadarinya. Sasuke juga sadar, cuman ia memilih bersikap acuh. Memang
itu wataknya, sih. Ia baru tersenyum tipis, saat Sakura kekasihnya yang
sekarang melangkah mendekatinya. Hanya Naruto yang belum nyadar. Rupanya, ia
tengah sibuk membaca sms dari someone, yang dari Phone booknya tertulis
Mami_chayank.
Dahi Ino
tertekuk. Bibirnya yang dipulas dengan lip glouse kini merengut. Ia kembali
berdehem. Kali ini lebih keras. Namun, Naruto masih belum juga sadar dan masih
berkutat dengan HP-nya. Kiba yang tak enak hati menyenggol lengan Naruto membuat kepalanya mendongak dan
bertanya dalam bahasa isyarat, ‘Apa?’ dan dibalas oleh Kiba dengan isyarat
juga. Ia menunjuk Ino dengan dagunya.
“Apa?” tanya
Naruto datar.
Ino berusaha
kembali tersenyum menguarkan pesonanya sebagai salah satu primadona KHS, meski
hatinya menyumpah serapah. Ia berusaha maklum. Namanya juga Naruto. Dia kan
emang agak anti social atau tepatnya anti cewek.
“Kau itu kenapa
sih? Senyum-senyum tidak jelas.”
Senyum di bibir
Ino belum tanggal. “Kau tak melihat sesuatu yang beda hari ini?” tanya Ino
balik.
Dahi Naruto
berkerut. “Apa? Aku tak merasa ada yang aneh hari ini.” gumam Naruto. “Ah, ya
aku ingat. Hari ini, ibuku mau membuat masakan special. Makanya itu, aku tidak
boleh pulang telat.”
“Bukan itu,”
rajuk Ino mulai kesal.
Naruto mikir
lagi. “Ah, iya. Tadi, Iruka-sensei bilang mau mentraktir aku makan di kedai
Ichiraku Ramen, jika aku berhasil menang lomba membuat film yang diadakan me_tube.”
“Bukan itu
juga,” sembur Ino kesal.
“Lalu apa?”
“Lihat aku! Ada
yang beda nggak?” tanya Ino dengan berani. Dia ini salah satu fansgirl Naruto
yang paling berani.
Naruto
tersentak, seolah baru sadar. Matanya menyipit tajam. “Menurutku biasa saja.
Tidak ada yang aneh. Rambut tidak diwarnai, check. Pakai seragam sesuatu
aturan, check. Pakai dasi, check. Semua OKE. Lalu apanya yang special?” tanya
Naruto dengan lugunya.
“Iiyyyy.. LOE
tuch ya emang nyebelin,” kata Ino ketus khususnya dibagian elo. Kakinya dihentak-hentakkan ke lantai kesal.
“Ah, udahlah. Percuma ngomong sama anak kecil kayak kamu,” hinanya sebelum
pergi. Ia menarik tangan Sakura dan Hinata yang asyik mesra-mesraan dengan pacarnya
masing-masing.
“Eits, tunggu!”
Seru Naruto menghentikan Ino. Naruto menatap tepatnya memindai Ino senti demi
senti. “Loch, alismu kenapa, No? Kok gundul?” tanya Naruto. “Itu lukisan, kan?”
tambahnya merujuk pada goresan alis nan cantik di wajah Ino.
Senyum Ino
merekah. Akhirnya, Naruto nyadar juga. Ia hampir bertanya, ‘Aku cantik, kan?’
tapi, Naruto sudah mendahuluinya. “Jadi kayak tuyul,” ujarnya.
Doengggg!
Seperti habis ditimpa panci yang jatuh beruntun. Itu yang dirasakan Ino. Ia
merasa terhina sangat terhina. Masak, wajah cantik begini dibilang kayak tuyul.
Tanpa sadar, tangan kanan Ino terangkat ke atas dan lalu menampar wajah Naruto
hingga memberi cap tangan di pipi Naruto.
“Auww!” pekik
Naruto merasakan sakit yang berdenyut-denyut di pipinya. Tapi, Ino tak perduli.
Ia terlalu sakit hati.
Sebulan
kemudian, Ino lagi-lagi bertemu dengan Naruto. Kali ini, ia berharap Naruto
memujinya cantik. Alisnya tidak lagi gundul macam tuyul. Tidak terima kasih.
Alis dicukur abis dan lalu diganti dengan lukisan pensil dan disempurnakan
dengan sulam alis sudah tidak tren. Sekarang, trennya alis tebal Sinchan mengikuti
model artis Korea.
Namun,
harapannya kembali pupus. Naruto justru bilang, “Lho, alismu kok sekarang
tebal? Jadi, kayak ulat bulu,”
Plakkkk! Kembali
sebuah tamparan melayang di wajah rupawan Naruto. Pipi Naruto kembali dihiasi
cap tangan berwarna merah. Setelah menampar, dengan teganya ia meninggalkan
korbannya meraung kesakitan begitu saja.
“Kenapa aku
ditampar lagi, sih? Emang salahku apa? Aku kan hanya memujinya,” curcolnya
sambil memegangi pipinya yang sakit.
Tak ada satupun
yang menjawab Naruto, meski tempat itu dipenuhi teman-teman Naruto. Mereka
hanya geleng-geleng kepala. Kalau memujinya saja sudah nyelekit seperti itu,
gimana kalau ia berniat menghina orang, ya?
Dua bulannya
lagi, Ino berjalan lesu. Karena bokek, uangnya habis untuk membeli aksesoris
yang sudah diincarnya lama, Ino tak bisa ke salon langganannya. Akibatnya, Ino
tak bisa berdandan sesuai dengan tren saat ini. Alisnya kembali ke bentuk
semula, seperti alis Ino sebelum dijamah oleh tangan-tangan para ahli
kecantikan.
Pas lagi
BT-BT-nya ia melihat Naruto tengah jalan bareng Sasuke dan Kiba. Ino
mengerucutkan bibirnya sebal. Ia masih sakit hati karena pernah dikatai Naruto.
Ia melengos, pura-pura tak melihat Naruto. Mungkin, ia memang sedang sial hari
ini. Jika dulu Ino yang berusaha menarik perhatian Naruto, kini sebaliknya,
Naruto yang menarik perhatian Ino.
“INO!” pekiknya
terdengar menyebalkan di telinga Ino. “Alismu terlihat beda, ya?”
Ino mendengus.
‘Apalagi yang mau dilakukan orang ini?’ batinnya kesal. Dulu, ia dikatai
seperti tuyul, lalu alis sinchan. Sekarang apa coba? Alis tarzan?
“Alismu cantik,
No,” puji Naruto yang membuat kepala Ino yang tadi menunduk kini mendongak, menatap
Naruto tak percaya.
“Kau bilang apa,
tadi? Cantik?” tanya Ino memastikan.
“Iya. Alismu
cantik seperti bulan sabit di langit yang kelam. Aku suka,”
Senyum Ino
hampir merekah, sebelum merengut lagi. “Kau sedang mengejekku?”
“Mengejekmu?”
“Iya, soalnya alisku
ini kuno, tidak up to date. Sekarang bentuk alis yang lagi ngetren itu alis
internet. Sedangkan ini?” Ino menunjuk alisnya tidak dengan bangga. “Tumbuh
liar tidak beraturan. Seperti tarzan,” ejek Ino pada alisnya sendiri.
“Siapa bilang?
Menurutku itu cantik, sesuai dengan wajah cantikmu yang agak kotak.” Puji
Naruto tulus. “Lagipula, tak semua yang mengikuti tren itu bagus. Dunia ini
indah bukan karena keseragaman, melainkan karena keberagaman. Begitu pula
bentuk alis. Alis ciptaan Tuhan itu pastilah yang terbaik dan juga paling indah.
Ia pasti sesuai dengan bentuk wajah, proporsinya, dan karaktermu. Tidak mungkin
tidak,” tambahnya sebelum pergi.
Wajah Ino yang
tadi masam, kini tersenyum. Itulah yang disukai Ino dari Naruto. Naruto
bukanlah pria yang romantic dan ramah. Ia tak pernah mengobral kata-kata manis
pada semua orang. Namun, ada kalanya, ia melakukan sesuatu yang oh so sweat,
yang akan membuat dirimu melayang-layang.
Dan cerita ini
pun Ai akhiri dengan kata
THE END
suka deh baca baca disini
BalasHapussindonews internasional