Pelet
Cinta
Summary
: Naruto naksir duda? Eoh, usap peluh dingin di kening. Yang benar saja? Mana ia lebih tua dari bokapnya pula. OMG, Demi
apa? Terus kenapa Sasuke yang blingsatan? Katanya Naruto just friend. Kok mukanya acem tiap liat Naruto tebar
pesona pada duren (Duda keren) itu? Fem_Naru.
DISCLAIMER
: Naruto Belongs to Masashi Kishimoto
Genre : FriendshipRating : T
WARNING : Fem_Naru, sedikit bashing beberapa chara, OOC,
AU, dan gaje.
Pair : SasufemNaru
just friend
Don't
Like Don't Read
Ono duda manggon ngarep
omahku
Yen ruh aku, dhewekke ngguya
ngguyu
Yen dek’e ngerti, aku namatke
Mlakune soyo mundhak digawe-gawe
Kira-kira umur seket pitu
Wis meh podho karo yuswane
bapak
Aku ra ngerti opo karepe
Saben dina aku diwenehi
roti.
Soyo suwe atiku soyo mundhak
bingung
Kudu-kudu kepingin ning
omahe
Sasuke keluar
rumah dengan menenteng helm di tangan kanannya. Ia baru mau menstater motornya,
ketika irisnya menangkap bayangan Naruto. Oniksnya menyipit curiga. Tingkah
Naruto agak aneh soalnya. “Lagi ngapain tuh anak? Kenapa dia jalan
ngendap-ngendap kayak maling jemuran, gitu?” tanyanya heran. “Jangan-jangan ia
mau kabur dari omelan nyokapnya!” jawabnya sendiri.
Sasuke turun
dari motornya. Ia ikut-ikutan Naruto, berjalan mengendap-endap di belakang
Naruto. Sasuke menjaga jarak aman dari Naruto, tidak terlalu dekat, tapi juga
tidak terlalu jauh agar tidak kehilangan jejak. Ia langsung bersembunyi, jika
Naruto kebetulan menoleh ke belakang.
Seperti saat
ini, Sasuke tengah sembunyi di belakang tong sampah. Sasuke merapatkan tubuhnya
pada tong, menyembunyikan tubuhnya dari Naruto. ia menahan nafas saat mencium
bau-bau mencurigakan dari tong sampah yang tengah dipeluknya itu. Dalam hati ia
membatin, ‘Sebenarnya gue lagi ngapain, sih?’ Matanya melihat dirinya dengan
tatapan aneh. ‘Oh, ya aku lupa. Mau nguntit Naruto,’ jawabnya sendiri.
Sasuke kembali
mengawasi Naruto. Matanya tak lepas dari Naruto. Ia mengabaikan tatapan geli,
jijik, atau kikikan dari orang-orang yang melihat tingkah absurdnya itu. Peduli
amat dengan mereka. Toh, nggak kenal ini. Akan beda ceritanya, jika yang
memergokinya anikinya atau si menyebalkan Neji. Nah, kalau mereka, baru Sasuke
perduli.
“Sip aman! Dia
belum datang.” Kata Naruto lumayan keras karena ia setengah berteriak.
Naruto
celingukan, melihat ke kanan dan ke kiri, mencari posisi enak. Ia memilih
bersandar di belakang pohon Sakura yang masih muda. Batangnya tidak terlalu
besar, tapi cukup untuk menyembunyikan tubuh mungilnya dari pandangan para
pengguna jalan. Naruto lalu mengangkat HP-nya dan mengarahkannya ke jalan.
‘Dia itu mau
ngapain, sih? Jangan-jangan dia ada kencan rahasia dengan seseorang?’ pikir
Sasuke dari tempatnya bersembunyi. Ia menundukkan tubuhnya, membuat hidungnya
semakin jelas menangkap bau nasih basi bercampur sisa kecap dan minuman
bersoda, membuat perutnya mual. Sasuke langsung memencet hidungnya, bertahan
dengan segala bau tak sedap itu, karena ingin tahu apa yang akan dilakukan
Naruto selanjutnya.
Sasuke membekap
mulutnya, mencegah suara pekikan panik dari bibirnya. Matanya melotot sempurna.
‘Naruto benar-benar gila,’ pikirnya dengan wajah pucat pasi karena syok. ‘Oh,
astaga. Apa aku baru saja bangun di dunia yang aneh,’ pikirnya. Sahabatnya
bukan hanya tergila-gila pada duda depan rumah Naruto, tapi juga jadi seorang
penguntit.
Di depan sana,
Sasuke melihat Naruto sedang mengarahkan HP-nya ke jalan, menjepret sana-sini untuk mengambil gambar si Duda itu yang tengah
jalan-jalan sore bersama anjingnya dalam berbagai angel. Sasuke tak percaya
ini. Sahabatnya yang tomboy, pecicilan, dan agak kurang perdulian jadi stalker
si Om aneh itu? Wah, kayaknya dugaannya bener. Naruto kena pellet.
………………….*****…………………..
“Selamat malam,
Bi. Narutonya ada?” sapa Sasuke usai dipersilakan masuk.
“Oooh, Naruto.
Maaf, Nak. Narutonya lagi nggak ada.”
“Nggak ada?
Kemana ya, Bi? Tumben ia pergi. Biasanya kan ia selalu nungguin aku di rumah
atau main ke rumahku, tiap ada PR. Beberapa hari ini, kok enggak?”
“Oh, sekarang
Naruto belajar sama Kimimaro. Itu lho kakak kelasnya. Kata Naruto, ia itu
pinter banget dan sabar ngajarinnya. Jadi, ia lebih ngerti.”
“Kimimaro yang
anaknya si duda depan rumah itu?” tanya Sasuke memastikan.
“Iya,” jawab
Kushina, ibu Naruto tegas.
Sasuke mengumpat
dalam hati. ‘Ini bukti kedua,’ batinnya. Naruto memang kena pellet karena itu
ia selalu ingin main ke rumahnya.
………………………*****…………………
“Yuk,
berangkat!” ajak Sasuke.
“Ntar, ah.”
Tolak Naruto kasar.
“Nunggu
apalagi?” tanya Sasuke tak sabaran.
“Nunggu om
keluar. Hariku tidak akan indah kalau belum melihat wajah gantengnya,”
Sasuke menahan
diri untuk tidak membuat gerakan muntah karena jijik. 5 menit, ia bersedia
menunggu. 5 menit berikutnya, ia sudah uring-uringan. Ia terus-menerus jam dari
Sakura yang melingkar di tangannya. “Udah siang nih. Nanti aku telat…”
“Ya udah sana
berangkat duluan!” ujar Naruto secara tidak langsung mengusir Sasuke. Matanya masih
setia menatap pintu rumah di depan rumah Naruto.
“Terus kau
gimana?”
“Aku sih
gampang. Aku bisa nebeng mobil si Om. Ah!” pekiknya senang seolah baru
mendapatkan undian berhadiah liburan ke Hawai selama seminggu. “Kenapa tidak
terpikir olehku ya? Itu kan bisa jadi modus buat PDKT ama si om,” lanjutnya
dengan suara riang bahagia. “Kau pergi duluan aja deh, Sas.”
“ELO NGUSIR
GUE?” teriak Sasuke tersinggung.
“Is kau itu.
Cowok kok baperan,” cela Naruto. Sasuke balas melotot. “Kau kan pernah
kasmaran. Tahu sendiri kan gimana rasanya kalau lagi mabuk kepayang?” bela
Naruto.
Sasuke masih
melotot galak. “Please tolongin aku, ya? Beri aku waktu agar aku bisa
menghabiskan waktu lebih banyak bersama si om,”
“Ogah,” jawab
Sasuke ketus. Sasuke mencebik tidak suka. Ia memasang muka acem. Biasanya jika
ia sudah memasang ekspresi seperti itu, Naruto akan menuruti permintaannya.
Tapi kini, jangankan menurut pada Sasuke, meliriknya saja tidak. Mata Naruto
tak pernah lepas sedikit pun ke depan.
Sasuke
menghentakkan kakinya ke tanah dengan kesal. Selama ini, Sasuke adalah pusat
perhatian Naruto. Naruto tak pernah memalingkan wajahnya pada orang lain, jika
Sasuke ada di dekatnya. Dan, kini ia harus berbagi perhatian dengan orang lain?
Entah kenapa ia merasa tidak suka coret sangat tidak suka. Cemburu mungkin.
Amarah
menggerogoti hati Sasuke saat ia melihat perubahan ekspresi di wajah cantik
sahabat pirangnya itu. Biasanya senyum lima jari Naruto khusus ditujukan untuknya,
namun sekarang diberikan Naruto secara cuma-cuma pada si duda. Matanya menyorot
sebal melihat tingkah centil sahabatnya yang sok manja pada si om. ‘Tidak salah
lagi. Si Om pasti melet Naruto biar Naruto tergila-gila padanya,’ batin Sasuke
sebal.
“Sudah siang.
Nanti kita telat!” putus Sasuke menyela acara berbincang-bincang antara Naruto
dengan si om. Dengan kasar, ia menyeret Naruto menjauhi si om. Cengkraman
tangan Sasuke menguat di pergelangan tangan Naruto, mengabaikan rontaan dan
makian lirih dari Naruto. Bodo amat. Biasanya juga ia yang diseret-seret.
Sekarang gantian dong.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar