Summary : Mata Naruto terbelalak lebar. Ia tak mengerti. Seingatnya tadi ia
hanya memejamkan mata sejenak. Kenapa begitu ia membuka mata, ia malah berada
di tengah lautan? Tubuhnya dipermainkan oleh ombak ganas di lautan lepas seorang
diri. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?
DISCLAIMER : Naruto Belongs to Masashi Kishimoto
Genre : Supernatural dan Horor
WARNING
Banyak OC dan bertebaran typo di sana-sini, OOC, banyak bahasa jawa,
kata-kata tak baku, FEM NARU
Pair : No Pair
.
Cast Charakter
Uzumaki Naruto
Orochimaru
Jiraya
Karin
Kabuto
Banyak OC
Don't Like Don't Read
"Tidak, tidak.." Aku menjerit dengan putus asa berusaha
menggerakkan anggota tubuhku yang kaku. Aku tak mau mati di dasar laut sana.
Aku masih ingin hidup Tuhan. Aku memaksakan kaki dan tanganku bergerak.
Sayangnya, tubuhku mengkhianatiku. Ia tak mau bergerak sesuai perintahku.
Tubuhku tetap terbujur kaku seperti mayat.
Aku semakin panik. Ombak besar itu terus menyeretku, menggulung-gulungku dan
menenggelamkanku. Aku mencoba menghirup udara, namun yang ku hirup air.
"Hap..hap..hap.." Aku megap-megap panik, tak bisa bernapas. Air asin
masuk sebagian ke dalam mulut dan hidungku. Rasanya mataku perih dan hidungku
panas.
Di tengah kepanikan yang melandaku, tiba-tiba ombak surut sama sekali,
seolah-olah ombak itu tak pernah ada. Air laut bergerak tenang kembali,
mengayun-ayun dan membuaiku. Aku kembali menemukan diriku di tengah-tengah
lautan. Terlentang ku menatap langit, menangis. Hanya menangis, menangis, dan
menangis yang bisa ku lakukan. "Hiks hiks hiks… Salahku apa ya Allah?
Kenapa aku mengalami hal ini?" kataku terisak kecil.
Siapa yang tak takut, coba? Bahkan jenderal Prabowo pun pasti nyalinya
hilang jika mengalami apa yang ku alami ini. Terombang-ambing di lautan lepas
seorang diri. Tanpa teman apalagi rakit. Ketakutan tenggelam di dasar laut
begitu menguasai dirinya. Itu membuat Naruto terus mencoba dan terus mencoba
menggerakkan tubuhnya. Ia melawan sihir, entah apa itu yang membuatnya lemah
tak berdaya seperti ini.
"Ya Allah kenapa? Apa yang terjadi? Padahal sebentar lagi aku akan tiba
di pantai. Tapi aku kembali terombang-ambing di tengah lautan." Kataku
bermonolog sendiri, mencari tahu ada apa ini sebenarnya. Pikirannya seolah
mati. Aku terus menangis sambil memandang langit yang masih gelap gulita.
Entah berapa lama aku disini, menangis dan terus berdoa pada Allah untuk
memberikan pertolongan-Nya. Tiba-tiba air di dekatku kembali bergolak. Aku
memperhatikan pergolakan air itu, ketakutan. 'Apa lagi yang akan terjadi?'
pikirku lelah.
Lalu dari dalam air muncullah seekor ular yang sangat besar, badannya kurang
lebih sebesar batang pohon kelapa. Baunya sangat anyir, menusuk hidung.
"Huek huek huek…" Aku ingin muntah, tak tahan dengan bau anyir yang
menguar. Ini bahkan lebih parah dari Manda, ular peliharaan Orochimaru. Terkadang
Naruto disuruh membersihkan kandang Manda. Jadi, ia tahu bau seekor ular.
Aku menghentikan pikiranku yang teracuni bau busuk nan tajam. Pikiranku
kembali focus pada ular besar yang sedang mendesis. 'Ssssst….sss…ssss…' desis
ular itu, sambil mengibaskan ekornya yang panjang. Aku melihatnya ketakutan.
'Apa ini? Apakah dia akan menyantapku.' Pikirku.
Ular itu tadinya hanya diam memandangiku yang ketakutan. Matanya berwarna
merah tajam. Ada mahkota yang terbuat dari emas intan berlian bertengger di
kepalanya. Tiba-tiba ular itu membuka mulutnya, dan aku pun sontak menjerit
ketakutan. "Aaaaa…." Teriakku.
Dan tiba-tiba aku mendengar air kembali bergolak. Di sela-sela air yang
bergolak itu, sayup sayup terdengar ringkikan kuda. 'Aneh. Kenapa di tengah
lautan begini, ia mendengar suara kereta kuda yang dipacu. Jangan-jangan
itu…" pikirku semakin ketakutan. Ia kesulitan meneguk air ludahnya
sendiri.
Sebagai orang Jawa tentu ia tahu apa artinya ini. Ia bahkan sering mendengar
ceritanya. Konon laut Selatan ada sebuah kerajaan gaib yang dipimpin Kanjeng
Ratu Kidul yang luar biasa cantik. Ia biasa memakai warna ala kerajaan jaman
dulu berwarna hijau. Ia biasa muncul dengan kereta kencana yang ditarik
beberapa ekor kuda.
Tepat di tengah lauh muncul seorang wanita berpakaian sangat indah berwarna
hijau. Bajunya mirip dengan baju-baju yang dipakai putri jaman dulu, namun
lebih indah dan mewah. Di lengan atasnya terpasang sejenis gelang berwarna emas
dan berhiaskan ular. Rambutnya disanggul dan dipenuhi dengan bunga melati yang
menjuntai ke bagian depan. Di atas kepalanya terduduk mahkota emas yang sangat
indah. Baunya sangat harum. Sampai-sampai bau anyir ular tadi telah hilang,
tersapu oleh bau harum wanita tersebut. Ia berdiri di kereta kencana warna emas
dengan seorang kusir di depan.
Namun anehnya aku tidak bisa melihat wajahnya, padahal ia menghadap ke arahku,
tapi wajahnya seperti tak terlihat, namun bukan seperti hantu tak bermuka. Aku
hanya tidak sadar bagaimana wajahnya.
Seakan-akan karena melihat kedatangan wanita tersebut, ular itu tertunduk.
Lalu ular tersebut tenggelam kembali ke dalam laut. Setelah ular itu menghilang,
wanita itu pun menghilang, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Siapa itu? Aku bertanya-tanya. Entahlah siapa dia, yang jelas aku sangat
bersyukur wanita tersebut muncul, sehingga ular itu tak menyakitiku. Mungkin
lewat perantara wanita tadi Allah telah menolongku sehingga aku tak dimakan
ular itu…
Lama aku terombang-ambing bersama air laut. Selama itu pula aku terus
menangis dan berdoa pada Allah berharap pertolongan-Nya segera datang, sehingga
aku bisa pulang ke rumahku kembali.
Dengan ketakutan, gemetar, was-was, sedih, semua tercampur aduk saat aku
terombang-ambing di tengah lautan. Terlebih aku takut keluar lagi
makhluk-makhluk lain yang tak kuperkirakan. Aku terus berdoa semoga aku terus
dalam lindungan-Nya.
Entah berapa lama kemudian, tiba-tiba air yang ada di dekatku semakin
meninggi, sontak aku terkejut ketakutan. Bagaimana jika makhluk lain muncul?
Makhluk yang jauh lebih ganas lagi.
Gemetaran ku perhatikan air yang membungbung tinggi tersebut, dan ternyata
dari air tersebut muncul kembali sesosok pria tampan yang telah mendatangiku
tadi, masih dengan senyumannya yang tak bisa ku balas.
"Ikutlah denganku," ujarnya. "Kau akan hidup bahagia
bersamaku." Ia mengulurkan tangannya.
Ya Allah sebenarnya siapa laki-laki ini? Apakah ini bentuk pertolonganMu?
Tapi aku tidak yakin, sangat tidak yakin. Aku pun berdoa kepada Allah untuk
melindungi diriku dari segala kejahatan jin atau makhluk lainnya. Lantas kubaca
ayat kursi dengan suara gemetar dan jantung yang bertalu-talu.
"Jangan baca itu," Ia menggeram. "Jika kau terus membacanya,
kau akan mati disini. Apa itu yang kau inginkan?" Tapi aku tak
menggubrisnya. Aku terus membaca ayat kursi, berdoa pada Allah agar segera
memberikan pertolongan-Nya.
Tiba-tiba terdengar kembali suara gemuruh dan ku lihat ombak yang tidak
cukup besar datang ke arah kami.
"Ikutlah." Ia hampir menuntut. "Kalau tidak, kau akan
diterjang ombak itu dan mati di sini."
Namun aku pasrah, lebih baik aku mati daripada ikut bersamanya. Aku tak mau
jadi tumbal. Itu cara mati yang paling buruk, menurutku. Lalu dia membuat
gerakan seolah-olah akan mengangkatku, tapi ombak itu menerjangnya, dan ia pun
menghilang.
Aku memejamkan mata saat ombak itu kini berbalik menerjangku, namun aku
tidak merasa apa-apa, tidak merasa sesak atau tenggelam. Hanya merasa seperti
seseorang sedang mendorongku. Aku membuka mata, dan melihat seakan-akan ombak
itu sedang mendorongku. Aku terombang-ambing dibawa ombak itu, hingga aku
melihat pantai di kejauhan.
Ya Allah apakah ini bentuk pertolongan-Mu? Tapi aku takut diterjang kembali
ombak besar dan terseret ke tengah lautan seperti tadi.
Alhamdulillah sekarang aku bisa sampai di pantai. Perlahan-lahan ombak
tersebut meyeretku hingga aku merasakan pasir pantai. Aku pun bisa menggerakkan
badanku kembali. Lantas aku berdiri, lalu melihat ombak tersebut menyatu
kembali bersama air laut.
"Nak, waktunya pulang. Bersyukurlah pada Allah." Terdengar sebuah
suara lalu tiba-tiba aku seperti ditarik oleh kekuatan yang tak terlihat, dan
aku tak ingat apa-apa lagi.
Ooo
Aku membuka mataku. Hal pertama yang kulihat adalah wajah Merry,
satu-satunya keluargaku yang terisisa, yang berlinang air mata sambil mengucap
syukur kepada Allah. Ia lantas memelukku. Aku melihat sekeliling. Semua
tetangga berkumpul di ruangan terlihat cemas. Apa yang terjadi? Lalu kulihat
sisi kananku dan menemukan seorang pria setengah baya dengan wajah ramah,
memakai baju koko dan kopiah, tangannya memegang tasbih. Beliau tersenyum
padaku.
"Bagaimana perasaanmu Nak?" beliau bertanya. Tapi aku tidak
menjawab, masih bingung, ketakutan, dan gemetaran. Aku seperti pernah mendengar
suara bapak ini, tapi dimana? Saat itu aku sadar suara ini adalah suara yang ku
dengar di pantai itu.
"Minumlah ini." Bapak itu berkata kembali sambil menyorongkan
segelas air putih padaku. Aku menerimanya dengan tangan gemetaran lalu dengan
mengucap bismillah aku meminumnya.
"Apa yang terjadi?" aku bertanya. Apakah tadi yang ku alami hanya
mimpi? Tapi kalau mimpi lantas mengapa tampak sangat nyata, dan kenapa para
tetangga ada disini? wajah mereka diwarnai semburat khawatir.
"Istirahatlah dulu, jangan lupa teruslah berdzikir pada Allah,"
ujar bapak itu lagi, yang sekarang ku tahu namanya Pak Jiraiya. Tapi aku tak
ingin memejamkan mata lagi. Takut kembali ke laut itu. Akhirnya aku berbaring
sambil berdzikir.
Hari itu mereka tidak memberitahuku apa yang terjadi. Barulah esoknya aku
diberitahu bahwa sebenarnya aku akan ditumbalkan pada Nyi Roro Kidul oleh
Orochimaru (berdasarkan keterangan Jiraiya). Aku syok mendengarnya. Jadi rumor
itu benar. Orochimaru melakukan pesugihan untuk mendapatkan kekayaan?
"Astaghfirullah al adzim." Kataku banyak-banyak beristighfar sejak
kejadian itu.
Jiraya cerita semuanya. Dulunya, Orochimaru pemuda keturunan Jepang yang
miskin. Ia lalu pergi ke Parang Kusumo. Ia ingin kaya dengan jalan pintas. Ia
lantas meminta bantuan kepada Nyi Roro Kidul. Namun sebagai imbalannya, harus
ada tumbal yang dikorbankan tiap tahun. Dan terpilihlah aku, yang dikuatkan
karena panglima besar pantai selatan konon katanya menyukaiku, sehingga ia
meminta agar bisa dinikahkan denganku. Ya, aku akan dinikahkan dengan panglima
itu. Entahlah apakah itu benar atau tidak, yang jelas aku bersyukur bahwa Allah
masih melindungi dan menolongku.
Tapi aku bertanya-tanya mungkinkah panglima itu laki-laki yang terus
mengajakku untuk ikut bersamanya? Dan siapa wanita berpakaian hijau, yang
sampai sekarang ku tak tahu wajahnya, seperti aku tidak diperbolehkan untuk
melihat wajahnya? Sampai saat ini hal itu masih menjadi sebuah misteri.'
Keesokannya diantar Merry, aku mengajukan surat pengunduran diri. Kali ini
aku tak menghadap Kabuto, tapi Orochimaru langsung. Ia tak berkata apa-apa. Ia
hanya menatapku dengan matanya yang terasa ganjil. Bola matanya yang nyaris
seperti kucing, menatapku tajam, membuatku salah tingkah. Tapi akhirnya ia
menyetujui pengunduran diriku. Tentu saja tanpa pesangon. Kan hanya sebulan
kerja.
Saat kuceritakan kisahku pada keluarga dan Pak Kyai, beliau berkata mungkin
wanita itu adalah Ratu Pantai Selatan. Saat itu aku bertanya-tanya kenapa Nyi
Roro Kidul menolongku, padahal kata Pak Kyai sendiri aku akan ditumbalkan
padanya. Waktu itu aku bener-bener gak tahu kalau ternyata mereka dua orang
yang berbeda, dan aku juga gak nanya sama Pak Kyai, maklum masih shock… hehe.
Pas Mbak Asih ngasih tahu aku pun baru nyambung perkataan Pak Kyai tersebut..
Wallahu'alam.
Sejak kejadian itu, Naruto tak berani menginjakkan kakinya di sekitar
penginapan Manda. Ia takut kejadian yang sama terulang lagi. Denger-denger
setelah kepergiannya, ada karyawan perusahaan itu yang tewas. Mungkin ia
pengganti dirinya yang berhasil lolos. Mungkin siapa yang tahu.
Kini Naruto sudah berhasil masuk SMU 2 Bantul. Ia mendapat beasiswa penuh
dari sekolah. Jadi ia tak perlu risau dengan SPP. Untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari, Naruto kembali bekerja di kedai sate Pak Diman. Hanya hari Minggu
saja ia sambilan jualan makanan ringan di Parangtritis. Tentu saja ia berusaha
menjuahkan diri bibir pantai jauh-jauh. Ia masih trauma dengam kejadian
tersebut.
Terkadang saat ia pulang agak sore, sayup-sayup ia mendengar ringkikan kuda
dari lautan nan dalam. Mungkin itu pertanda sang ratu berniat berjalan-jalan di
sekitar istananya. Ia bergidik ngeri, berusaha melupakan kejadian buruk itu.
END
Please read and review
Tidak ada komentar:
Posting Komentar