Senin, 10 Oktober 2016

Tumbal Nyi Roro Kidul




Summary : Mata Naruto terbelalak lebar. Ia tak mengerti. Seingatnya tadi ia hanya memejamkan mata sejenak. Kenapa begitu ia membuka mata, ia malah berada di tengah lautan? Tubuhnya dipermainkan oleh ombak ganas di lautan lepas seorang diri. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? 

DISCLAIMER : Naruto Belongs to Masashi Kishimoto

Genre : Supernatural dan Horor

WARNING

Banyak OC dan bertebaran typo di sana-sini, OOC, banyak bahasa jawa, kata-kata tak baku, FEM NARU

Pair : No Pair
.
Cast Charakter

Uzumaki Naruto

Orochimaru

Jiraya

Karin

Kabuto

Banyak OC


Don't Like Don't Read


Chapter 2


"Tidak, tidak.." Aku menjerit dengan putus asa berusaha menggerakkan anggota tubuhku yang kaku. Aku tak mau mati di dasar laut sana. Aku masih ingin hidup Tuhan. Aku memaksakan kaki dan tanganku bergerak. Sayangnya, tubuhku mengkhianatiku. Ia tak mau bergerak sesuai perintahku. Tubuhku tetap terbujur kaku seperti mayat.



Aku semakin panik. Ombak besar itu terus menyeretku, menggulung-gulungku dan menenggelamkanku. Aku mencoba menghirup udara, namun yang ku hirup air. "Hap..hap..hap.." Aku megap-megap panik, tak bisa bernapas. Air asin masuk sebagian ke dalam mulut dan hidungku. Rasanya mataku perih dan hidungku panas.

Di tengah kepanikan yang melandaku, tiba-tiba ombak surut sama sekali, seolah-olah ombak itu tak pernah ada. Air laut bergerak tenang kembali, mengayun-ayun dan membuaiku. Aku kembali menemukan diriku di tengah-tengah lautan. Terlentang ku menatap langit, menangis. Hanya menangis, menangis, dan menangis yang bisa ku lakukan. "Hiks hiks hiks… Salahku apa ya Allah? Kenapa aku mengalami hal ini?" kataku terisak kecil.

Siapa yang tak takut, coba? Bahkan jenderal Prabowo pun pasti nyalinya hilang jika mengalami apa yang ku alami ini. Terombang-ambing di lautan lepas seorang diri. Tanpa teman apalagi rakit. Ketakutan tenggelam di dasar laut begitu menguasai dirinya. Itu membuat Naruto terus mencoba dan terus mencoba menggerakkan tubuhnya. Ia melawan sihir, entah apa itu yang membuatnya lemah tak berdaya seperti ini.

"Ya Allah kenapa? Apa yang terjadi? Padahal sebentar lagi aku akan tiba di pantai. Tapi aku kembali terombang-ambing di tengah lautan." Kataku bermonolog sendiri, mencari tahu ada apa ini sebenarnya. Pikirannya seolah mati. Aku terus menangis sambil memandang langit yang masih gelap gulita.

Entah berapa lama aku disini, menangis dan terus berdoa pada Allah untuk memberikan pertolongan-Nya. Tiba-tiba air di dekatku kembali bergolak. Aku memperhatikan pergolakan air itu, ketakutan. 'Apa lagi yang akan terjadi?' pikirku lelah.

Lalu dari dalam air muncullah seekor ular yang sangat besar, badannya kurang lebih sebesar batang pohon kelapa. Baunya sangat anyir, menusuk hidung. "Huek huek huek…" Aku ingin muntah, tak tahan dengan bau anyir yang menguar. Ini bahkan lebih parah dari Manda, ular peliharaan Orochimaru. Terkadang Naruto disuruh membersihkan kandang Manda. Jadi, ia tahu bau seekor ular.



Aku menghentikan pikiranku yang teracuni bau busuk nan tajam. Pikiranku kembali focus pada ular besar yang sedang mendesis. 'Ssssst….sss…ssss…' desis ular itu, sambil mengibaskan ekornya yang panjang. Aku melihatnya ketakutan. 'Apa ini? Apakah dia akan menyantapku.' Pikirku.

Ular itu tadinya hanya diam memandangiku yang ketakutan. Matanya berwarna merah tajam. Ada mahkota yang terbuat dari emas intan berlian bertengger di kepalanya. Tiba-tiba ular itu membuka mulutnya, dan aku pun sontak menjerit ketakutan. "Aaaaa…." Teriakku.

Dan tiba-tiba aku mendengar air kembali bergolak. Di sela-sela air yang bergolak itu, sayup sayup terdengar ringkikan kuda. 'Aneh. Kenapa di tengah lautan begini, ia mendengar suara kereta kuda yang dipacu. Jangan-jangan itu…" pikirku semakin ketakutan. Ia kesulitan meneguk air ludahnya sendiri.

Sebagai orang Jawa tentu ia tahu apa artinya ini. Ia bahkan sering mendengar ceritanya. Konon laut Selatan ada sebuah kerajaan gaib yang dipimpin Kanjeng Ratu Kidul yang luar biasa cantik. Ia biasa memakai warna ala kerajaan jaman dulu berwarna hijau. Ia biasa muncul dengan kereta kencana yang ditarik beberapa ekor kuda.

'Kali ini saja Tuhan. Kali ini saja, mudah-mudahan tebakannya salah.' Pikirnya tak berdaya. Ia mengerti sekarang ini ia berada di mana. Ia berada di tengah laut selatan yang konon ganas. Ia mungkin sebentar lagi akan jadi tumbal Nyi Roro Kidul. 'Tidak aku tak mau itu terjadi padaku. Aku masih ingin hidup, Tuhan.' Pikirnya kalut. Ia semakin berusaha menggerakkan kedua tangan dan kakinya yang mati rasa. Kepanikannya semakin bertambah ketika mendengar suara ringkikan kuda itu semakin dekat.


Tepat di tengah lauh muncul seorang wanita berpakaian sangat indah berwarna hijau. Bajunya mirip dengan baju-baju yang dipakai putri jaman dulu, namun lebih indah dan mewah. Di lengan atasnya terpasang sejenis gelang berwarna emas dan berhiaskan ular. Rambutnya disanggul dan dipenuhi dengan bunga melati yang menjuntai ke bagian depan. Di atas kepalanya terduduk mahkota emas yang sangat indah. Baunya sangat harum. Sampai-sampai bau anyir ular tadi telah hilang, tersapu oleh bau harum wanita tersebut. Ia berdiri di kereta kencana warna emas dengan seorang kusir di depan. 

Namun anehnya aku tidak bisa melihat wajahnya, padahal ia menghadap ke arahku, tapi wajahnya seperti tak terlihat, namun bukan seperti hantu tak bermuka. Aku hanya tidak sadar bagaimana wajahnya.

Seakan-akan karena melihat kedatangan wanita tersebut, ular itu tertunduk. Lalu ular tersebut tenggelam kembali ke dalam laut. Setelah ular itu menghilang, wanita itu pun menghilang, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Siapa itu? Aku bertanya-tanya. Entahlah siapa dia, yang jelas aku sangat bersyukur wanita tersebut muncul, sehingga ular itu tak menyakitiku. Mungkin lewat perantara wanita tadi Allah telah menolongku sehingga aku tak dimakan ular itu…

Lama aku terombang-ambing bersama air laut. Selama itu pula aku terus menangis dan berdoa pada Allah berharap pertolongan-Nya segera datang, sehingga aku bisa pulang ke rumahku kembali.

Dengan ketakutan, gemetar, was-was, sedih, semua tercampur aduk saat aku terombang-ambing di tengah lautan. Terlebih aku takut keluar lagi makhluk-makhluk lain yang tak kuperkirakan. Aku terus berdoa semoga aku terus dalam lindungan-Nya.

Entah berapa lama kemudian, tiba-tiba air yang ada di dekatku semakin meninggi, sontak aku terkejut ketakutan. Bagaimana jika makhluk lain muncul? Makhluk yang jauh lebih ganas lagi.

Gemetaran ku perhatikan air yang membungbung tinggi tersebut, dan ternyata dari air tersebut muncul kembali sesosok pria tampan yang telah mendatangiku tadi, masih dengan senyumannya yang tak bisa ku balas.
 
"Ikutlah denganku," ujarnya. "Kau akan hidup bahagia bersamaku." Ia mengulurkan tangannya.

Ya Allah sebenarnya siapa laki-laki ini? Apakah ini bentuk pertolonganMu? Tapi aku tidak yakin, sangat tidak yakin. Aku pun berdoa kepada Allah untuk melindungi diriku dari segala kejahatan jin atau makhluk lainnya. Lantas kubaca ayat kursi dengan suara gemetar dan jantung yang bertalu-talu.

"Jangan baca itu," Ia menggeram. "Jika kau terus membacanya, kau akan mati disini. Apa itu yang kau inginkan?" Tapi aku tak menggubrisnya. Aku terus membaca ayat kursi, berdoa pada Allah agar segera memberikan pertolongan-Nya.

Tiba-tiba terdengar kembali suara gemuruh dan ku lihat ombak yang tidak cukup besar datang ke arah kami.
"Ikutlah." Ia hampir menuntut. "Kalau tidak, kau akan diterjang ombak itu dan mati di sini."

Namun aku pasrah, lebih baik aku mati daripada ikut bersamanya. Aku tak mau jadi tumbal. Itu cara mati yang paling buruk, menurutku. Lalu dia membuat gerakan seolah-olah akan mengangkatku, tapi ombak itu menerjangnya, dan ia pun menghilang.

Aku memejamkan mata saat ombak itu kini berbalik menerjangku, namun aku tidak merasa apa-apa, tidak merasa sesak atau tenggelam. Hanya merasa seperti seseorang sedang mendorongku. Aku membuka mata, dan melihat seakan-akan ombak itu sedang mendorongku. Aku terombang-ambing dibawa ombak itu, hingga aku melihat pantai di kejauhan.

Ya Allah apakah ini bentuk pertolongan-Mu? Tapi aku takut diterjang kembali ombak besar dan terseret ke tengah lautan seperti tadi.

Alhamdulillah sekarang aku bisa sampai di pantai. Perlahan-lahan ombak tersebut meyeretku hingga aku merasakan pasir pantai. Aku pun bisa menggerakkan badanku kembali. Lantas aku berdiri, lalu melihat ombak tersebut menyatu kembali bersama air laut.

"Nak, waktunya pulang. Bersyukurlah pada Allah." Terdengar sebuah suara lalu tiba-tiba aku seperti ditarik oleh kekuatan yang tak terlihat, dan aku tak ingat apa-apa lagi.

Ooo

Aku membuka mataku. Hal pertama yang kulihat adalah wajah Merry, satu-satunya keluargaku yang terisisa, yang berlinang air mata sambil mengucap syukur kepada Allah. Ia lantas memelukku. Aku melihat sekeliling. Semua tetangga berkumpul di ruangan terlihat cemas. Apa yang terjadi? Lalu kulihat sisi kananku dan menemukan seorang pria setengah baya dengan wajah ramah, memakai baju koko dan kopiah, tangannya memegang tasbih. Beliau tersenyum padaku.

"Bagaimana perasaanmu Nak?" beliau bertanya. Tapi aku tidak menjawab, masih bingung, ketakutan, dan gemetaran. Aku seperti pernah mendengar suara bapak ini, tapi dimana? Saat itu aku sadar suara ini adalah suara yang ku dengar di pantai itu.

"Minumlah ini." Bapak itu berkata kembali sambil menyorongkan segelas air putih padaku. Aku menerimanya dengan tangan gemetaran lalu dengan mengucap bismillah aku meminumnya.

"Apa yang terjadi?" aku bertanya. Apakah tadi yang ku alami hanya mimpi? Tapi kalau mimpi lantas mengapa tampak sangat nyata, dan kenapa para tetangga ada disini? wajah mereka diwarnai semburat khawatir.

"Istirahatlah dulu, jangan lupa teruslah berdzikir pada Allah," ujar bapak itu lagi, yang sekarang ku tahu namanya Pak Jiraiya. Tapi aku tak ingin memejamkan mata lagi. Takut kembali ke laut itu. Akhirnya aku berbaring sambil berdzikir.

Hari itu mereka tidak memberitahuku apa yang terjadi. Barulah esoknya aku diberitahu bahwa sebenarnya aku akan ditumbalkan pada Nyi Roro Kidul oleh Orochimaru (berdasarkan keterangan Jiraiya). Aku syok mendengarnya. Jadi rumor itu benar. Orochimaru melakukan pesugihan untuk mendapatkan kekayaan? "Astaghfirullah al adzim." Kataku banyak-banyak beristighfar sejak kejadian itu.

Jiraya cerita semuanya. Dulunya, Orochimaru pemuda keturunan Jepang yang miskin. Ia lalu pergi ke Parang Kusumo. Ia ingin kaya dengan jalan pintas. Ia lantas meminta bantuan kepada Nyi Roro Kidul. Namun sebagai imbalannya, harus ada tumbal yang dikorbankan tiap tahun. Dan terpilihlah aku, yang dikuatkan karena panglima besar pantai selatan konon katanya menyukaiku, sehingga ia meminta agar bisa dinikahkan denganku. Ya, aku akan dinikahkan dengan panglima itu. Entahlah apakah itu benar atau tidak, yang jelas aku bersyukur bahwa Allah masih melindungi dan menolongku.

Tapi aku bertanya-tanya mungkinkah panglima itu laki-laki yang terus mengajakku untuk ikut bersamanya? Dan siapa wanita berpakaian hijau, yang sampai sekarang ku tak tahu wajahnya, seperti aku tidak diperbolehkan untuk melihat wajahnya? Sampai saat ini hal itu masih menjadi sebuah misteri.'



Keesokannya diantar Merry, aku mengajukan surat pengunduran diri. Kali ini aku tak menghadap Kabuto, tapi Orochimaru langsung. Ia tak berkata apa-apa. Ia hanya menatapku dengan matanya yang terasa ganjil. Bola matanya yang nyaris seperti kucing, menatapku tajam, membuatku salah tingkah. Tapi akhirnya ia menyetujui pengunduran diriku. Tentu saja tanpa pesangon. Kan hanya sebulan kerja.

Saat kuceritakan kisahku pada keluarga dan Pak Kyai, beliau berkata mungkin wanita itu adalah Ratu Pantai Selatan. Saat itu aku bertanya-tanya kenapa Nyi Roro Kidul menolongku, padahal kata Pak Kyai sendiri aku akan ditumbalkan padanya. Waktu itu aku bener-bener gak tahu kalau ternyata mereka dua orang yang berbeda, dan aku juga gak nanya sama Pak Kyai, maklum masih shock… hehe. Pas Mbak Asih ngasih tahu aku pun baru nyambung perkataan Pak Kyai tersebut.. Wallahu'alam.

Sejak kejadian itu, Naruto tak berani menginjakkan kakinya di sekitar penginapan Manda. Ia takut kejadian yang sama terulang lagi. Denger-denger setelah kepergiannya, ada karyawan perusahaan itu yang tewas. Mungkin ia pengganti dirinya yang berhasil lolos. Mungkin siapa yang tahu.

Kini Naruto sudah berhasil masuk SMU 2 Bantul. Ia mendapat beasiswa penuh dari sekolah. Jadi ia tak perlu risau dengan SPP. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Naruto kembali bekerja di kedai sate Pak Diman. Hanya hari Minggu saja ia sambilan jualan makanan ringan di Parangtritis. Tentu saja ia berusaha menjuahkan diri bibir pantai jauh-jauh. Ia masih trauma dengam kejadian tersebut.

Terkadang saat ia pulang agak sore, sayup-sayup ia mendengar ringkikan kuda dari lautan nan dalam. Mungkin itu pertanda sang ratu berniat berjalan-jalan di sekitar istananya. Ia bergidik ngeri, berusaha melupakan kejadian buruk itu.
END
Please read and review

Tidak ada komentar:

Posting Komentar