Jumat, 21 Oktober 2016

PELET CINTA PART THREE



Pelet Cinta
Summary : Naruto naksir duda? Eoh, usap peluh dingin di kening. Yang benar saja? Mana ia lebih tua dari bokapnya pula. OMG, Demi apa? Terus kenapa Sasuke yang blingsatan? Katanya Naruto just friend. Kok mukanya acem tiap liat Naruto tebar pesona pada duren (Duda keren) itu? Fem_Naru.
DISCLAIMER : Naruto Belongs to Masashi Kishimoto
Genre : Friendship
Rating : T
WARNING : Fem_Naru, sedikit bashing beberapa chara, OOC, AU, dan gaje.
Pair : SasufemNaru just friend
Maaf bagi yang merasa Sasuke agak OOC. Terima kasih banyak bagi yang sudah mereview, memfollow, dan memfav. 
Oke lanjut saja ke cerita. Semoga berkenan di hati para reader. Chekidot.


Don't Like Don't Read

Ono duda manggon ngarep omahku
Yen ruh aku, dhewekke ngguya ngguyu
Yen dek’e ngerti, aku namatke
Mlakune mundhak soyo digawe-gawe

Kira-kira umure seket pitu
Wis meh podho karo yuswane pak ku
Aku ra ngerti opo karepe
Saben dina aku diwenehi roti.

Soyo suwe atiku soyo mundhak bingung
Kudu-kudu kepingin ning omahe

“Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan Naruto,” kata Sasuke penuh tekad. 

Oniks Sasuke menatap ngeri pada dinding kamar Naruto yang penuh dengan foto-foto si Om yang Naruto ambil secara diam-diam, begitu kakinya menginjak lantai kamar Naruto dengan dalih meminjam bukunya. ‘Mumpung empunya kamar sedang pergi keluar.’ Pikirnya. Lebih-lebih, setelah ia membaca buku harian Naruto. Ia rasanya mau pingsan saking takutnya. Itu adalah bacaan paling horror yang pernah dibacanya. Ia nggak nyangka, jika kegilaan Naruto sudah sampai taraf akut. Hanya tinggal selangkah saja menuju alam ketidak warasan.



Malamnya, Sasuke langsung browsing di internete. Ia bertanya pada Mbah Google. Ia membacanya satu per satu dan lalu ia ringkas menjadi tips kecil.

1.    Menjauhkan Naruto dari orang yang memeletnya,

Naruto tersenyum sumringah. Wajahnya berseri-seri. Matanya berkilat bahagia. “Kamu kenapa senyum-senyum terus?” tanya Sasuke heran. Wajah gantengnya terlihat jelas dari celah jendela yang terbuka lebar. “Mencurigakan,” tambahnya.

“Aku sedang bahagia,” jawab Naruto memamerkan senyum lima jarinya.

“Bahagia kenapa?” tanya Sasuke lagi. Ia menyandarkan punggungnya pada tembok.  “Kau dapat nilai 100 untuk ulangan matematika?” tebaknya yang dibalas Naruto dengan gelengan. “Uang sakumu ditambah?” tebaknya lagi. Naruto lagi-lagi menggeleng. “Jadi apa?”

“Nih, lihat!” Naruto menunjukkan sepotong kue nan cantik yang sudah dihiasi dengan cream, buah cerry, dan juga coklat pada Sasuke.

“Oh, kue,” gumam Sasuke. “Memangnya kenapa dengan kue itu? Apa istimewanya?”

“Ish, kau itu gimana sih? Lihat baik-baik kue ini!”

Sasuke mengerutkan dahinya, berfikir. Ia kesulitan menebak apa yang aneh dengan kue itu. Yang jelas, itu bukan kue ulang tahun Naruto, meski memang sebentar lagi Naruto akan ulang tahun. Soalnya, itu bukan kue tar. Dan lagi, hanya seperenamnya saja. Itu bukan kue hadiah dari orang lain, kan? Secara, hari ini Naruto sedang praktek masak.

“Ah!” pekik Sasuke akhirnya mengerti. “Oh, WOW!” gumamnya lagi menatap takjub kue di tangan Naruto itu. “Kau berhasil, Naruto?” ujarnya ikut senang.

“Yup betul sekali. Aku bahagia sekali. Ini kali pertama aku berhasil membuat kue. Aku harus memberikan ini padanya,” katanya girang. Naruto lalu sibuk membuka kardus snack yang udah dia siapkan sejak tadi. 

“Hayo, mau kau berikan pada siapa?” tanya Sasuke ingin tahu. Dalam hati, ia sudah ke-GR-an. Soalnya, selama ini, Naruto selalu memberikan benda-benda pertama yang berhasil dibuatnya pada Sasuke, sebelum memberikannya pada orang lain. Jadi, ini pasti juga untuknya.

“Buat si om,” kata Naruto.

JEGLERR!! Sasuke seperti mendengar suara petir menyambar-nyambar di atas langit sana. Mulutnya menganga lebar, tak percaya. Wajahnya syok berat. Naruto mau memberikan kue ini pada si om-om-tukang-pelet itu? ‘Tak bisa dibiarkan,’ pikirnya tak terima. Harga dirinya terluka. Masak kedudukannya di hati Naruto digeser sama si Om tukang pellet itu. 

Lagipula, ini juga bagian dari misinya yakni menjauhkan si Om dari Naruto. Selama seminggu ini, ia cukup sukses membuat Naruto menjauh dari si Om. Ia membuat Naruto berangkat kesiangan sehingga tidak bisa berpapasan dengan si Om yang selalu berangkat pagi. Sorenya, juga begitu. Ia membuat Naruto sibuk dengan tugas-tugas sekolah agar gadis itu tidak bisa men-stalk si Om seperti biasanya.

Sasuke dengan gerakan cepat menyambar kue Naruto yang masih berada di atas piring, mumpung perhatiannya sedang teralihkan. Ia segera memasukkan semuanya ke dalam mulutnya hingga mulutnya monyong ke depan. Dengan bantuan air, Sasuke berhasil menghabiskan kue itu dalam waktu 30 detik. Karena ingin segera memindahkan kue itu ke dalam perutnya, ia lupa merasakan taste-nya, entah enak entah tidak. Pokoknya telan ajalah.

Naruto terkejut melihat kuenya raib. Ia langsung mendelik sangar pada Sasuke, si tersangka pertama dan juga satu-satunya yang mencuri kuenya. Siapa lagi kalau bukan Sasuke? Hanya ada Sasuke di dekatnya saat kue itu raib. Dan lagi, ia punya bukti kuat. Ada sisa-sisa krim roti pada jemari tangan Sasuke dan juga di bibirnya.

“SASUKE..!!” raung Naruto marah. Sasuke bergidik ngeri. Ia hanya bisa komat-kamit dalam hati berharap Naruto tidak membunuhnya karena ini. ‘Mampus aku,’ batinnya pasrah.

Teriakan Naruto terdengar melengking tinggi hingga berhasil membuatnya menjadi pusat perhatian semua orang. Tangannya dengan ganas menjambak rambut Sasuke yang lumayan gondrong. Sasuke mengaduh kesakitan. Jambakan Naruto kan lumayan. Lumayan sakit maksudnya. Rasanya kayak digigit ribuan semut.

“LOE EMANG BRENGSEK ..! BASTARD! ” maki Naruto kasar sambil masih melakukan KDRT pada Sasuke. Ia tak melonggarkan sedikit pun cengkramannya, meski Sasuke sudah memohon ampun. Ia mendelik mengancam pada siapapun yang mencoba menolong Sasuke. Bahkan, pada Neji ketua kelas mereka yang cukup disegani oleh Naruto.

“Naru-chan! Tolong lepaskan Sasuke! Kasihan dia,” pinta Sakura. Wajah cantiknya berubah menjadi pias, prihatin dengan nasib kekasihnya.

“Tidak akan!” sembur Naruto galak. “Dan, jangan coba-coba menolongnya atau aku akan marah padamu,” tambahnya mengancam.

“Sakura benar, Nar. Kasihan Sasuke,” bela Neji berusaha melerai pertengkaran dua orang sahabat karib itu.

“Jangan ikut campur, Neji! Ini urusanku dengan dia.” tukas Naruto. Naruto memberi isyarat dengan sebelah tangan, ketika Neji berniat menyanggah. “Ini salahnya sendiri. Kau tidak perlu kasihan padanya.”

“Memang, masalahnya apa, sih? Kenapa kau semarah itu padanya?” tanya Neji masih berusaha menghalangi Naruto untuk menganiaya Sasuke lebih lanjut. Ia iba dengan Sasuke. Wajah gantengnya sampai ilang, coba?

“Dia mencuri kueku,” aku Naruto menekankan pada kata mencuri  dan kue.

“Benar?” tanya Neji yang dibalas anggukan lemah oleh Sasuke. “Haish, kau itu,” gumamnya jengkel. Ia memijit keningnya yang mendadak nyeri. “Kau kan bisa minta baik-baik, kenapa harus nyuri, sih?” tambahnya tak habis pikir.

“Dia nggak mau memberikannya padaku. Dia malah mau memberikannya pada orang lain,” dalih Sasuke.

“Kau benar-benar keterlaluan, Sasuke. Egois! Tak tahu malu! Aku benci padamu,” gerutu Naruto sambil melayangkan beberapa cubitan maut di pinggang, sikutan di dada, dan injakan super mantap pada kedua kaki Sasuke. Naruto meninggalkan Sasuke yang mengaduh kesakitan bersama Sakura dan teman-teman sekelasnya yang lain. Kakinya dihentak-hentakkan ke lantai, pertanda ia belum puas menyiksa Sasuke.

Neji geleng-geleng kepala dengan kelakuan ajaib dua orang itu. “Naruto marah, tuh. Habis ini, ia pasti ngambek, nggak mau ngomong lagi,” cecar Neji. “Kau sih cari penyakit. Pakai acara nyolong segala,” ejeknya.

“Neji benar, Sas. Kau kan udah punya pacar sekarang. Pacarmu itu pasti mau memberikan kue buatannya padamu. Begitu pula dengan fansmu. Kau nggak perlu lah nyuri, cuman demi sepotong kue.” Imbuh Shikamaru yang sejak tadi diam di samping Neji, bijak.

“Dia mau memberikan kue itu pada gebetannya. Tahu nggak sih, LOE!” teriak Sasuke emosi.
“Lah, memang kenapa kalau ia memberikannya pada gebetannya? Itu kan kue-nya. Kenapa kamu mesti marah-marah?” kata Shikamaru masih nggak ngerti. ‘Emang situ siapanya sih?’ tambahnya dalam hati.

Sasuke mengertakkan giginya. Matanya melotot galak. “Jelas aku marah. Gebetannya itu kan..itu..” Sasuke berhasil mengendalikan dirinya di detik-detik terakhir. Nyaris saja ia keceplosan. Kalau mereka tahu siapa sebenarnya gebetan Naruto, bisa habis nanti Naruto dibully . Terkutuklah dia kalau sampai itu terjadi. “Sudahlah lupakan! Kau nggak tahu duduk perkaranya dan memang nggak perlu tahu,” kata Sasuke selanjutnya dan membiarkan masalah ini menggantung begitu saja.

“Sas…!”

“Jangan ikuti aku! Aku mau sendiri saja,” potong Sasuke dingin menghentikan langkah Sakura yang ingin menemani kekasihnya yang tengah dilanda gundah gulana.

Orang-orang yang tadi bergerombol, menyaksikan pertengkaran hebat antara Sasuke dan Naruto saling menatap satu sama lain, sama-sama bingung. Mereka bertanya-tanya dalam hati, ‘Ada apa sih dengan dua orang itu?’ Keraguan menghampiri hati mereka, mengenai status asli hubungan SasuNaru. Mereka masih percaya jika dua orang itu lebih dari sekedar sahabat.

Sakura menatap masam kepergian Sasuke. Ia merasa cemburu. Dia ini kan pacarnya Sasuke, tapi Sasuke masih saja memperlakukannya seperti orang luar. Ia tetap enggan membagikan isi pikirannya padanya dan memberikan tempat istimewa itu pada Naruto yang notabene berstatus teman. Ia tak suka ini. Ia kecewa coret sangat kecewa.

2.    Menjauhkan Naruto dari benda perantara pelet

Sasuke yang tak enak hati segera datang ke rumah Naruto sorenya, dengan membawa sekotak kue di tangannya, sebagai ganti kue Naruto yang tadi siang ia curi. Ia membelinya sepulang sekolah tadi. Hatinya deg-degan. Sasuke menarik nafas panjang saat mengetuk pintu rumah Naruto, menyiapkan mental untuk menerima ledakan amarah Naruto.

“Oh, Nak Sasuke. Mari masuk!” kata Kushina mempersilakan Sasuke masuk. “Hadeuh kok repot-repot bawa kue segala. Kayak orang asing aja,” 

“Ah, ini buat Naruto, Bi. Tadi siang, aku nggak sengaja ngabisin kue-nya,” jelas Sasuke.

 “Naruto-nya ada kan, Bi?”

“Oh, itu toh penyebabnya. Pantesan anak itu uring-uringan sejak pulang sekolah,” ujar Kushina mengomentari. “Sayangnya, Naruto lagi keluar tuh. Tahu, dech ngapain. Dia itu emang aneh akhir-akhir ini. Tiap sore, pasti dech ngilang.”

Sasuke tersenyum maklum. Ia sudah tahu sih Naruto dimana. Ia pasti lagi di taman, mencuri beberapa foto si Om depan rumah itu. “Boleh aku nunggu di sini, Bi?”

“Tentu saja boleh. Maaf ya, Bibi tinggal. Masih ada kerjaan di dapur,”

“Oh, nggak apa-apa, Bi. Aku bisa kok nunggu di sini sendiri,”

Sepeninggalnya Kushina, Sasuke menyibukkan dirinya dengan membaca majalah yang ada di atas meja kecil di ruang tamu. Bukan bacaan favoritnya sih, tapi daripada melamun tidak jelas. Tiba-tiba terdengar suara ting tong di luar. Sasuke beranjak dari duduknya dan membuka pintu. “Ya, mau nyari siapa ya?” tanya Sasuke sopan.

“Itu mau nyari Nyonya Namikaze. Dia ada, kan?”

“Oh, ia lagi di supermarket. Mau belanja katanya. Baru saja.” Bohong Sasuke dengan lancarnya.

“Begitu ya,” kata orang itu dengan nada kecewa.

“Kalau ada pesan, tinggalkan saja padaku. Nanti, aku sampaikan padanya,”

“Ah, bukan perkara penting kok. Hanya mau ngasih ini,” katanya sambil mengulurkan sekotak kardus snack pada Sasuke. “Tadi, pas meeting, aku dapat kue lagi. Karena keluargaku nggak suke kue, jadi aku mau ngasih ini buat Nyonya Namikaze. Ku dengar putrinya suka kue,” katanya.

Sasuke menerimanya dan si Om itu pun pamitan. ‘Aku harus mengamankan benda ini,’ pikir Sasuke. Ia melirik Kyuubi, anjing Naruto yang lebih mirip rubah daripada seekor anjing. Ia tanpa pikir panjang langsung menjejalkan kue itu ke mulut Kyuubi. Ia melap mulut Kyuubi untuk menghilangkan bukti kejahatannya. Ia menukar kardusnya dengan kardus si Om. 

“Maaf Bi, aku pulang dulu ya. Aku lupa, tadi Papa menyuruhku membeli sesuatu. Nanti kalau Naruto datang, bilang saja aku ke sini,” pamit Sasuke sopan. Ia buru-buru pergi sebelum Naruto tiba. Ia takut aksi curangnya ketahuan.

“Iya,” balas Kushina dari dapur.

Sore berikutnya, Sasuke berkunjung lagi ke rumah Naruto. Alasannya mau minta maaf, padahal ia mau mengamankan kue pemberian si Om. Sore ini, si Om pasti datang lagi ngasih Naruto kue lagi. Menurut literature yang ia baca, untuk menghilangkan pengaruh pellet, ia harus menyingkirkan semua benda yang dijadikan perantara pellet. Seperti kue ini nih.

Sasuke tak berani memberikan kue laknat itu pada Kyuubi. Soalnya, kemarin Kyuubi jatuh sakit gara-gara Sasuke paksa makan kue. Sayangnya, aksi Sasuke tidak semulus kemarin. Naruto keburu datang. Dengan panik, Sasuke makan kue itu sampai tandas. 

Naruto merengut masam. “Mana kue di atas meja ini?” tanyanya dingin. Matanya menatap sebal Sasuke, masih marah.

“He he he..” kekeh Sasuke sambil merona malu. “Sudah aku makan,” katanya.

Naruto melotot. “Kau itu beneran gembul. Dasar rakus! Masa kue sebanyak itu kau makan semuanya,” keluh Naruto.

“Maaf, habis aku lapar. Tadi siang, aku tidak sempat makan siang. Kau tahu sendiri kan kalau sebentar lagi klubku ada pertandingan penting. Jadi, kami berlatih sangat keras tadi siang.” Dalih Sasuke.

“Huh, alasan. Dasar gembul!” rutuk Naruto. 

“Maaf, dech. Jangan marah gitu dong! Nanti cantiknya ilang, lho.”

“Huh, dasar gombal.” Dengus Naruto.

“Sebagai gantinya, gimana kalau kita pergi ke Ichiraku ramen. Aku traktir, dech. Jangan marah lagi, ya?” bujuk Sasuke.

“Ini bukan berarti aku sudah memaafkanmu,” kata Naruto melunak. Ia menyambar jaketnya dan bersiap pergi bersama Sasuke.

Senyum Sasuke merekah. “Iya-iya aku ngerti,” kata Sasuke.

3.    Membuka kedok si tukang pellet pada orang tua Naruto,

Sasuke tersenyum puas. “Ini adalah buktinya nyata, jika Om itu memang punya niat tidak baik pada Naruto.” katanya puas. Ia dengan cepat membuka tabletnya dan memindahkan video yang ia rekam dengan handycamp-nya pada tabletnya dan menyimpannya dalam local disk dan my document. Ia juga menyimpannya pada flashdisknya, untuk berjaga-jaga jika tabletnya bermasalah.

Sasuke buru-buru menggas motornya —pinjam motor Shika— untuk mengelabui si Om. Ia mengambil jalan pintas agar sampai di rumah Naruto lebih dulu. Ia cukup beruntung. Rencananya berjalan lancar. Si Om tidak langsung ke rumah Naruto, melainkan pulang ke rumah untuk ganti pakaian. 

Sasuke mengetuk pintu rumah Naruto pura-pura bertamu yang diterima Kushina dengan senang hati. Ia tersenyum lega karena hari ini keluarga Namikaze sedang berkumpul. Ini akan memuluskan rencananya. 10 menit kemudian si Om datang berkunjung yang disambut Kushina dengan ramah. Kushina bergabung lagi dengan mereka. Kali ini, tidak dengan tangan kosong. Ia menenteng kotak snack yang familiar di mata Sasuke dengan sebelah tangan.

Sasuke berpikir cepat. Ia mengalihkan perhatian seluruh keluarga Namikaze pada tayangan TV yang sedang mereka tonton saat ini, ketika Naruto berniat memakan kue pemberian si Om. Dalam waktu singkat, Sasuke berhasil menukar kue dari si Om dengan kue miliknya. Untung, Sasuke punya wajah yang datar warisan dari ayahnya, sehingga tak ada satupun dari keluarga Namikaze yang curiga dengan gelagatnya yang aneh.

Naruto memakan kue dalam kardus itu sekarang. Ia mengerutkan dahinya. “Kok aneh, ya?” celetuknya.

“Apanya?” tanya Minato-papanya Naruto.

“Kuenya. Rasanya sedikit beda dengan yang biasanya,”

“Mungkin, kantor si Orochimaru-san mengganti toko langganannya.” Sahut Minato asal diantara tawa cekikannya, melihat tayangan di TV.

“Mungkin,” sahut Naruto seperti masih tidak terima, meski pada akhirnya ia menghabiskannya juga.

Sasuke tersenyum penuh arti. ‘Ya, iyalah beda. Ini kan kue murni, sedang yang ono kue plus mantra dukun,’ batinnya.   

Bagaimana caranya Sasuke membuat Duren pujaan hati Naruto kapok dan berhenti memelet Naruto? Ikuti lanjutan kisah ini chap depan.

TBC
Mohon saran dan kritiknya.
   

1 komentar: