Pelet
Cinta
Summary
: Naruto naksir duda? Eoh, usap peluh dingin di kening. Yang benar saja? Mana ia lebih tua dari bokapnya pula. OMG, Demi
apa? Terus kenapa Sasuke yang blingsatan? Katanya Naruto just friend. Kok mukanya acem tiap liat Naruto tebar
pesona pada duren (Duda keren) itu? Fem_Naru.
DISCLAIMER
: Naruto Belongs to Masashi Kishimoto
Genre : FriendshipRating : T
WARNING : Fem_Naru, sedikit bashing beberapa chara, OOC,
AU, dan gaje.
Pair : SasufemNaru
just friend
Maaf bagi yang merasa Sasuke agak OOC. Terima kasih banyak bagi yang
sudah mereview, memfollow, dan memfav.
Oke
lanjut saja ke cerita. Semoga berkenan di hati para reader. Chekidot.
Don't
Like Don't Read
Ono duda manggon ngarep omahku
Yen ruh aku, dhewekke ngguya
ngguyu
Yen dek’e ngerti, aku namatke
Mlakune mundhak soyo digawe-gawe
Kira-kira umure seket pitu
Wis meh podho karo yuswane
pak ku
Aku ra ngerti opo karepe
Saben dina aku diwenehi
roti.
Soyo suwe atiku soyo mundhak
bingung
Kudu-kudu kepingin ning
omahe
“Ini tidak bisa
dibiarkan. Aku harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan Naruto,” kata Sasuke
penuh tekad.
Oniks Sasuke
menatap ngeri pada dinding kamar Naruto yang penuh dengan foto-foto si Om yang
Naruto ambil secara diam-diam, begitu kakinya menginjak lantai kamar Naruto
dengan dalih meminjam bukunya. ‘Mumpung empunya kamar sedang pergi keluar.’
Pikirnya. Lebih-lebih, setelah ia membaca buku harian Naruto. Ia rasanya mau
pingsan saking takutnya. Itu adalah bacaan paling horror yang pernah dibacanya.
Ia nggak nyangka, jika kegilaan Naruto sudah sampai taraf akut. Hanya tinggal
selangkah saja menuju alam ketidak warasan.
Malamnya, Sasuke
langsung browsing di internete. Ia bertanya pada Mbah Google. Ia membacanya
satu per satu dan lalu ia ringkas menjadi tips kecil.
1. Menjauhkan
Naruto dari orang yang memeletnya,
Naruto
tersenyum sumringah. Wajahnya berseri-seri. Matanya berkilat bahagia. “Kamu
kenapa senyum-senyum terus?” tanya Sasuke heran. Wajah gantengnya terlihat jelas
dari celah jendela yang terbuka lebar. “Mencurigakan,” tambahnya.
“Aku sedang
bahagia,” jawab Naruto memamerkan senyum lima jarinya.
“Bahagia
kenapa?” tanya Sasuke lagi. Ia menyandarkan punggungnya pada tembok. “Kau dapat nilai 100 untuk ulangan matematika?”
tebaknya yang dibalas Naruto dengan gelengan. “Uang sakumu ditambah?” tebaknya
lagi. Naruto lagi-lagi menggeleng. “Jadi apa?”
“Nih, lihat!”
Naruto menunjukkan sepotong kue nan cantik yang sudah dihiasi dengan cream,
buah cerry, dan juga coklat pada Sasuke.
“Oh, kue,” gumam
Sasuke. “Memangnya kenapa dengan kue itu? Apa istimewanya?”
“Ish, kau itu
gimana sih? Lihat baik-baik kue ini!”
Sasuke
mengerutkan dahinya, berfikir. Ia kesulitan menebak apa yang aneh dengan kue
itu. Yang jelas, itu bukan kue ulang tahun Naruto, meski memang sebentar lagi
Naruto akan ulang tahun. Soalnya, itu bukan kue tar. Dan lagi, hanya
seperenamnya saja. Itu bukan kue hadiah dari orang lain, kan? Secara, hari ini
Naruto sedang praktek masak.
“Ah!” pekik
Sasuke akhirnya mengerti. “Oh, WOW!” gumamnya lagi menatap takjub kue di tangan
Naruto itu. “Kau berhasil, Naruto?” ujarnya ikut senang.
“Yup betul
sekali. Aku bahagia sekali. Ini kali pertama aku berhasil membuat kue. Aku
harus memberikan ini padanya,” katanya girang. Naruto lalu sibuk membuka kardus
snack yang udah dia siapkan sejak tadi.
“Hayo, mau kau
berikan pada siapa?” tanya Sasuke ingin tahu. Dalam hati, ia sudah ke-GR-an.
Soalnya, selama ini, Naruto selalu memberikan benda-benda pertama yang berhasil
dibuatnya pada Sasuke, sebelum memberikannya pada orang lain. Jadi, ini pasti
juga untuknya.
“Buat si om,”
kata Naruto.
JEGLERR!! Sasuke
seperti mendengar suara petir menyambar-nyambar di atas langit sana. Mulutnya
menganga lebar, tak percaya. Wajahnya syok berat. Naruto mau memberikan kue ini
pada si om-om-tukang-pelet itu? ‘Tak bisa dibiarkan,’ pikirnya tak terima. Harga
dirinya terluka. Masak kedudukannya di hati Naruto digeser sama si Om tukang
pellet itu.
Lagipula, ini
juga bagian dari misinya yakni menjauhkan si Om dari Naruto. Selama seminggu
ini, ia cukup sukses membuat Naruto menjauh dari si Om. Ia membuat Naruto
berangkat kesiangan sehingga tidak bisa berpapasan dengan si Om yang selalu
berangkat pagi. Sorenya, juga begitu. Ia membuat Naruto sibuk dengan
tugas-tugas sekolah agar gadis itu tidak bisa men-stalk si Om seperti biasanya.
Sasuke dengan
gerakan cepat menyambar kue Naruto yang masih berada di atas piring, mumpung
perhatiannya sedang teralihkan. Ia segera memasukkan semuanya ke dalam mulutnya
hingga mulutnya monyong ke depan. Dengan bantuan air, Sasuke berhasil
menghabiskan kue itu dalam waktu 30 detik. Karena ingin segera memindahkan kue
itu ke dalam perutnya, ia lupa merasakan taste-nya, entah enak entah tidak.
Pokoknya telan ajalah.
Naruto terkejut
melihat kuenya raib. Ia langsung mendelik sangar pada Sasuke, si tersangka
pertama dan juga satu-satunya yang mencuri kuenya. Siapa lagi kalau bukan
Sasuke? Hanya ada Sasuke di dekatnya saat kue itu raib. Dan lagi, ia punya
bukti kuat. Ada sisa-sisa krim roti pada jemari tangan Sasuke dan juga di
bibirnya.
“SASUKE..!!”
raung Naruto marah. Sasuke bergidik ngeri. Ia hanya bisa komat-kamit dalam hati
berharap Naruto tidak membunuhnya karena ini. ‘Mampus aku,’ batinnya pasrah.
Teriakan Naruto
terdengar melengking tinggi hingga berhasil membuatnya menjadi pusat perhatian
semua orang. Tangannya dengan ganas menjambak rambut Sasuke yang lumayan
gondrong. Sasuke mengaduh kesakitan. Jambakan Naruto kan lumayan. Lumayan sakit
maksudnya. Rasanya kayak digigit ribuan semut.
“LOE EMANG
BRENGSEK ..! BASTARD! ” maki Naruto kasar sambil masih melakukan KDRT pada
Sasuke. Ia tak melonggarkan sedikit pun cengkramannya, meski Sasuke sudah
memohon ampun. Ia mendelik mengancam pada siapapun yang mencoba menolong
Sasuke. Bahkan, pada Neji ketua kelas mereka yang cukup disegani oleh Naruto.
“Naru-chan!
Tolong lepaskan Sasuke! Kasihan dia,” pinta Sakura. Wajah cantiknya berubah
menjadi pias, prihatin dengan nasib kekasihnya.
“Tidak akan!”
sembur Naruto galak. “Dan, jangan coba-coba menolongnya atau aku akan marah
padamu,” tambahnya mengancam.
“Sakura benar,
Nar. Kasihan Sasuke,” bela Neji berusaha melerai pertengkaran dua orang sahabat
karib itu.
“Jangan ikut
campur, Neji! Ini urusanku dengan dia.” tukas Naruto. Naruto memberi isyarat
dengan sebelah tangan, ketika Neji berniat menyanggah. “Ini salahnya sendiri.
Kau tidak perlu kasihan padanya.”
“Memang,
masalahnya apa, sih? Kenapa kau semarah itu padanya?” tanya Neji masih berusaha
menghalangi Naruto untuk menganiaya Sasuke lebih lanjut. Ia iba dengan Sasuke.
Wajah gantengnya sampai ilang, coba?
“Dia mencuri
kueku,” aku Naruto menekankan pada kata mencuri
dan kue.
“Benar?” tanya
Neji yang dibalas anggukan lemah oleh Sasuke. “Haish, kau itu,” gumamnya
jengkel. Ia memijit keningnya yang mendadak nyeri. “Kau kan bisa minta
baik-baik, kenapa harus nyuri, sih?” tambahnya tak habis pikir.
“Dia nggak mau
memberikannya padaku. Dia malah mau memberikannya pada orang lain,” dalih
Sasuke.
“Kau benar-benar
keterlaluan, Sasuke. Egois! Tak tahu malu! Aku benci padamu,” gerutu Naruto
sambil melayangkan beberapa cubitan maut di pinggang, sikutan di dada, dan
injakan super mantap pada kedua kaki Sasuke. Naruto meninggalkan Sasuke yang
mengaduh kesakitan bersama Sakura dan teman-teman sekelasnya yang lain. Kakinya
dihentak-hentakkan ke lantai, pertanda ia belum puas menyiksa Sasuke.
Neji
geleng-geleng kepala dengan kelakuan ajaib dua orang itu. “Naruto marah, tuh.
Habis ini, ia pasti ngambek, nggak mau ngomong lagi,” cecar Neji. “Kau sih cari
penyakit. Pakai acara nyolong segala,” ejeknya.
“Neji benar,
Sas. Kau kan udah punya pacar sekarang. Pacarmu itu pasti mau memberikan kue
buatannya padamu. Begitu pula dengan fansmu. Kau nggak perlu lah nyuri, cuman
demi sepotong kue.” Imbuh Shikamaru yang sejak tadi diam di samping Neji,
bijak.
“Dia mau
memberikan kue itu pada gebetannya. Tahu nggak sih, LOE!” teriak Sasuke emosi.
“Lah, memang
kenapa kalau ia memberikannya pada gebetannya? Itu kan kue-nya. Kenapa kamu mesti
marah-marah?” kata Shikamaru masih nggak ngerti. ‘Emang situ siapanya sih?’
tambahnya dalam hati.
Sasuke
mengertakkan giginya. Matanya melotot galak. “Jelas aku marah. Gebetannya itu
kan..itu..” Sasuke berhasil mengendalikan dirinya di detik-detik terakhir.
Nyaris saja ia keceplosan. Kalau mereka tahu siapa sebenarnya gebetan Naruto,
bisa habis nanti Naruto dibully . Terkutuklah dia kalau sampai itu
terjadi. “Sudahlah lupakan! Kau nggak tahu duduk perkaranya dan memang nggak perlu
tahu,” kata Sasuke selanjutnya dan membiarkan masalah ini menggantung begitu
saja.
“Sas…!”
“Jangan ikuti
aku! Aku mau sendiri saja,” potong Sasuke dingin menghentikan langkah Sakura
yang ingin menemani kekasihnya yang tengah dilanda gundah gulana.
Orang-orang yang
tadi bergerombol, menyaksikan pertengkaran hebat antara Sasuke dan Naruto
saling menatap satu sama lain, sama-sama bingung. Mereka bertanya-tanya dalam
hati, ‘Ada apa sih dengan dua orang itu?’ Keraguan menghampiri hati mereka,
mengenai status asli hubungan SasuNaru. Mereka masih percaya jika dua orang itu
lebih dari sekedar sahabat.
Sakura menatap
masam kepergian Sasuke. Ia merasa cemburu. Dia ini kan pacarnya Sasuke, tapi
Sasuke masih saja memperlakukannya seperti orang luar. Ia tetap enggan
membagikan isi pikirannya padanya dan memberikan tempat istimewa itu pada
Naruto yang notabene berstatus teman. Ia tak suka ini. Ia kecewa coret sangat
kecewa.
2. Menjauhkan
Naruto dari benda perantara pelet
Sasuke yang tak
enak hati segera datang ke rumah Naruto sorenya, dengan membawa sekotak kue di
tangannya, sebagai ganti kue Naruto yang tadi siang ia curi. Ia membelinya
sepulang sekolah tadi. Hatinya deg-degan. Sasuke menarik nafas panjang saat
mengetuk pintu rumah Naruto, menyiapkan mental untuk menerima ledakan amarah
Naruto.
“Oh, Nak Sasuke.
Mari masuk!” kata Kushina mempersilakan Sasuke masuk. “Hadeuh kok repot-repot
bawa kue segala. Kayak orang asing aja,”
“Ah, ini buat
Naruto, Bi. Tadi siang, aku nggak sengaja ngabisin kue-nya,” jelas Sasuke.
“Naruto-nya ada kan, Bi?”
“Oh, itu toh
penyebabnya. Pantesan anak itu uring-uringan sejak pulang sekolah,” ujar
Kushina mengomentari. “Sayangnya, Naruto lagi keluar tuh. Tahu, dech ngapain.
Dia itu emang aneh akhir-akhir ini. Tiap sore, pasti dech ngilang.”
Sasuke tersenyum
maklum. Ia sudah tahu sih Naruto dimana. Ia pasti lagi di taman, mencuri
beberapa foto si Om depan rumah itu. “Boleh aku nunggu di sini, Bi?”
“Tentu saja
boleh. Maaf ya, Bibi tinggal. Masih ada kerjaan di dapur,”
“Oh, nggak
apa-apa, Bi. Aku bisa kok nunggu di sini sendiri,”
Sepeninggalnya
Kushina, Sasuke menyibukkan dirinya dengan membaca majalah yang ada di atas
meja kecil di ruang tamu. Bukan bacaan favoritnya sih, tapi daripada melamun
tidak jelas. Tiba-tiba terdengar suara ting tong di luar. Sasuke beranjak dari
duduknya dan membuka pintu. “Ya, mau nyari siapa ya?” tanya Sasuke sopan.
“Itu mau nyari
Nyonya Namikaze. Dia ada, kan?”
“Oh, ia lagi di
supermarket. Mau belanja katanya. Baru saja.” Bohong Sasuke dengan lancarnya.
“Begitu ya,”
kata orang itu dengan nada kecewa.
“Kalau ada
pesan, tinggalkan saja padaku. Nanti, aku sampaikan padanya,”
“Ah, bukan
perkara penting kok. Hanya mau ngasih ini,” katanya sambil mengulurkan sekotak
kardus snack pada Sasuke. “Tadi, pas meeting, aku dapat kue lagi. Karena
keluargaku nggak suke kue, jadi aku mau ngasih ini buat Nyonya Namikaze. Ku
dengar putrinya suka kue,” katanya.
Sasuke
menerimanya dan si Om itu pun pamitan. ‘Aku harus mengamankan benda ini,’ pikir
Sasuke. Ia melirik Kyuubi, anjing Naruto yang lebih mirip rubah daripada seekor
anjing. Ia tanpa pikir panjang langsung menjejalkan kue itu ke mulut Kyuubi. Ia
melap mulut Kyuubi untuk menghilangkan bukti kejahatannya. Ia menukar kardusnya
dengan kardus si Om.
“Maaf Bi, aku
pulang dulu ya. Aku lupa, tadi Papa menyuruhku membeli sesuatu. Nanti kalau
Naruto datang, bilang saja aku ke sini,” pamit Sasuke sopan. Ia buru-buru pergi
sebelum Naruto tiba. Ia takut aksi curangnya ketahuan.
“Iya,” balas
Kushina dari dapur.
Sore berikutnya,
Sasuke berkunjung lagi ke rumah Naruto. Alasannya mau minta maaf, padahal ia
mau mengamankan kue pemberian si Om. Sore ini, si Om pasti datang lagi ngasih
Naruto kue lagi. Menurut literature yang ia baca, untuk menghilangkan pengaruh
pellet, ia harus menyingkirkan semua benda yang dijadikan perantara pellet. Seperti
kue ini nih.
Sasuke tak
berani memberikan kue laknat itu pada Kyuubi. Soalnya, kemarin Kyuubi jatuh
sakit gara-gara Sasuke paksa makan kue. Sayangnya, aksi Sasuke tidak semulus
kemarin. Naruto keburu datang. Dengan panik, Sasuke makan kue itu sampai
tandas.
Naruto merengut
masam. “Mana kue di atas meja ini?” tanyanya dingin. Matanya menatap sebal
Sasuke, masih marah.
“He he he..”
kekeh Sasuke sambil merona malu. “Sudah aku makan,” katanya.
Naruto melotot.
“Kau itu beneran gembul. Dasar rakus! Masa kue sebanyak itu kau makan
semuanya,” keluh Naruto.
“Maaf, habis aku
lapar. Tadi siang, aku tidak sempat makan siang. Kau tahu sendiri kan kalau
sebentar lagi klubku ada pertandingan penting. Jadi, kami berlatih sangat keras
tadi siang.” Dalih Sasuke.
“Huh, alasan.
Dasar gembul!” rutuk Naruto.
“Maaf, dech.
Jangan marah gitu dong! Nanti cantiknya ilang, lho.”
“Huh, dasar
gombal.” Dengus Naruto.
“Sebagai
gantinya, gimana kalau kita pergi ke Ichiraku ramen. Aku traktir, dech. Jangan
marah lagi, ya?” bujuk Sasuke.
“Ini bukan
berarti aku sudah memaafkanmu,” kata Naruto melunak. Ia menyambar jaketnya dan
bersiap pergi bersama Sasuke.
Senyum Sasuke
merekah. “Iya-iya aku ngerti,” kata Sasuke.
3. Membuka kedok si
tukang pellet pada orang tua Naruto,
Sasuke tersenyum
puas. “Ini adalah buktinya nyata, jika Om itu memang punya niat tidak baik pada
Naruto.” katanya puas. Ia dengan cepat membuka tabletnya dan memindahkan video
yang ia rekam dengan handycamp-nya pada tabletnya dan menyimpannya dalam local
disk dan my document. Ia juga menyimpannya pada flashdisknya, untuk
berjaga-jaga jika tabletnya bermasalah.
Sasuke buru-buru
menggas motornya —pinjam motor Shika— untuk mengelabui si Om. Ia mengambil
jalan pintas agar sampai di rumah Naruto lebih dulu. Ia cukup beruntung.
Rencananya berjalan lancar. Si Om tidak langsung ke rumah Naruto, melainkan
pulang ke rumah untuk ganti pakaian.
Sasuke mengetuk
pintu rumah Naruto pura-pura bertamu yang diterima Kushina dengan senang hati.
Ia tersenyum lega karena hari ini keluarga Namikaze sedang berkumpul. Ini akan
memuluskan rencananya. 10 menit kemudian si Om datang berkunjung yang disambut
Kushina dengan ramah. Kushina bergabung lagi dengan mereka. Kali ini, tidak
dengan tangan kosong. Ia menenteng kotak snack yang familiar di mata Sasuke
dengan sebelah tangan.
Sasuke berpikir
cepat. Ia mengalihkan perhatian seluruh keluarga Namikaze pada tayangan TV yang
sedang mereka tonton saat ini, ketika Naruto berniat memakan kue pemberian si
Om. Dalam waktu singkat, Sasuke berhasil menukar kue dari si Om dengan kue
miliknya. Untung, Sasuke punya wajah yang datar warisan dari ayahnya, sehingga
tak ada satupun dari keluarga Namikaze yang curiga dengan gelagatnya yang aneh.
Naruto memakan
kue dalam kardus itu sekarang. Ia mengerutkan dahinya. “Kok aneh, ya?”
celetuknya.
“Apanya?” tanya
Minato-papanya Naruto.
“Kuenya. Rasanya
sedikit beda dengan yang biasanya,”
“Mungkin, kantor
si Orochimaru-san mengganti toko langganannya.” Sahut Minato asal diantara tawa
cekikannya, melihat tayangan di TV.
“Mungkin,” sahut
Naruto seperti masih tidak terima, meski pada akhirnya ia menghabiskannya juga.
Sasuke tersenyum
penuh arti. ‘Ya, iyalah beda. Ini kan kue murni, sedang yang ono kue plus
mantra dukun,’ batinnya.
Bagaimana
caranya Sasuke membuat Duren pujaan hati Naruto kapok dan berhenti memelet Naruto?
Ikuti lanjutan kisah ini chap depan.
TBC
Mohon
saran dan kritiknya.
nice blog kak keren
BalasHapusliga spanyol