Minggu, 01 Januari 2017

BUNGA TERAKHIR PART TWO



DISCLAIMER : Naruto Belongs to Masashi Kishimoto
Genre : Supernatural dan Horor
Rating T aja deh.
WARNING
Banyak OC dan bertebaran typo di sana-sini, OOC, banyak bahasa Arab, lagu Jawa, seting Indonesia, kata-kata tak baku, FEM NARU
Pair : No Pair

Don't Like Don't Read

Malam ini ada rapat BKIM (Badan Kerohanian Islam Mahasiswa) di kampus. Sebagai pengurus, Naruto tentu saja ikut. Ia datang bersama teman-teman sekosannya. Ia malah ditunjuk sebagai panitia acara. Makanya itu ia sibuk bukan main. Tepat saat Ustad Hidan memberi tausiah, baru ia bisa istirahat dan duduk paling depan.



Naruto POV
Sepanjang acara, aku tak bisa konsentrasi. Aku merasa tak nyaman dan takut. Entah takut pada apa? Aku juga tak mengerti. Kepalaku selalu bergerak-gerak sendiri tanpa bisa aku kontrol. Tubuhku terasa panas seperti dibakar api. 'Oh ya Allah. Ada apa lagi ini?' batinku.
Suara pak ustad Hidan memberi tausiah sebelum rapat dimulai seakan lewat begitu saja di telingaku. Tak ada satupun yang nyantol di otak. Takut- takut dan marah, itu saja yang ada di otakku dan ku rasakan. Aku sendiri tak mengerti, kenapa aku jadi begini. Ada apa denganku?
Lingsir wengi sliramu tumeking sirno…
Ojo tangi nggonmu guling…
Awas jo ngetoro…
Aku lagi bang wingo wingo…
Lebih buruk lagi, sayup-sayup aku mendengar suara alunan gamelan di telingaku. Gila, bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Demi Allah, semua orang juga tahu di rohis yang ku ikuti, tak ada musik apalagi suara nyanyian langgam Jawa. Paling yang ada lantunan nasyid oleh beberapa ikhwan, tanpa alat musik lho ya. Takutnya entar kita terlena dari mengingat kajian keislaman karena keasyikan dengerin lagu. Apalagi lagu cinta-cintaan pembangkit syahwat, najis deh. Sampai lebaran monyet juga nggak bakalan terjadi.
'Lah lalu yang ku dengar ini terus apa?' batinnya merinding disko. Suara cewek itu terus saja menyenandungkan lagu Jawa yang aku sendiri tidak tahu apa judulnya. Lagu itu asing di telingaku.
Jin setan kang tak utusi…
Dadyo sebarang…
Wojo lelayu sebet…
Namun jangan membawa maut…
End Naruto POV
"Kamu baik-baik saja, Nar? Wajahmu pucat sekali." Tegur Sakura.
"A-a-aku ti-ti-tidak.." Kata Naruto dengan tergagap.
Tiba-tiba ia merundukkan kepalanya. Badannya panas dingin dan tahu-tahu tubuhnya lemas dan terkulai di kursi. Sakura yang panik langsung mengajak teman-teman akhwatnya membantu Naruto. Mereka menggotong tubuh Naruto ke tempat lainnya, biar nggak ganggu acara.
Hinata yang tajir dan membawa mobil membawa tubuh Naruto ke dalam mobil, dibantu teman-temannya. Ia pulang bareng Ino dan Sakura. Keduanya memberi pertolongan seadanya, sedang Hinata menyetir mobil. Ino yang memberinya minyak kayu putih untuk menyadarkannya. Sakura yang meremas tangan Naruto yang dingin sekali. (Akhwat artinya cewek yang udah ngaji, pake jilbab, dan ikut aktif dunia dakwah).
Tentu saja insiden pingsannya Naruto menarik perhatian cukup banyak. Naruto kan duduknya paling depan. "Ehem." Ustad Hidan berdehem untuk menarik perhatian. Para peserta di ruang kuliah RK Pinus 01 ini diisi oleh 100 orang. Semua pengurus rohis di IPB tumplek blek di sini, dari Darmaga, Baranang Siang, Gunung Gedhe, sampai Taman Kencana, semua kumpul. Wajar jika jumlahnya banyak.
Diantara mereka ada sosok ikhwan berambut seperti pantat ayam yang tadi sekelas dengan Naruto. Kebetulan mata kuliah yang diambilnya sama. Ia memandang dari Naruto terlihat gelisah hingga digotong ke luar ruangan.
"Hei, Sas. Ingat ghodul bashar. Tundukkan pandangan. Jangan liatin putri biru terus. Matanya sampai mau loncat keluar." Tegur Neji, teman sebelahnya.
He he he, Naruto terkenal dengan nama putri biru di kalangan para ikhwan. Ia always pake baju, kerudung, tas dan pernak-pernik biru. Apalagi didukung oleh iris matanya yang juga biru, klop deh jadinya. Makanya ia dijuluki putri biru oleh para ikhwan. Dia cukup terkenal tegas, disiplin, dan punya keberanian dalam berdakwah, meski masih baru.
(cowok yang ngaji dan jadi aktivis dakwah dipanggil ikhwan. Padahal kan ikhwan itu bahasa arabnya cowok juga. Enggak tahu kenapa artinya jadi beda.)
"Ghodul bashar palamu. Aku nggak ada niat gitulah." Kata Sasuke tersinggung.
"Lah itu apa? Dari tadi lihatin terus juga. Kamu nggak nyadar Mas Pain udah melototin kamu dari dari. Entar kamu pasti ditegur." Kata Neji memberi tahu.
Sasuke lalu melihat Pain, kakak pembina mereka di BKIM, dan benar kata Neji. Ia menatap tajam Sasuke, seolah mengingatkan. "Bukan begitu. Aku dari tadi merasa aneh." Katanya lirih pada Neji, mumpung lagi rehat. 10 menit lagi acara dimulai.
"Aneh gimana?" tanya Kiba yang rupanya ikut nguping dan diamini oleh Sai, Utakata, Menma, Gaara, dan Shika yang duduknya dekat mereka.
"Gue lihat cewek berambut panjang memakai gaun terusan putih, di sampingnya. Sejak itu putri biru jadi pucat."
"Allahu akbar. Jangan bercanda loe, Sas." Kata Kiba yang keluar sifat gaulnya. Mantan aktivis cowok gaul ini kan rada parno ama makhluk begituan. Apalagi konon katanya tempat mereka ini angker. Hiii, parnonya pun muncul begitu saja, tanpa bisa ia cegah.
"Beneran. Aku berani sumpah." Kata Sasuke ngotot.
"Be-be-benarkah kata akhi?" kata Temari, kakak Gaara. Ia tadinya ingin memberi uang pada Gaara yang katanya uangnya lagi kehabisan, mumpung ketemu. Biasa tanggal tua. Ia jadi mendengarkan pembicaraan para ikhwan karena itu menyangkut Naruto, adik kelasnya.
Ia pun mengambil tempat duduk tak jauh dari mereka. Oleh dibilang tak cukup dekat untuk disebut ikhtilat (campur baur cewek cowok). Tak cukup jauh, suaranya untuk bisa didengar mereka. Ia mengambil nafas panjang. "Beberapa hari belakangan ini, Naruto sering dihantui mimpi buruk. Tapi ia selalu tak ingat apa mimpinya." Katanya perlahan sedikit curhat. Mungkin Sasuke tahu cara menolong Naruto. Ia terlihat menderita dan benar wajahnya semakin pucat dari hari ke hari.
"Aku pernah mendengar ia bersenandung dalam mimpiny.Lingsir wengi sliramu tumeking sirno…Itu saja yang ku ingat. Apa kau tahu lagu itu?" Lanjutnya lagi.
"Eh…." Sasuke tersentak kaget. Sebagai cucu seorang dalang tentu ia tahu lagu itu dan apa fungsinya. Baru juga ia ngomong, tiba-tiba HP Temari bunyi.
"Hallo, assalammu'alaikum." Sapa Temari yang kebetulan melaud speaker Hpnya. Habis kalo nggak gitu ia nggak denger suara yang nelepon.
"Kak Temari, cepat ke kosan. Naruto lagi gawat." Teriak Ino histeris.
"Gawat gimana?" tanya Temari ikut bingung. Tak ada sahutan. Mereka mendengar lagu
Lingsir wengi sliramu tumeking sirno…
Ojo tangi nggonmu guling…
Awas jo ngetoro…
Aku lagi bang wingo wingo…
Semua langsung merasa merinding. Lagu itu seolah menyedot keberanian mereka, begitu mistis. Sasuke yang cepat tersadar, langsung menghubungi Ustad Hidan yagn berniat pulang.
"Ustad tolong bantuannya. Akhwat yang tadi sedang kesurupan. Sepertinya kondisinya gawat. Ustad bisa meruqyah kan." Kata Sasuke sejelas mungkin di tengah kepanikan yang melanda.
Ustad Hidan setuju menolong. Ia dibantu Sasuke yang sedikit mengerti cara meruqyah, Gaara, Neji, Shika, dan Utakata yang cukup berani. Beberapa teman sekosan Naruto juga ikutan pulang. Mereka sama-sama mengkhawatirkan Naruto. Sepeninggal orang itu, rapat BKIM ke 50 dimulai. Well, meski ada sedikit insiden, the show must goon. Itulah prinsip Pain.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar