DISCLAIMER
: Naruto Belongs to Masashi Kishimoto
Genre
: Supernatural dan Horor
Rating
T aja deh.
WARNING
Banyak
OC dan bertebaran typo di sana-sini, OOC, banyak bahasa Arab, lagu Jawa, seting
Indonesia, kata-kata tak baku, FEM NARU
Pair
: No Pair
Don't
Like Don't Read
Malam
ini ada rapat BKIM (Badan Kerohanian Islam Mahasiswa) di kampus. Sebagai
pengurus, Naruto tentu saja ikut. Ia datang bersama teman-teman sekosannya. Ia
malah ditunjuk sebagai panitia acara. Makanya itu ia sibuk bukan main. Tepat
saat Ustad Hidan memberi tausiah, baru ia bisa istirahat dan duduk paling
depan.
Naruto POV
Sepanjang
acara, aku tak bisa konsentrasi. Aku merasa tak nyaman dan takut. Entah takut
pada apa? Aku juga tak mengerti. Kepalaku selalu bergerak-gerak sendiri tanpa
bisa aku kontrol. Tubuhku terasa panas seperti dibakar api. 'Oh ya Allah. Ada
apa lagi ini?' batinku.
Suara
pak ustad Hidan memberi tausiah sebelum rapat dimulai seakan lewat begitu saja
di telingaku. Tak ada satupun yang nyantol di otak. Takut- takut dan marah, itu
saja yang ada di otakku dan ku rasakan. Aku sendiri tak mengerti, kenapa aku
jadi begini. Ada apa denganku?
Lingsir wengi sliramu tumeking sirno…
Ojo tangi nggonmu guling…
Awas jo ngetoro…
Aku lagi bang wingo wingo…
Lebih
buruk lagi, sayup-sayup aku mendengar suara alunan gamelan di telingaku. Gila,
bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Demi Allah, semua orang juga tahu di rohis
yang ku ikuti, tak ada musik apalagi suara nyanyian langgam Jawa. Paling yang
ada lantunan nasyid oleh beberapa ikhwan, tanpa alat musik lho ya. Takutnya
entar kita terlena dari mengingat kajian keislaman karena keasyikan dengerin
lagu. Apalagi lagu cinta-cintaan pembangkit syahwat, najis deh. Sampai lebaran
monyet juga nggak bakalan terjadi.
'Lah
lalu yang ku dengar ini terus apa?' batinnya merinding disko. Suara cewek itu
terus saja menyenandungkan lagu Jawa yang aku sendiri tidak tahu apa judulnya.
Lagu itu asing di telingaku.
Jin setan kang tak utusi…
Dadyo sebarang…
Wojo lelayu sebet…
Namun jangan membawa maut…
End Naruto POV
"Kamu
baik-baik saja, Nar? Wajahmu pucat sekali." Tegur Sakura.
"A-a-aku
ti-ti-tidak.." Kata Naruto dengan tergagap.
Tiba-tiba
ia merundukkan kepalanya. Badannya panas dingin dan tahu-tahu tubuhnya lemas
dan terkulai di kursi. Sakura yang panik langsung mengajak teman-teman
akhwatnya membantu Naruto. Mereka menggotong tubuh Naruto ke tempat lainnya,
biar nggak ganggu acara.
Hinata
yang tajir dan membawa mobil membawa tubuh Naruto ke dalam mobil, dibantu
teman-temannya. Ia pulang bareng Ino dan Sakura. Keduanya memberi pertolongan
seadanya, sedang Hinata menyetir mobil. Ino yang memberinya minyak kayu putih
untuk menyadarkannya. Sakura yang meremas tangan Naruto yang dingin sekali.
(Akhwat artinya cewek yang udah ngaji, pake jilbab, dan ikut aktif dunia
dakwah).
Tentu
saja insiden pingsannya Naruto menarik perhatian cukup banyak. Naruto kan
duduknya paling depan. "Ehem." Ustad Hidan berdehem untuk menarik
perhatian. Para peserta di ruang kuliah RK Pinus 01 ini diisi oleh 100 orang.
Semua pengurus rohis di IPB tumplek blek di sini, dari Darmaga, Baranang Siang,
Gunung Gedhe, sampai Taman Kencana, semua kumpul. Wajar jika jumlahnya banyak.
Diantara
mereka ada sosok ikhwan berambut seperti pantat ayam yang tadi sekelas dengan
Naruto. Kebetulan mata kuliah yang diambilnya sama. Ia memandang dari Naruto
terlihat gelisah hingga digotong ke luar ruangan.
"Hei,
Sas. Ingat ghodul bashar. Tundukkan pandangan. Jangan liatin putri biru terus.
Matanya sampai mau loncat keluar." Tegur Neji, teman sebelahnya.
He
he he, Naruto terkenal dengan nama putri biru di kalangan para ikhwan. Ia
always pake baju, kerudung, tas dan pernak-pernik biru. Apalagi didukung oleh
iris matanya yang juga biru, klop deh jadinya. Makanya ia dijuluki putri biru
oleh para ikhwan. Dia cukup terkenal tegas, disiplin, dan punya keberanian
dalam berdakwah, meski masih baru.
(cowok
yang ngaji dan jadi aktivis dakwah dipanggil ikhwan. Padahal kan ikhwan itu
bahasa arabnya cowok juga. Enggak tahu kenapa artinya jadi beda.)
"Ghodul
bashar palamu. Aku nggak ada niat gitulah." Kata Sasuke tersinggung.
"Lah
itu apa? Dari tadi lihatin terus juga. Kamu nggak nyadar Mas Pain udah
melototin kamu dari dari. Entar kamu pasti ditegur." Kata Neji memberi
tahu.
Sasuke
lalu melihat Pain, kakak pembina mereka di BKIM, dan benar kata Neji. Ia
menatap tajam Sasuke, seolah mengingatkan. "Bukan begitu. Aku dari tadi
merasa aneh." Katanya lirih pada Neji, mumpung lagi rehat. 10 menit lagi
acara dimulai.
"Aneh
gimana?" tanya Kiba yang rupanya ikut nguping dan diamini oleh Sai,
Utakata, Menma, Gaara, dan Shika yang duduknya dekat mereka.
"Gue
lihat cewek berambut panjang memakai gaun terusan putih, di sampingnya. Sejak
itu putri biru jadi pucat."
"Allahu
akbar. Jangan bercanda loe, Sas." Kata Kiba yang keluar sifat gaulnya.
Mantan aktivis cowok gaul ini kan rada parno ama makhluk begituan. Apalagi
konon katanya tempat mereka ini angker. Hiii, parnonya pun muncul begitu saja,
tanpa bisa ia cegah.
"Beneran.
Aku berani sumpah." Kata Sasuke ngotot.
"Be-be-benarkah
kata akhi?" kata Temari, kakak Gaara. Ia tadinya ingin memberi uang pada Gaara
yang katanya uangnya lagi kehabisan, mumpung ketemu. Biasa tanggal tua. Ia jadi
mendengarkan pembicaraan para ikhwan karena itu menyangkut Naruto, adik
kelasnya.
Ia
pun mengambil tempat duduk tak jauh dari mereka. Oleh dibilang tak cukup dekat
untuk disebut ikhtilat (campur baur cewek cowok). Tak cukup jauh, suaranya
untuk bisa didengar mereka. Ia mengambil nafas panjang. "Beberapa hari
belakangan ini, Naruto sering dihantui mimpi buruk. Tapi ia selalu tak ingat
apa mimpinya." Katanya perlahan sedikit curhat. Mungkin Sasuke tahu cara
menolong Naruto. Ia terlihat menderita dan benar wajahnya semakin pucat dari
hari ke hari.
"Aku
pernah mendengar ia bersenandung dalam mimpiny.Lingsir wengi sliramu
tumeking sirno…Itu saja yang ku ingat. Apa kau tahu lagu itu?"
Lanjutnya lagi.
"Eh…."
Sasuke tersentak kaget. Sebagai cucu seorang dalang tentu ia tahu lagu itu dan
apa fungsinya. Baru juga ia ngomong, tiba-tiba HP Temari bunyi.
"Hallo,
assalammu'alaikum." Sapa Temari yang kebetulan melaud speaker Hpnya. Habis
kalo nggak gitu ia nggak denger suara yang nelepon.
"Kak
Temari, cepat ke kosan. Naruto lagi gawat." Teriak Ino histeris.
"Gawat
gimana?" tanya Temari ikut bingung. Tak ada sahutan. Mereka mendengar lagu
Lingsir wengi sliramu tumeking sirno…
Ojo tangi nggonmu guling…
Awas jo ngetoro…
Aku lagi bang wingo wingo…
Semua
langsung merasa merinding. Lagu itu seolah menyedot keberanian mereka, begitu
mistis. Sasuke yang cepat tersadar, langsung menghubungi Ustad Hidan yagn
berniat pulang.
"Ustad
tolong bantuannya. Akhwat yang tadi sedang kesurupan. Sepertinya kondisinya
gawat. Ustad bisa meruqyah kan." Kata Sasuke sejelas mungkin di tengah
kepanikan yang melanda.
Ustad
Hidan setuju menolong. Ia dibantu Sasuke yang sedikit mengerti cara meruqyah,
Gaara, Neji, Shika, dan Utakata yang cukup berani. Beberapa teman sekosan
Naruto juga ikutan pulang. Mereka sama-sama mengkhawatirkan Naruto. Sepeninggal
orang itu, rapat BKIM ke 50 dimulai. Well, meski ada sedikit insiden, the show
must goon. Itulah prinsip Pain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar