Sabtu, 22 Oktober 2016

PELET CINTA PART FOUR



Pelet Cinta
Summary : Naruto naksir duda? Eoh, usap peluh dingin di kening. Yang benar saja? Mana ia lebih tua dari bokapnya pula. OMG, Demi apa? Terus kenapa Sasuke yang blingsatan? Katanya Naruto just friend. Kok mukanya acem tiap liat Naruto tebar pesona pada duren (Duda keren) itu? Fem_Naru.
DISCLAIMER : Naruto Belongs to Masashi Kishimoto
Genre : Friendship
Rating : T
WARNING : Fem_Naru, sedikit bashing beberapa chara, OOC, AU, dan gaje.
Pair : SasufemNaru just friend
Author Note :
Ai milih tokoh Orochimaru karena menurutku ia yang paling pas untuk peran ini. Orochimaru memiliki tatapan mata yang misterius dan senyum penuh makna. Maaf bagi yang merasa Sasuke agak OOC. Terima kasih banyak bagi yang sudah mereview, memfollow, dan memfav. 
Oke lanjut saja ke cerita. Semoga berkenan di hati para reader. Chekidot.


Don't Like Don't Read

Ono duda manggon ngarep omahku
Yen ruh aku, dhewekke ngguya ngguyu
Yen dek’e ngerti, aku namatke
Mlakune mundhak soyo digawe-gawe

Kira-kira umure seket pitu
Wis meh podho karo yuswane pak ku
Aku ra ngerti opo karepe
Saben dina aku diwenehi roti.

Soyo suwe atiku soyo mundhak bingung
Kudu-kudu kepingin ning omahe

Sasuke melihat Minato dengan santai dan acuh tak acuh, meski oniksnya tampak lebih tajam dan menyelidik dari hari-hari biasanya. Sasuke mencoba membaca isi pikiran ayahnya Naruto. Ia berharap menemukan sedikit saja tanda di wajah Minato yang masih tampan di usianya yang sudah menginjak akhir 40-an, tapi sulit. 

Minato tampak tenang. Namun, Sasuke tahu itu hanyalah ketenangan yang menipu layaknya ketenangan permukaan air laut yang bisa kapan saja bergejolak menenggelamkan apapun yang ada di atas permukaaannya. 

“Om..!” sapa Sasuke tenang, tak sesuai dengan isi hatinya yang bergejolak.

Minato menghembuskan nafas panjang. “Aku akan memeriksa kamar Naruto,” katanya. Ia beranjak dari kursinya dan meletakkan handycamp Sasuke di atas meja setelah menekan tombol off.

“Aku ikut,” kata Sasuke mengekor di belakang Minato. Ia tak menunggu persetujuan dari Minato karena ia tahu, Minato pasti mengijinkannya. Sasuke sudah sering masuk ke kamar Naruto. Ia bahkan sudah hafal di luar kepala detail-detail kamar Naruto.

Minato sampai di kamar Naruto. Matanya melotot horror. Wajahnya memucat. Tadinya, ia kurang begitu mempercayai isi video yang diperlihatkan Sasuke, tapi kini ia percaya 100%, ah bukan 1000%. Putri bungsunya memang sedang dalam bahaya. Ia tengah dalam pengaruh pellet dari duda beranak dua yang sialnya tinggal di depan rumahnya.

Dengan gusar, ia meraih paksa deretan foto si Orochimaru yang menutupi seluruh dinding kamar Naruto. Irisnya menyorot marah pada foto Orochimaru yang tengah memamerkan senyum penuh maknanya padanya seolah sedang mengejek ketidak becusannya sebagai seorang ayah. Foto-foto ini adalah bukti lain niat jahat Orochimaru pada putrinya dan sekaligus kegilaan putrinya. 

Minato pernah muda dan ia sudah pasti pernah jatuh cinta, tapi ia tahu batas antara orang normal yang sedang jatuh cinta dengan ketidak warasan. Dan, ini jelas sebuah ketidak warasan. Hanya stalker gila yang berniat memfoto seorang duda dengan berbagai angel, pose, suasana, tempat, dan baju yang berbeda. Naruto bahkan memiliki foto Orochimaru tengah tidur di kamarnya dalam balutan piama. Dan, itu membuat Minato ngeri coret sangat ngeri.

Ia tak berani membayangkan bagaimana caranya putrinya bisa mendapatkan foto itu. Minato mencabuti foto-foto itu tanpa melirik sedikitpun pada foto yang dicabutnya. Ia takut menemukan foto yang lebih mengerikan dari foto Orochimaru sedang tidur. Hatinya tidak siap menerima fakta ketidak warasan sang putri.

Sasuke tidak tinggal diam. Ia turut membantu. Ia menggeledah kamar Naruto, mengobrak-abrik seisi kamar dari lemari, laci, tas, sampai kardus-kardus. Ia menemukan lembaran foto yang lebih banyak lagi dari yang ditempel Naruto di dinding kamarnya dengan pose yang mungkin bisa membuat paman Minato masuk rumah sakit karena serangan jantung. Ngerinya lagi, Sasuke juga menemukan ada ratusan CD, DVD, MP3, sampai flashdisk yang semuanya berisi foto dan video seorang Orochimaru.

Sasuke kini beralih pada kolong tempat tidur. Sasuke terkesiap, nyaris menjerit. Ia komat-kamit dalam hati, memohon pertolongan dari Tuhan. Di kolong tempat tidur, ia menemukan lebih banyak lagi benda-benda absurd yang ia ketahui pasti milik si duren depan rumah. 

Sasuke mengangkat toples bening berisi benda-benda menjijikkan di tangannya. Dahinya mengerut tidak suka membaca tulisan tangan yang tertera pada label toples. “Kuku-kuku dan helaian rambut Orochi-chan?” Sasuke menahan diri untuk tidak muntah membaca panggilan manis Naruto untuk si duren. Terlalu bagus untuk om-om bangkotan penggila daun muda.
Otak Sasuke berfikir. Untuk apa Naruto mengumpulkan benda-benda ini? Kalau botol sabun cair, sampo, parfum, obat cukur, handbody lotion, dan bahkan ehem bekas sikat gigi si Orochimaru, Sasuke masih bisa menolerirnya, tapi ‘Ini?’ sulit ia terima. Ini bukan benda-benda yang pantas untuk dikoleksi. 

‘Jangan-jangan Naruto berniat memelet si duren itu?’ batinnya. Wajah Sasuke pucat. Perutnya bergolak tidak nyaman. Binatang dalam dirinya mengaum marah. Ia merasakan amarah yang aneh, yang tak pernah ia rasakan selama ini. Ini berhasil menohok inti jiwa Sasuke dan menarik sisi binatangnya ke permukaan. Amarah Sasuke menggelegak. Ia terdorong untuk mengulurkan cakarnya dan mencabik-cabik tubuh Orochimaru menjadi beberapa bagian. Ini aneh, sangat aneh mengingat ia belum pernah memiliki dorongan brutal dan haus darah macam itu. Ini kali pertama.

Sasuke mengumpulkan benda-benda laknat yang ada di kamar Naruto dan menumpuknya dalam kardus. Jumlahnya amat banyak, menyerupai kumpulan barang keluarga yang tengah pindah rumah. Sasuke meletakkan diary Naruto yang tidak sudi ia baca karena ngeri pada kardus terakhir dan melakbannya. Minato dibantu Kushina memindahkan kardus-kardus itu ke bawah untuk dibuang langsung ke tempat pembuangan sampah. 

Sasuke tengah mencabut foto Orochimaru yang masih tersisa satu di dinding, ketika Naruto datang. Naruto menjerit. Sasuke ikut menjerit. Wajah Sasuke pucat pasi melihat Naruto, sahabatnya berubah menjadi sosok mengerikan yang belum pernah dilihatnya. Lalu, dimulailah aksi penganiayaan Sasuke. Selanjutnya yang terdengar dari ruangan ini hanyalan rintihan, jeritan pilu, dan permohonan. Suara-suara itu berhamburan di udara sekitar sejam lamanya.



Sasuke berada di pojokan kamar Naruto dengan tubuh yang hampir sudah tidak berbentuk. Pukulan Naruto yang memang seorang karateka ban hitam terasa seperti serudukan banteng. Tubuhnya ngilu sesudahnya. Ia hanya berharap, tidak ada tulangnya yang patah kali ini.

“Naruto, ada apa ini?” tanya Minato penuh wibawa. Matanya menyorot iba pada nasib Sasuke.
“Sasuke, tuh, Pa. Ia mengacak-acak kamar Naru,” adu Naruto dengan nada manja.

“Memangnya, apa yang diambil Sasuke? Kenapa kau harus semarah itu?” tanya Minato berusaha terdengar tenang, meski hatinya ketar-ketir. Dalam hati, ia menyiapkan batinnya untuk menerima jawaban mengerikan yang meluncur dari bibir Naruto.

“Ia mencabuti foto…” Naruto menelengkan kepalanya bingung. Tadi, saat masuk ke dalam kamarnya, ia sangat marah pada Sasuke, tapi sekarang ia bingung apa alasannya. Entah mengapa, ia merasa akhir-akhir ini, ingatannya terasa blur dan lompat-lompat. Ada banyak hal yang tidak diingatnya. Ia ingat ia tergila-gila pada seseorang hingga ia rela jadi stalkernya yang fanatic, namun ia tak ingat siapa. Jangankan identitasnya, wajahnya pun ia lupa. Aneh, kan? “…foto atlet sepak bola pujaanku.” Lanjutnya menyelesaikan ucapannya, mengabaikan kekacauan ingatannya.

“Ya, maaf.” Kata Sasuke meminta maaf. “Aku kan tak tahu kalau kau masih ngefans sama dia. Kemarin kan kau bilang kau tak suka dengan Cristiano Ronaldo dan berniat mengganti posternya dengan poster Bambang Pamungkas,” jawab Sasuke asal. “Karena itu, aku datang hari ini untuk membantumu mendekor ulang kamarmu,” dalihnya.
Naruto mengerucutkan bibirnya jengkel. “Harusnya kau nanya dulu. Jangan langsung main cabut saja!” kata Naruto yang bisa diartikan permintaan maaf secara tersirat.
“Hn,”
Naruto ke bawah untuk mengambilkan es untuk mengompres lebam di wajah Sasuke sekaligus peralatan kotak P3K. Sasuke meringis merasakan nyari di sekujur tubuhnya. Minato membantunya duduk di atas ranjang Naruto.
“Paman jangan mengungkit-ungkit masalah ini pada Naruto. Aku tak ingin ia cemas ataupun malu. Ini bukan salah Naruto. Ini di luar kehendaknya. Ia melakukannya tanpa sadar,” Kata Sasuke memberi peringatan pada Minato.
“Tapi…”
“Jika paman ingin menolong Naruto, bersikaplah seperti tidak terjadi apa-apa. Dan, paman harus memastikan apapun pemberian Orochimaru-san tidak sampai pada tangan Naruto. Itu satu-satunya cara untuk mematahkan peletnya.”
“Aku mengerti,” kata Minato lirih karena Naruto sudah kembali ke kamar.
Minato meninggalkan Naruto dan Sasuke di kamar dengan pintu yang terbuka lebar. Ada hal penting yang harus dibereskannya dengan segera. Ia harus membawa benda-benda mengerikan di kamar Naruto untuk dimusnahkan hari ini juga.

Kok ndilalah, bapak pirso kabehe
Saben teko, rotine dibalekke
Pikirku tentrem koyo adate,
Yen tak pikir aku kudu ngguyu dewe.

Di luar dugaan, Minato tidak melakukan konfrontasi dengan Orochimaru. Ia masih menerima Orochimaru dengan ramah dan menerima pemberiannya dengan senyum di bibirnya. Saat Sasuke bertanya, Minato menjawab, “Demi kebaikan Naruto. Aku tak ingin nama baik Naruto tercemar dengan kabar ini. Aku ingin Naruto tumbuh seperti gadis normal lainnya, tanpa harus dibayangi gosip ini. Itu pasti melukainya,” Minato lebih bijak dari yang disangka Sasuke. 

Meski bersikap biasa saja, bukan berarti Minato tak melakukan apapun. Diam-diam, Minato memberikan mantra penawar pellet Orochimaru. Ia juga selalu memastikan semua roti pemberian Orochimaru atau apapun pemberiannya tidak pernah sampai ke tangan Naruto untuk memastikan pengaruh pellet tidak menguasai Naruto. Dari hari ke hari, terapi yang diberikan Minato mulai membuahkan hasil.

Naruto tidak lagi memiliki dorongan gila untuk menstalker Orochimaru. Ia tidak lagi memiliki hasrat buta untuk terus berkunjung ke rumah Orochimaru dengan alasan yang dibuat-buat. Namun, kebiasaannya menunggu Orochimaru saat pagi hari masih dipertahankan Naruto. Mungkin karena itu, Orochimaru tidak curiga dan tidak melakukan tindakan yang lebih berbahaya lagi pada Naruto.

Langkah selanjutnya, Minato dengan sengaja memberikan roti pemberian Orochimaru pada janda menyebalkan yang hobi menggodanya yang tinggal di sebelah rumahnya. Janda itu tampaknya mulai memperhatikan Orochimaru. Ia berkali-kali dengan sengaja menggoda Orochimaru. Ia bahkan —konon katanya— mendatangi seorang dukun sakti untuk memelet pujaan hatinya. Mata dibalas dengan mata, pellet dibalas dengan pellet. Biar tahu rasa Orochimaru nanti.

Dan, benar saja. Beberapa hari kemudian, Minato mendengar selentingan kabar jika Orochimaru mulai terpikat pada janda gatel itu. Mereka bahkan tanpa malu memamerkan kemesraan mereka di depan publik, membuat mereka jadi bahan perbincangan dan gunjingan di tengah-tengah masyarakat. Banyak yang setuju dengan hubungan keduanya. Janda ketemu duda, bukankah itu ide bagus? 

Orochimaru yang gerah, tidak tahan dengan gunjingan para tetangga akhirnya memutuskan menikahi si janda. Minato dengar, katanya setelah menikah mereka  pindah ke kompleks yang jauh dari kompleks rumahnya Minato, yang mana sangat disyukuri Minato dan Sasuke. Naruto mereka kini benar-benar selamat dari jerat si pria tua itu.

Di lain pihak, Naruto sudah pulih seperti sedia kala. Ia bahkan tak memperlihatkan tanda-tanda pernah tergila-gila pada Orochimaru, seolah-olah itu tak lebih dari mimpi belaka. Ia bahkan tak merasa kehilangan sedikitpun mendengar Orochimaru menikah dengan orang lain. Naruto kembali seperti saat Orochimaru belum hadir dalam hidup mereka.

………………….*****…………………

Naruto tengah memanggang kue nastarnya, ketika Sasuke menghampirinya. “Jadi?” tanyanya sambil duduk di sebelah Naruto.

“Iya, dong. Aku gitu loch,” kata Naruto dengan hidung kembang kempis jumawa.

“Sombong, loe. Paling juga yang ngerjain Hinata-chan, dan kau cuman menunggu kuenya matang,” ejek Sasuke.

PLAKK! Naruto menggeplak kepala Sasuke yang membuahkan pekikan ringan. Sasuke mengelus kepalanya yang memar. “Enak aja. Ini murni aku yang bikin. Hinata hanya memastikan aku tidak membuat kesalahan. Iya kan, Hina-chan?” tanyanya sambil meminta dukungan.



Hinata mengangguk dengan pipi merona di sela-sela kegiatannya mengaduk adonan kuenya. Sudah jadi rahasia umum, jika ia juga naksir Sasuke, meski Sasuke tak pernah menaruh minat padanya dan malah pacaran dengan Sakura yang masih sahabat karibnya.

Sasuke mendengus tak percaya. Naruto melotot galak yang dibalas Sasuke dengan memutar bola matanya bosan. “Awas kau!” gerutunya kesal. Sasuke terkekeh geli, memperlihatkan gigi gerahamnya. Naruto yang kesal memukul-mukul bahu dan punggung Sasuke dengan serbetnya. Sasuke semakin terkekeh kegelian, membuat wajahnya yang sangat tampan tampak lebih manusiawi. 

Para cewek yang ada di ruangan lab masak itu jadi blushing, tidak tahan dengan pesona Sasuke, termasuk Sakura pacarnya. Ini lah saat-saat yang disukai mereka, melihat Sasuke tertawa lepas. Hanya Naruto yang bisa melakukannya. Karena itulah, mereka senang berada di dekat Naruto.

Sasuke melihat toples bening yang sudah diberi pita biru, tapi belum diberi label. “Ini untuk siapa?” tanya Sasuke tertarik. ‘Pasti untukku,’ batinnya GR.

“Oh, itu untuk Neji,”

Dahi Sasuke mengerut. “Neji? Ketua kelas kita?”

“Siapa lagi? Beberapa hari ini, ia sering memberiku roti, karena itu aku mau memberi.. Waa…! Sasuke! Apa yang kau lakukan?” jerit Naruto histeris berusaha menyelamatkan toplesnya, namun sayangnya ia terlambat. Sasuke dengan brutal sudah membuka toplesnya dan mengosongkan isinya. Kue-kue itu kini berpindah ke dalam perutnya semuanya. Selanjutnya, yang terjadi adalah penganiayaan brutal. Naruto memake over Sasuke hingga wajah gantengnya Sasuke babak belur.

Neji yang melihat itu dari kejauhan hanya bisa geleng-geleng kepala, tak berniat membantu. Katakanlah, ia jeri dengan Naruto yang sudah dalam kondisi kalap. Sasuke memang aneh. Demi kue ia sampai seperti itu. Ia bahkan tak perduli dengan Sakura pacarnya yang memasang wajah kecewa dan cemburu berat. Ia jadi bingung sendiri. Sebenarnya pacarnya Sasuke itu siapa sih? Sakura apa Naruto?

THE END




   

Jumat, 21 Oktober 2016

PELET CINTA PART THREE



Pelet Cinta
Summary : Naruto naksir duda? Eoh, usap peluh dingin di kening. Yang benar saja? Mana ia lebih tua dari bokapnya pula. OMG, Demi apa? Terus kenapa Sasuke yang blingsatan? Katanya Naruto just friend. Kok mukanya acem tiap liat Naruto tebar pesona pada duren (Duda keren) itu? Fem_Naru.
DISCLAIMER : Naruto Belongs to Masashi Kishimoto
Genre : Friendship
Rating : T
WARNING : Fem_Naru, sedikit bashing beberapa chara, OOC, AU, dan gaje.
Pair : SasufemNaru just friend
Maaf bagi yang merasa Sasuke agak OOC. Terima kasih banyak bagi yang sudah mereview, memfollow, dan memfav. 
Oke lanjut saja ke cerita. Semoga berkenan di hati para reader. Chekidot.


Don't Like Don't Read

Ono duda manggon ngarep omahku
Yen ruh aku, dhewekke ngguya ngguyu
Yen dek’e ngerti, aku namatke
Mlakune mundhak soyo digawe-gawe

Kira-kira umure seket pitu
Wis meh podho karo yuswane pak ku
Aku ra ngerti opo karepe
Saben dina aku diwenehi roti.

Soyo suwe atiku soyo mundhak bingung
Kudu-kudu kepingin ning omahe

“Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan Naruto,” kata Sasuke penuh tekad. 

Oniks Sasuke menatap ngeri pada dinding kamar Naruto yang penuh dengan foto-foto si Om yang Naruto ambil secara diam-diam, begitu kakinya menginjak lantai kamar Naruto dengan dalih meminjam bukunya. ‘Mumpung empunya kamar sedang pergi keluar.’ Pikirnya. Lebih-lebih, setelah ia membaca buku harian Naruto. Ia rasanya mau pingsan saking takutnya. Itu adalah bacaan paling horror yang pernah dibacanya. Ia nggak nyangka, jika kegilaan Naruto sudah sampai taraf akut. Hanya tinggal selangkah saja menuju alam ketidak warasan.



Malamnya, Sasuke langsung browsing di internete. Ia bertanya pada Mbah Google. Ia membacanya satu per satu dan lalu ia ringkas menjadi tips kecil.

1.    Menjauhkan Naruto dari orang yang memeletnya,

Naruto tersenyum sumringah. Wajahnya berseri-seri. Matanya berkilat bahagia. “Kamu kenapa senyum-senyum terus?” tanya Sasuke heran. Wajah gantengnya terlihat jelas dari celah jendela yang terbuka lebar. “Mencurigakan,” tambahnya.

“Aku sedang bahagia,” jawab Naruto memamerkan senyum lima jarinya.

“Bahagia kenapa?” tanya Sasuke lagi. Ia menyandarkan punggungnya pada tembok.  “Kau dapat nilai 100 untuk ulangan matematika?” tebaknya yang dibalas Naruto dengan gelengan. “Uang sakumu ditambah?” tebaknya lagi. Naruto lagi-lagi menggeleng. “Jadi apa?”

“Nih, lihat!” Naruto menunjukkan sepotong kue nan cantik yang sudah dihiasi dengan cream, buah cerry, dan juga coklat pada Sasuke.

“Oh, kue,” gumam Sasuke. “Memangnya kenapa dengan kue itu? Apa istimewanya?”

“Ish, kau itu gimana sih? Lihat baik-baik kue ini!”

Sasuke mengerutkan dahinya, berfikir. Ia kesulitan menebak apa yang aneh dengan kue itu. Yang jelas, itu bukan kue ulang tahun Naruto, meski memang sebentar lagi Naruto akan ulang tahun. Soalnya, itu bukan kue tar. Dan lagi, hanya seperenamnya saja. Itu bukan kue hadiah dari orang lain, kan? Secara, hari ini Naruto sedang praktek masak.

“Ah!” pekik Sasuke akhirnya mengerti. “Oh, WOW!” gumamnya lagi menatap takjub kue di tangan Naruto itu. “Kau berhasil, Naruto?” ujarnya ikut senang.

“Yup betul sekali. Aku bahagia sekali. Ini kali pertama aku berhasil membuat kue. Aku harus memberikan ini padanya,” katanya girang. Naruto lalu sibuk membuka kardus snack yang udah dia siapkan sejak tadi. 

“Hayo, mau kau berikan pada siapa?” tanya Sasuke ingin tahu. Dalam hati, ia sudah ke-GR-an. Soalnya, selama ini, Naruto selalu memberikan benda-benda pertama yang berhasil dibuatnya pada Sasuke, sebelum memberikannya pada orang lain. Jadi, ini pasti juga untuknya.

“Buat si om,” kata Naruto.

JEGLERR!! Sasuke seperti mendengar suara petir menyambar-nyambar di atas langit sana. Mulutnya menganga lebar, tak percaya. Wajahnya syok berat. Naruto mau memberikan kue ini pada si om-om-tukang-pelet itu? ‘Tak bisa dibiarkan,’ pikirnya tak terima. Harga dirinya terluka. Masak kedudukannya di hati Naruto digeser sama si Om tukang pellet itu. 

Lagipula, ini juga bagian dari misinya yakni menjauhkan si Om dari Naruto. Selama seminggu ini, ia cukup sukses membuat Naruto menjauh dari si Om. Ia membuat Naruto berangkat kesiangan sehingga tidak bisa berpapasan dengan si Om yang selalu berangkat pagi. Sorenya, juga begitu. Ia membuat Naruto sibuk dengan tugas-tugas sekolah agar gadis itu tidak bisa men-stalk si Om seperti biasanya.

Sasuke dengan gerakan cepat menyambar kue Naruto yang masih berada di atas piring, mumpung perhatiannya sedang teralihkan. Ia segera memasukkan semuanya ke dalam mulutnya hingga mulutnya monyong ke depan. Dengan bantuan air, Sasuke berhasil menghabiskan kue itu dalam waktu 30 detik. Karena ingin segera memindahkan kue itu ke dalam perutnya, ia lupa merasakan taste-nya, entah enak entah tidak. Pokoknya telan ajalah.

Naruto terkejut melihat kuenya raib. Ia langsung mendelik sangar pada Sasuke, si tersangka pertama dan juga satu-satunya yang mencuri kuenya. Siapa lagi kalau bukan Sasuke? Hanya ada Sasuke di dekatnya saat kue itu raib. Dan lagi, ia punya bukti kuat. Ada sisa-sisa krim roti pada jemari tangan Sasuke dan juga di bibirnya.

“SASUKE..!!” raung Naruto marah. Sasuke bergidik ngeri. Ia hanya bisa komat-kamit dalam hati berharap Naruto tidak membunuhnya karena ini. ‘Mampus aku,’ batinnya pasrah.

Teriakan Naruto terdengar melengking tinggi hingga berhasil membuatnya menjadi pusat perhatian semua orang. Tangannya dengan ganas menjambak rambut Sasuke yang lumayan gondrong. Sasuke mengaduh kesakitan. Jambakan Naruto kan lumayan. Lumayan sakit maksudnya. Rasanya kayak digigit ribuan semut.

“LOE EMANG BRENGSEK ..! BASTARD! ” maki Naruto kasar sambil masih melakukan KDRT pada Sasuke. Ia tak melonggarkan sedikit pun cengkramannya, meski Sasuke sudah memohon ampun. Ia mendelik mengancam pada siapapun yang mencoba menolong Sasuke. Bahkan, pada Neji ketua kelas mereka yang cukup disegani oleh Naruto.

“Naru-chan! Tolong lepaskan Sasuke! Kasihan dia,” pinta Sakura. Wajah cantiknya berubah menjadi pias, prihatin dengan nasib kekasihnya.

“Tidak akan!” sembur Naruto galak. “Dan, jangan coba-coba menolongnya atau aku akan marah padamu,” tambahnya mengancam.

“Sakura benar, Nar. Kasihan Sasuke,” bela Neji berusaha melerai pertengkaran dua orang sahabat karib itu.

“Jangan ikut campur, Neji! Ini urusanku dengan dia.” tukas Naruto. Naruto memberi isyarat dengan sebelah tangan, ketika Neji berniat menyanggah. “Ini salahnya sendiri. Kau tidak perlu kasihan padanya.”

“Memang, masalahnya apa, sih? Kenapa kau semarah itu padanya?” tanya Neji masih berusaha menghalangi Naruto untuk menganiaya Sasuke lebih lanjut. Ia iba dengan Sasuke. Wajah gantengnya sampai ilang, coba?

“Dia mencuri kueku,” aku Naruto menekankan pada kata mencuri  dan kue.

“Benar?” tanya Neji yang dibalas anggukan lemah oleh Sasuke. “Haish, kau itu,” gumamnya jengkel. Ia memijit keningnya yang mendadak nyeri. “Kau kan bisa minta baik-baik, kenapa harus nyuri, sih?” tambahnya tak habis pikir.

“Dia nggak mau memberikannya padaku. Dia malah mau memberikannya pada orang lain,” dalih Sasuke.

“Kau benar-benar keterlaluan, Sasuke. Egois! Tak tahu malu! Aku benci padamu,” gerutu Naruto sambil melayangkan beberapa cubitan maut di pinggang, sikutan di dada, dan injakan super mantap pada kedua kaki Sasuke. Naruto meninggalkan Sasuke yang mengaduh kesakitan bersama Sakura dan teman-teman sekelasnya yang lain. Kakinya dihentak-hentakkan ke lantai, pertanda ia belum puas menyiksa Sasuke.

Neji geleng-geleng kepala dengan kelakuan ajaib dua orang itu. “Naruto marah, tuh. Habis ini, ia pasti ngambek, nggak mau ngomong lagi,” cecar Neji. “Kau sih cari penyakit. Pakai acara nyolong segala,” ejeknya.

“Neji benar, Sas. Kau kan udah punya pacar sekarang. Pacarmu itu pasti mau memberikan kue buatannya padamu. Begitu pula dengan fansmu. Kau nggak perlu lah nyuri, cuman demi sepotong kue.” Imbuh Shikamaru yang sejak tadi diam di samping Neji, bijak.

“Dia mau memberikan kue itu pada gebetannya. Tahu nggak sih, LOE!” teriak Sasuke emosi.
“Lah, memang kenapa kalau ia memberikannya pada gebetannya? Itu kan kue-nya. Kenapa kamu mesti marah-marah?” kata Shikamaru masih nggak ngerti. ‘Emang situ siapanya sih?’ tambahnya dalam hati.

Sasuke mengertakkan giginya. Matanya melotot galak. “Jelas aku marah. Gebetannya itu kan..itu..” Sasuke berhasil mengendalikan dirinya di detik-detik terakhir. Nyaris saja ia keceplosan. Kalau mereka tahu siapa sebenarnya gebetan Naruto, bisa habis nanti Naruto dibully . Terkutuklah dia kalau sampai itu terjadi. “Sudahlah lupakan! Kau nggak tahu duduk perkaranya dan memang nggak perlu tahu,” kata Sasuke selanjutnya dan membiarkan masalah ini menggantung begitu saja.

“Sas…!”

“Jangan ikuti aku! Aku mau sendiri saja,” potong Sasuke dingin menghentikan langkah Sakura yang ingin menemani kekasihnya yang tengah dilanda gundah gulana.

Orang-orang yang tadi bergerombol, menyaksikan pertengkaran hebat antara Sasuke dan Naruto saling menatap satu sama lain, sama-sama bingung. Mereka bertanya-tanya dalam hati, ‘Ada apa sih dengan dua orang itu?’ Keraguan menghampiri hati mereka, mengenai status asli hubungan SasuNaru. Mereka masih percaya jika dua orang itu lebih dari sekedar sahabat.

Sakura menatap masam kepergian Sasuke. Ia merasa cemburu. Dia ini kan pacarnya Sasuke, tapi Sasuke masih saja memperlakukannya seperti orang luar. Ia tetap enggan membagikan isi pikirannya padanya dan memberikan tempat istimewa itu pada Naruto yang notabene berstatus teman. Ia tak suka ini. Ia kecewa coret sangat kecewa.

2.    Menjauhkan Naruto dari benda perantara pelet

Sasuke yang tak enak hati segera datang ke rumah Naruto sorenya, dengan membawa sekotak kue di tangannya, sebagai ganti kue Naruto yang tadi siang ia curi. Ia membelinya sepulang sekolah tadi. Hatinya deg-degan. Sasuke menarik nafas panjang saat mengetuk pintu rumah Naruto, menyiapkan mental untuk menerima ledakan amarah Naruto.

“Oh, Nak Sasuke. Mari masuk!” kata Kushina mempersilakan Sasuke masuk. “Hadeuh kok repot-repot bawa kue segala. Kayak orang asing aja,” 

“Ah, ini buat Naruto, Bi. Tadi siang, aku nggak sengaja ngabisin kue-nya,” jelas Sasuke.

 “Naruto-nya ada kan, Bi?”

“Oh, itu toh penyebabnya. Pantesan anak itu uring-uringan sejak pulang sekolah,” ujar Kushina mengomentari. “Sayangnya, Naruto lagi keluar tuh. Tahu, dech ngapain. Dia itu emang aneh akhir-akhir ini. Tiap sore, pasti dech ngilang.”

Sasuke tersenyum maklum. Ia sudah tahu sih Naruto dimana. Ia pasti lagi di taman, mencuri beberapa foto si Om depan rumah itu. “Boleh aku nunggu di sini, Bi?”

“Tentu saja boleh. Maaf ya, Bibi tinggal. Masih ada kerjaan di dapur,”

“Oh, nggak apa-apa, Bi. Aku bisa kok nunggu di sini sendiri,”

Sepeninggalnya Kushina, Sasuke menyibukkan dirinya dengan membaca majalah yang ada di atas meja kecil di ruang tamu. Bukan bacaan favoritnya sih, tapi daripada melamun tidak jelas. Tiba-tiba terdengar suara ting tong di luar. Sasuke beranjak dari duduknya dan membuka pintu. “Ya, mau nyari siapa ya?” tanya Sasuke sopan.

“Itu mau nyari Nyonya Namikaze. Dia ada, kan?”

“Oh, ia lagi di supermarket. Mau belanja katanya. Baru saja.” Bohong Sasuke dengan lancarnya.

“Begitu ya,” kata orang itu dengan nada kecewa.

“Kalau ada pesan, tinggalkan saja padaku. Nanti, aku sampaikan padanya,”

“Ah, bukan perkara penting kok. Hanya mau ngasih ini,” katanya sambil mengulurkan sekotak kardus snack pada Sasuke. “Tadi, pas meeting, aku dapat kue lagi. Karena keluargaku nggak suke kue, jadi aku mau ngasih ini buat Nyonya Namikaze. Ku dengar putrinya suka kue,” katanya.

Sasuke menerimanya dan si Om itu pun pamitan. ‘Aku harus mengamankan benda ini,’ pikir Sasuke. Ia melirik Kyuubi, anjing Naruto yang lebih mirip rubah daripada seekor anjing. Ia tanpa pikir panjang langsung menjejalkan kue itu ke mulut Kyuubi. Ia melap mulut Kyuubi untuk menghilangkan bukti kejahatannya. Ia menukar kardusnya dengan kardus si Om. 

“Maaf Bi, aku pulang dulu ya. Aku lupa, tadi Papa menyuruhku membeli sesuatu. Nanti kalau Naruto datang, bilang saja aku ke sini,” pamit Sasuke sopan. Ia buru-buru pergi sebelum Naruto tiba. Ia takut aksi curangnya ketahuan.

“Iya,” balas Kushina dari dapur.

Sore berikutnya, Sasuke berkunjung lagi ke rumah Naruto. Alasannya mau minta maaf, padahal ia mau mengamankan kue pemberian si Om. Sore ini, si Om pasti datang lagi ngasih Naruto kue lagi. Menurut literature yang ia baca, untuk menghilangkan pengaruh pellet, ia harus menyingkirkan semua benda yang dijadikan perantara pellet. Seperti kue ini nih.

Sasuke tak berani memberikan kue laknat itu pada Kyuubi. Soalnya, kemarin Kyuubi jatuh sakit gara-gara Sasuke paksa makan kue. Sayangnya, aksi Sasuke tidak semulus kemarin. Naruto keburu datang. Dengan panik, Sasuke makan kue itu sampai tandas. 

Naruto merengut masam. “Mana kue di atas meja ini?” tanyanya dingin. Matanya menatap sebal Sasuke, masih marah.

“He he he..” kekeh Sasuke sambil merona malu. “Sudah aku makan,” katanya.

Naruto melotot. “Kau itu beneran gembul. Dasar rakus! Masa kue sebanyak itu kau makan semuanya,” keluh Naruto.

“Maaf, habis aku lapar. Tadi siang, aku tidak sempat makan siang. Kau tahu sendiri kan kalau sebentar lagi klubku ada pertandingan penting. Jadi, kami berlatih sangat keras tadi siang.” Dalih Sasuke.

“Huh, alasan. Dasar gembul!” rutuk Naruto. 

“Maaf, dech. Jangan marah gitu dong! Nanti cantiknya ilang, lho.”

“Huh, dasar gombal.” Dengus Naruto.

“Sebagai gantinya, gimana kalau kita pergi ke Ichiraku ramen. Aku traktir, dech. Jangan marah lagi, ya?” bujuk Sasuke.

“Ini bukan berarti aku sudah memaafkanmu,” kata Naruto melunak. Ia menyambar jaketnya dan bersiap pergi bersama Sasuke.

Senyum Sasuke merekah. “Iya-iya aku ngerti,” kata Sasuke.

3.    Membuka kedok si tukang pellet pada orang tua Naruto,

Sasuke tersenyum puas. “Ini adalah buktinya nyata, jika Om itu memang punya niat tidak baik pada Naruto.” katanya puas. Ia dengan cepat membuka tabletnya dan memindahkan video yang ia rekam dengan handycamp-nya pada tabletnya dan menyimpannya dalam local disk dan my document. Ia juga menyimpannya pada flashdisknya, untuk berjaga-jaga jika tabletnya bermasalah.

Sasuke buru-buru menggas motornya —pinjam motor Shika— untuk mengelabui si Om. Ia mengambil jalan pintas agar sampai di rumah Naruto lebih dulu. Ia cukup beruntung. Rencananya berjalan lancar. Si Om tidak langsung ke rumah Naruto, melainkan pulang ke rumah untuk ganti pakaian. 

Sasuke mengetuk pintu rumah Naruto pura-pura bertamu yang diterima Kushina dengan senang hati. Ia tersenyum lega karena hari ini keluarga Namikaze sedang berkumpul. Ini akan memuluskan rencananya. 10 menit kemudian si Om datang berkunjung yang disambut Kushina dengan ramah. Kushina bergabung lagi dengan mereka. Kali ini, tidak dengan tangan kosong. Ia menenteng kotak snack yang familiar di mata Sasuke dengan sebelah tangan.

Sasuke berpikir cepat. Ia mengalihkan perhatian seluruh keluarga Namikaze pada tayangan TV yang sedang mereka tonton saat ini, ketika Naruto berniat memakan kue pemberian si Om. Dalam waktu singkat, Sasuke berhasil menukar kue dari si Om dengan kue miliknya. Untung, Sasuke punya wajah yang datar warisan dari ayahnya, sehingga tak ada satupun dari keluarga Namikaze yang curiga dengan gelagatnya yang aneh.

Naruto memakan kue dalam kardus itu sekarang. Ia mengerutkan dahinya. “Kok aneh, ya?” celetuknya.

“Apanya?” tanya Minato-papanya Naruto.

“Kuenya. Rasanya sedikit beda dengan yang biasanya,”

“Mungkin, kantor si Orochimaru-san mengganti toko langganannya.” Sahut Minato asal diantara tawa cekikannya, melihat tayangan di TV.

“Mungkin,” sahut Naruto seperti masih tidak terima, meski pada akhirnya ia menghabiskannya juga.

Sasuke tersenyum penuh arti. ‘Ya, iyalah beda. Ini kan kue murni, sedang yang ono kue plus mantra dukun,’ batinnya.   

Bagaimana caranya Sasuke membuat Duren pujaan hati Naruto kapok dan berhenti memelet Naruto? Ikuti lanjutan kisah ini chap depan.

TBC
Mohon saran dan kritiknya.